9. may it find its receiver

1.7K 178 15
                                    

Iris obsidian si omega menatap bagaimana Januar yang telaten berkutat dengan area dapur dan segala peralatan dan bahannya. Lelaki itu memotong satu bar cokelat hingga menjadi ukuran yang lebih kecil-lebih mudah meleleh saat dipanaskan nantinya.

Hidung bangir yang merona itu lagi-lagi menarik substansi lengket yang merangsek ingin turun dari sana, Zurielle selepas menangis memang sering pilek.

Januar berhenti fokus pada kegiatannya saat ini. Melirik bagaimana si Salim itu duduk memeluk kakinya dan bersandar pada sofa. Omong-omong kegiatan memasaknya ini—eh, tak tahu apa boleh disebut memasak lantaran dia hanya membuat minuman hangat—dilakukan pada front kitchen, biasa juga disebut dapur bersih.

Unit apartemen mereka membagi dapur menjadi dua, dapur depan dan belakang. Dapur belakang letaknya memang berada di salah satu tempat terpencil dalam unit ini, di dekat laundry room dan tak jauh dari kamar pelayan.

Adapun front kitchen, tempatnya berada di dekat ruang makan tanpa tersekat. Langsung terarahkan juga kepada ruang yang Januar dan Zurielle sepakati untuk meletakkan beberapa sofa.

Jadi bukan hal yang sukar bagi Januar untuk mudah mendapati Zurielle yang sepertinya meringkuk, memeluk kedua tungkainya dan bersandar pada sofa sembari melamun.

"Jangan ditahan." Januar bersuara. Tangannya kini sibuk mengaduk susu yang dipanaskannya dalam panci setelah ia masukkan sedikit bubuk kayu manis ke dalamnya.

"Aku udah nggak mau nangis lagi, nggak ada yang ditahan." Zurielle membuang wajahnya. Ia bermain dengan jemari-jemari lentiknya, menunggu sang suami menyelesaikan hot chocolate yang dijanjikannya tadi saat makan malam.

"Ingusnya, maksud saya." Yang lebih tua menimpali kembali. Berhasil membuat Zurielle mendelik sebelum mendesis pelan.

"Apaan sih?" sinisnya kemudian mencari tissue untuk membuang likuid lengket tersebut.

Januar tak lagi membalas, dia terdiam dengan tangannya yang sibuk mengaduk minuman untuk keduanya. Sampai ketika cokelat dalam panci itu mendidih, si Moeis langsung mematikan kompor elektrik yang digunakannya. Mencari dua gelas asal kemudian menuangkannya.

Membawa langkahnya menuju Zurielle yang tengah duduk menikmati tontonan di hadapannya, Januar meletakkan salah satu gelas di meja. Membiarkan Zurielle hanyut tenggelam dalam film lawas—Home Alone—mengingat saat ini masihlah di minggu kedua bulan Januari, identik akan tahun baru dan suasana natal.

"Kamu besok nggak ke mana-mana, 'kan?" mulainya seraya pusatkan fokus pada suami omeganya. Dia sibuk menerka-nerka, meski sepenuhnya tahu kalau Zurielle adalah definisi anak rumahan yang malas keluar kalau tak ada urusan mendesak.

"No, I guess? Kenapa?" tanyanya tanpa mengalihkan mata dari layar televisi. Tayangan di sana benar-benar ingatkan sang omega akan suasana natal di London yang begitu hangat terlepas akan jatuhnya butir-butir salju yang beku.

"My client, dari Singaporehe's in need of our help. Dia baru ditinggalkan oleh istrinya—no, not a divorce. Istrinya meninggal sekitar dua minggu lalu, dan klien saya belum sempat mencari babysitter. Well, he tried. But none of them match to his son yang masih 4 bulan."

Zurielle menoleh, sadar kalau topik yang Januar bahas cukup menarik untuknya. "And?" Omega itu menyambung. menunggu balasan sang suami.

"Dan saat ini dia di Jakarta, dia salah satu calon mitra rumah sakit dengan Moeara—in details, MLI (Moeara Life Insurance)." Januar menjeda, "He's now in the hospital, dislokasi bahu dan sekertarisnya yang akan menjaga dia di sana."

to my twenties, jaejenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang