Note : This chapter contains implicit sexual intercourses. Read at your own risk.
Janu, omegamu koyok'e lagi heat." Ibu menunjuk ke arah Zurielle yang terduduk bersama Kiara di sebuah kamar hotel yang mereka sewa di tempat acara ulang tahun perusahaan ini. Meski Bu Kirana adalah seorang beta, namun pengalaman hidup yang sudah didapatinya selama lebih dari lima puluh tahun membuat ia tahu ciri-ciri dari datangnya siklus heat omega tanpa mencium feromon mereka."Want me to book another room for you?" Kiara mendongak kepada Januar yang mulai meniti langkah menghampiri mereka. Jangan tanyakan Zurielle, omega tersebut sudah nampak setengah sadar dan gelisah. Ia menikmati feromon alpha Mbak Kiara yang menguar sekelibat sebab sedikit terpancing dengan feromon manis milik Zurielle.
"H-home, please?" Zurielle merengek ketika Januar sudah menarik omega tersebut untuk duduk di pahanya.
"Yes, we're going back to home." Januar membalas. Dengan cepat ia menelusuri leher Zurielle dengan hidung bangirnya sembari memberi jilatan dan kecupan singkat guna mencari scent gland si omega. Ibu dan Mbak Kiara yang paham, memberikan ruang kepada mereka dengan memilih untuk masuk ke dalam kamar masing-masing.
"Eungh—hmmf..." Zurielle mengalungkan tangannya pada leher kokoh sang alpha, tubuhnya mencari posisi paling nyaman di tubuh Januar. Sedang pria 33 tahun itu kini mengisap spot di bawah telingan si omega, membagi feromonnya kepada Zurielle sehingga ketika mereka keluar dari kamar ini, tak ada yang dapat terpancing dengan manisnya feromon si omega lantaran sudah diberi tanda tak permanen olehnya.
Ini bukan pertama kalinya Januar mengurus Zurielle dengan siklus heatnya. Waktu ketika Zurielle kembali ke Indonesia memang bertepatan dengan siklusnya yang terjadi setiap enam bulan sekali dalam kurun satu minggu penuh.
"Pak Adit, jemput saya di pintu VIP."
Itu ucapnya saat sambungan telepon diterima oleh Pak Adit. Sehingga ketika balasan sigap dari pria di seberang ia dapatkan, telepon ia matikan sepihak. Tanpa banyak bicara lantas ia meraih coat miliknya yang teronggok di sofa. Dengan segera ia gunakan untuk menutupi tubuh teratas dari si omega sebelum mengangkat tubuh itu dalam gendongannya.
"Jan, hati-hati." Cuma itu yang Ibu katakan sembari membuka pintu yang hanya diangguki oleh sang bungsu. Paham akan situasi yang memungkinkan, dirinya menolerir.
Sedang Januar, kini kewalahan dengan Zurielle yang banyak gerak dan rengekannya. Dari singkapan tak sengaja yang omega itu sebabkan, Januar bisa lihat wajah sembab merona yang tengah menangis tak nyaman dalam peluknya.
"Sssh I got you." ucapnya menenangkan dengan sabar sambil berusaha menutupi wajah si manis dengan coat miliknya.
Pun ketika dirinya telah sampai di pintu VIP dengan sedan Mercedes Benz yang terparkir apik di hadapan bersama Pak Adi, lelaki jangkung itu menghiraukan segalanya. Ia lebih sibuk mengurusi omega 25 tahun ini ketimbang berusaha membuat percakapan ringan dengan petinggi cabang lain yang tak ia perhatikan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
to my twenties, jaejen
Fanfiction"𝘈 𝘭𝘰𝘵 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨𝘴 𝘪𝘯𝘥𝘦𝘦𝘥 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯 𝘪𝘯 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝘵𝘸𝘦𝘯𝘵𝘪𝘦𝘴, 𝘢𝘯𝘺 𝘸𝘰𝘳𝘥𝘴 𝘡𝘶𝘳𝘪𝘦𝘭𝘭𝘦?" -- Bagi para borjuis, mengokohkan kekayaan dan menjaganya agar terus berkembang hingga ke generasi yang akan datang ialah apa yang...