Seorang gadis berdiri di depan halaman rumah dengan memegang payung hitam, hujan turun dari langit membuat sandal putih yang dikenakannya basah hingga kotor sampai ada noda cokelat pada bagian jari kaki.
Sosok tersebut menunduk, menyelipkan rambut lurusnya ke belakang telinga, kemudian kembali mengangkat wajah, menatap pemuda di hadapannya yang terlihat basah kuyup karena hujan sore itu yang cukup deras.
"Apa yang kamu mau sekarang, Shankara?" ujar gadis itu dengan wajah tanpa ekspresi.
"Ayo, mulai dari awal lagi, Amaya." Pemuda bermata hitam di sana mencoba meraih tangan gadis berambut lurus, tetapi melepaskan ketika si pemilik menarik lagi lengan.
"Enggak, saya enggak bisa."
"Apa salah aku, Amaya? Coba beritahu agar bisa aku perbaiki," ucap Shankara, lalu mengusap wajah dengan kasar di bawah guyuran hujan.
"Enggak, bukan kamu, tapi saya. Semua terlalu berat bagi saya," balas Amaya sambil maju, membiarkan payung menutupi bagian atas kepala si lawan bicara.
"Ternyata benar, ya? Mencintai seseorang yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalunya itu berat. Seharusnya aku enggak pernah coba untuk masuk ke kehidupan kamu, Amaya." Shankara berkedip sekali, membuat bendungan yang ditahan pada mata sejak tadi berhasil turun dan membahasi pipi.
"Maaf ... dan selamat tinggal, Shan ...."
Amaya meraih pergelangan tangan si lawan bicara, membawa ke pegangan payung, kemudian beranjak dari sana, meninggalkan Shankara begitu saja yang masih menatap punggung mungilnya.
.
.
Halo semuanya! Aku harap kalian suka dengan cerita ini, beberapa hal mungkin akan tidak sesuai ekspektasi kalian. Tapi, aku harap semua kejadian dan kalimat di sini dapat menghibur hari-hari kalian nantinya.Jadi, karya ini aku ikut sertakan untuk lomba menulis maraton, aku harap kalian bisa membagikan link cerita ini setiap kali kalian membacanya, dan meninggalkan beberapa jejak, seperti komentar dan vote, untuk aku bisa lebih semangat lagi hehe 🤗
Terima kasih banyak, semoga hari kalian menyenangkan 😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Bersama Hujan [Tamat]
RomanceAmaya, seorang gadis yang tidak percaya dengan orang lain, menikmati kehidupan perkuliahan dengan biasa saja, bahkan cenderung sendirian. Dia tidak memiliki teman dekat meski hanya untuk berbincang sebentar saja. Pada semester lima, Amaya terpaksa m...