Malam ini, Zurielle memutuskan untuk kenakan celana bahan berwarna cokelat segelap kulit kayu yang ia padukan dengan kaos hitam berlengan pendek mengingat acara dinner kali ini hanya menggamit tema semi-formal. Adapun jas dari set yang sama dengan celana yang ia pakai kali ini diabaikannya. Ia memilih untuk memuncaki riasannya dengan sekalung berbandul kunci emas-hadiah pernikahan dari keluarga Januar dari sisi Ibunya.Tak perlu menunggu begitu lama, mobil BMW X5 kepemilikan Januar kini terparkir dengan apik di hadapan Zurielle yang baru keluar dari pintu lobby.
Sebelum Zurielle hendak membuka pintu mobil penumpang di samping pengendara, Januar turun dari mobilnya. "Maaf Elle, boleh kamu yang bawa? Saya agak lelah." Di mana ketika kalimat itu meluncur, entah kenapa bibir Zurielle berkedut menahan senyum.
"Sure." ucapnya setelah berdeham. Padahal tenggorokannya baik-baik saja.
Sehingga kini, posisi keduanya berbeda dari biasanya. Zurielle di kursi pengemudi, yang mengandalkan GPS mobil untuk mengarahkannya, serta Januar yang tertidur di sampingnya. Tidak sekali pria itu nyaris terbangun ketika mobil tengah berhenti di lampu merah.
"Nggak usah terlalu ngebut, Elle." ucap Januar saat ia sempat terbangun. Pun matanya menemukan angka yang relatif tinggi di speedometer. "Yang penting kita sampai. Mereka juga masih di jalan, kok." sambung lelaki itu sambil membenarkan posisi tidurnya. Matanya kembali memejam dengan tangan yang bersedekap di depan dada.
Si omega Salim tak lagi membalas. Tahu betul kalau Januar itu-tak seperti dirinya—Januar is a light sleeper, ia mudah terbangun. Mobil yang dikendarai terlalu cepat, mobil yang berhenti saat lampu merah, kasur yang terasa pergerakannya sebab Zurielle telah bangun dari posisi tidurnya, suara yang cukup samar, semuanya benar-benar bisa menahan Januar dari tidurnya.
Sesekali irisnya memandang bagaimana sepasang alis tebal yang menukik itu meskipun sang empu tengah tertidur. Jadi ketika ia kembali menemukan jalanan yang macet, memberi ia waktu untuk merilekskan sedikit tubuhnya, tanpa sadar ia menoleh kepada alpha di sampingnya.
Sebetulnya, ada beberapa pertanyaan yang berputar di kepala omega itu. Namun semua ditahannya ketika matanya lagi-lagi menangkap potret wajah Januar yang tidur pulas di sampingnya. "Udahlah, that's none of your problem. Curiousity kills the cat." gumamnya. Sebuah slogan yang selalu dipaku di kepalanya.
Zurielle lebih memilih untuk mempertahankan ketidaktahuannya sehingga sesuatu yang berbahaya enggan menyentuhnya ketika ia merangsek lebih masuk ke dalam sebuah problema. Kini kalimat itu secara tidak sadar sudah melekat kepadanya. Membuatnya dianggap menjadi apatis oleh sebagian orang, tapi tak apa. Ketidaktahuan itu nyatanya juga merupakan sebuah pertahanan diri.
Hingga tanpa sadar, sembari dirinya berkendara dan membawa keduanya menuju hotel Fairmont, pikirannya melalang buana sana-sini. Langsung teringat kepada dirinya di masa awal umur dua puluh. Dirinya yang saat itu berada pada masa emasnya—mungkin.
Kalau saja dirinya saat itu tak turut mengikut campuri problema sebuah negara, bagaimana dirinya saat ini? Apakah rentetan kejadian yang telah dialaminya akan tetap terjadi? Apakah tetap ada nyawa yang sayangnya tetap harus terhabisi?
Napasnya diembuskan perlahan. Berusaha meliris perasaan gundah yang gemar menghantuinya selama nyaris enam tahun ini, meski tak mampu. Kalau saja dahulu dirinya tidak senaif itu, mungkinkah kawan-kawan yang dahulu ada masih bertahan hingga saat ini? Mungkinkah dirinya di umur yang telah nyaris 26 bukanlah Zurielle yang nihil kawan dekat?
Tanpa sadar, rematannya pada setir mobil mengerat. Lengan-lengannya yang tak dibaluti oleh kaos menampilkan pembuluh-pembuluhnya yang tercetak jelas.
"You may break the steering wheel at this point."
KAMU SEDANG MEMBACA
to my twenties, jaejen
Fiksi Penggemar"𝘈 𝘭𝘰𝘵 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨𝘴 𝘪𝘯𝘥𝘦𝘦𝘥 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯 𝘪𝘯 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝘵𝘸𝘦𝘯𝘵𝘪𝘦𝘴, 𝘢𝘯𝘺 𝘸𝘰𝘳𝘥𝘴 𝘡𝘶𝘳𝘪𝘦𝘭𝘭𝘦?" -- Bagi para borjuis, mengokohkan kekayaan dan menjaganya agar terus berkembang hingga ke generasi yang akan datang ialah apa yang...