Dua minggu berlalu dengan cepat, UAS pun telah berakhir. Sekarang, saatnya bagi para mahasiswa untuk menikmati masa liburan mereka, beberapa hari untuk melepas penat setelah belajar mati-matian pasti dibutuhkan. Sayangnya, tidak semua orang memiliki nasib yang sama. Terlihat empat orang pemuda tampak berbaring di atas tikar bewarna hijau di halaman belakang rumah megah bercat cream di sana.
"Anak-anak! Jajannya datang!"
Teriakan dari arah pintu membuat seorang pemuda berkacamata bangun dengan cepat. Dia melihat ke kanan, tampak seorang wanita bersanggul rapi dengan pakaian terusan berlengan panjang membawa beberapa gelas minuman dan toples camilan tengah berdiri di teras.
"Biar Dion ambil, Tante!"
Pemuda berkacamata berlari cepat, mengambil nampan kayu itu, membiarkan wanita yang datang pun pergi kembali masuk. Dion kembali ke tempat berbaring sebelumnya, tertawa girang, lalu berdecih karena melihat semua orang di sana tidak kunjung bangun dari posisi berbari.
"Bangunlah wahai para babi, saatnya kita menikmati semua santapan nikmat dari mamanya Bima," ujar Dion sambil menendang pelan paha Shankara dengan kaki kanannya.
Shankara membuka mata perlahan, melihat awan biru di siang itu, kemudian duduk seraya menggosok sebelah matanya. Dia menggaruk pipi, diikuti mulut yang terbuka, membuat Dion meringis kecil menatap sosok dengan rambut berantakan tersebut.
"Apa minumnya?" tanya Shankara dengan sedikit menengadah.
"Jus buah dragon ball," celetuk Dion asal.
"Udah kayak judul anime aja." Kali ini suara Bima terdengar di sebelah Shankara, pemuda berambut sebahu itu berdiri, meraih bawaan Dion, kemudian meletakkan di samping tubuhnya. "Duduk, Dion," titah Bima sambil menunjuk ke arah sisi Shankara yang satunya.
Dion mengangguk, kemudian menemukan Soleh yang masih berbaring dengan kaki yang sudah melewati tikar, membuat pemuda berlesung pipi itu berbaring di rerumputan pendek yang menutupi halaman belakang rumah Bima.
"Soleh! Soleh! Bangun! Sahur, Leh!" teriak Dion dengan memukul bahu Soleh.
Soleh mengerjap beberapa kali, kemudian duduk sambil memicingkan mata ke arah Dion yang ada di sebelahnya. "Kita udah sholat belum, sih?" tanya pemuda itu, lalu menutup mulut yang terbuka dengan tangan kiri.
"Belum adzan, Leh! Belum! Masya Allah, ini masih jam dua siang." Dion mengacak rambut Soleh, kemudian tertawa karena sahabatnya itu menepis tangannya dengan sedikit keras.
"Soleh mode bangun tidur galak, enggak asik," ucap Dion, kemudian meraih gelas berisi jus buah naga yang diberikan Bima.
Shankara menutup mata sambil memasukkan satu per satu keping kue kacang ke mulut, bahkan toples kaca itu sudah berada di pangkuannya. Dia menguap sesekali, membuat remah-remah keluar begitu saja dari kunyahannya.
Sekarang, hanya hening, semua yang ada di sana sibuk dengan minuman milik mereka masing-masing dan makanan yang sudah disediakan oleh sang tuan rumah. Sampai akhirnya, suara dering telfon Soleh membuat mereka berempat berjingkat karena kaget.
Soleh berpisah dari rombongan, memilih untuk menerima panggilan sedikit jauh dari semua teman jurusannya itu. Dia kembali setelah beberapa menit, tersenyum lebar ke arah Bima, Shankara, dan Dion sampai kedua lubang di pipi terlihat sangat jelas, jangan lupakan noda ungu sedikit kemerahan yang masih berada di gigi rapi itu pula.
"Sekarang, aku tau kita pergi ke mana untuk liburan!" Pekik Soleh heboh.
Shankara berhenti mengunyah, menatap orang di depannya dengan mata berbinar, lantas bertanya, "Ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Bersama Hujan [Tamat]
RomansaAmaya, seorang gadis yang tidak percaya dengan orang lain, menikmati kehidupan perkuliahan dengan biasa saja, bahkan cenderung sendirian. Dia tidak memiliki teman dekat meski hanya untuk berbincang sebentar saja. Pada semester lima, Amaya terpaksa m...