Kernyitan halus sang putra tunggal Moeis tercipta jelas manakala irisnya membaca rentetan kata yang ada di berkas dalam map merah yang kini digenggamannya. Secara naluriah dia memijat pelipisnya jengah.
Sekertarisnya—Bima—tengah jatuh sakit, sesuatu mengenai usus buntu yang radang sehingga perlu diangkat. Membuat pendelegasian pekerjaan dari berbagai divisi langsung diteruskan kepadanya tanpa melewati screening Bima. Biasanya, lelaki yang setahun lebih muda darinya itu yang bertugas untuk memastikan berbagai dokumen sudah berformat baik dan sesuai dengan keinginan Januar.
"Tolong dirapihin lagi, saya tunggu di meja saya sampai lunch selesai." Januar menghela napasnya.
Kemudian, lelaki paruh baya itu meninggalkan ruangan Januar selepas berpamit diri. Sebuah anggukan diberikannya sebelum beralih pada layar komputernya yang menunjukkan spreadsheet jadwalnya selama dua minggu kedepan yang telah Bima siapkan.
Truthfully speaking, Januar sedikit-iya, hanya sedikit-kelabakan saat berada di kantor dan mengurus perusahaan ketika Bima tak ada. Untuk memgakses data-data confidential perusahaan, biasanya dia hanya menyuruh Bima untuk memberikannya dalam bentuk soft atau hardcopy. Sekarang, dia perlu mengurusnya sendirian ke data engineer, yang sebetulnya buat lelaki itu malas.
Netranya melirik arloji yang melingkari pergelangannya sebelum ia memutuskan untuk bangkit. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas, dan Januar sama sekali belum memasukkan apapun ke dalam mulutnya selain dari segigit scones blueberry yang ia beli di salah satu bakery shop yang dilewatinya saat menuju kantor.
Dering ponselnya membuat ia melepas diri sejenak dari pekerjaan. Ketika nama "Zurielle Moeis" muncul sebagai sang penelepon, tak ada alasan untuk Januar menunda lagi untuk mengangkat panggilannya.
Alisnya mengernyit sebelum meraih ponselnya. Tak ada alasan untuk menunda mengangkat panggilan sang omega. Sehingga ketika tombol terima digeser, suara embusan napas si Taurus segera mengetuk pendengarannya.
"Jan, are you busy at the moment?" gumamnya ragu-ragu. Januar dapat mendengarnya dengan jelas. Sehingga tanpa sadar dirinya menjadi awas.
"Nggak. Kamu butuh sesuatu, Elle?" tanyanya sembari irisnya mencari eksistensi kunci mobilnya yang ia letakkan di meja tadi serampangan.
Bohong. Bagaimana ceritanya Januar Moeis mempunyai waktu luang di kantornya sedang dia ada jadwal meeting dengan COO Perusahaan Moeara Finance.
Tapi Januar apatis, dia lebih memilih untuk segera mengantongi kunci mobil yang sudah diliriknya tadi ketika mendengar Zurielle melanjutkan ucapannya.
"Alergiku kambuh—I'm currently in the hospital right now." suara bervolume kecil itu menyapa sang alpha sehingga tanpa banyak tanya lagi si Aquarius bangkit dari posisinya dan meraih jas yang ia sampirkan di tiang pakaian.
"Which hospital? I'm heading to you, right now." ujarnya sembari memasuki kabin lift. Menciptakan sebuah pekikan kaget dari seberang sebelum sang empu menggeleng meski Januar tak dapat melihatnya.
"Gila kamu, aku cuma dikasih perawatan biasa aja." balasnya setelah ia mendesah dari seberang sana. Zurielle menatap barang-barang yang disodorkan kepadanya. Berupa anti alergen, beberapa jenis salep, sampai tablet vitamin D beberapa papan.
Dia tersenyum tipis kepada perawat yang datang kepadanya membawa obat-obatan untuknya. Sungguh, dia merasa tidak enak hati ketika datang ke rumah sakit ini dan memberi kartu namanya yang baru—nama sang omega diubah, lebih tepatnya marga Salim pada kartu identitasnya diubah menjadi Moeis selepas menikah. Ya, mesti Zurielle belum sepenuhnya senang dan terima dengan perubahan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
to my twenties, jaejen
Fanfiction"𝘈 𝘭𝘰𝘵 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨𝘴 𝘪𝘯𝘥𝘦𝘦𝘥 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯 𝘪𝘯 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝘵𝘸𝘦𝘯𝘵𝘪𝘦𝘴, 𝘢𝘯𝘺 𝘸𝘰𝘳𝘥𝘴 𝘡𝘶𝘳𝘪𝘦𝘭𝘭𝘦?" -- Bagi para borjuis, mengokohkan kekayaan dan menjaganya agar terus berkembang hingga ke generasi yang akan datang ialah apa yang...