#. 7

755 38 0
                                    


"Abang kamu baik bener ya Che" Ethan memperhatikan Chevalyn yang sedang mempersiapkan makananya.

"Iya jelas dong, enaknya punya abang itu gitu tapi ya posesif banget" Chevalyn menaruh cup minuman dan burger didepan Ethan.

"Nih makan ya dari bang Jay"
Chevalyn tersenyum lebar. Syukurlah raut wajah sedihnya sudah hilang. Ethan pun merasa lega.

Ethan mengambil burger lalu memakannya dengan lahap. Wajahnya menggembung seperti anak kecil yang doyan makan. Chevalyn tertawa melihatnya. Tapi ethan tidak menyadari tingkahnya sendiri.

"Hahaha lucu banget sini aku foto" Chevalyn cepat cepat membuka kamera ponselnya lalu memotret Ethan dengan komuk wajah tadi.

Ethan membuat wajah cemberut karena Chevalyn mencuri fotonya.
"Che jangan" rengeknya.

Tapi tak dihiraukan, Chevalyn masih tertawa geli.

"Jelek itu ih"

Chevalyn melet, ia mengejek Ethan terus menerus sampe tertekan. Ia hanya bisa pasrah sambil menghabiskan makananya.

"Udah ah cepet dimakan itu nanti dingin ga enak"

"Iya iya haha abis an lo lucu met" Chevalyn meletakan ponselnya dan mulai melahap makanannya.

Pandangan Ethan mulai kesana kemari entah ia sedang mencari apa.
"Nyari apa?" Tanya Chevalyn bingung.

"Toilet ah kepelet ini'' kakinya mulai usil tak tahan mungkin ingin keluar. Ia memutuskan berlari mencari kamar mandi.

Chevalyn masih sibuk memakannya. Tiba tiba bunyi dari ponsel milik Ethan. Chevalyn melirik ke arah kamar mandi untuk memastikan Ethan masih belum kembali.
Ia sedikit melirik ke arah ponselnya lalu mulai membisu untuk beberapa saat.

Entah apa yang ia liat disana, jelas jelas sekarang ia berhenti dari aktivitas makannya.
Suara pintu kamar mandi terbuka. Chevalyn sigap memposisikan seperti semula seakan akan tidak terjadi apa apa.

Lancang, tapi gapapa.

"Udah?" Tanyanya dengan polos.

"Iya" dibalesnya dengan senyuman.

"Oiya ini bang Jay beneran nyampe pagi?" Ethan sambil mengambil ponselnya.

"Iya kalo lo mau pulang gapapa gue berani kok udah terbiasa"

"Enggak kok enggak" Ethan melirik ke ponselnya sambil menggeleng. Ia sedikit terkejut, tapi duluan Chevalyn.

Chevalyn sadar apa maksud pergerakan Ethan.
"Lo tadi manggil bang Jay kakak ya" Chevalyn mengalihkan perhatiannya.

"Hah masa" lagi lagi Ethan masih fokus dengan ponselnya. Nafasnya mulai berantakan. Wajahnya yang mulai sedikit gelisah.

"Than?" Panggil Chevalyn. Ia khawatir tentang tadi. Tapi apa sopan kalo bertanya tentang mungkin baginya itu privasi?

"Than lo gapapa kan?" Chevalyn memastikan sekali lagi. Ethan sedikit terbata bata.
"Ah engga kok gapapa" disertai senyum manisnya.

Chevalyn menghela nafas panjang. Lalu ia mulai mendekati Ethan dan merangkul pundaknya.
"Kalo ada masalah cerita mumpung ada aku"
Chevalyn sedikit mengelus lengan Ethan. Ethan cemas. Bingung. Campur aduk.

"Che tolong jangan" Ethan meminta Chevalyn untuk sedikit menjaga jarak. Chevalyn paham lalu ia sedikit bergeser lalu mengambil cup minuman dan diberikannya kepada Ethan.

"Gapapa kalo lo belum mau terbuka, nih minum biar tenang''

Rumah Ethan.

Ethan berdecak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ethan berdecak. Dirinya pasrah mau dunia berpaling darinya. Sudah terlalu jauh saat Ethan mulai kabur dari rumahnya. Lebih tepatnya diusir. Ia kehilangan dirinya sendiri sudah 5 taun yang lalu. Tumbuh sendiri tanpa kasih sayang orang tuanya, dan hanya sesekali ia menjenguk neneknya yang ia sebut sebagai ibunya.

Sebulan sekali atau mungkin dua kali ia berkunjung ke rumah neneknya untuk memastikan apakah baik baik saja. Hanya dengan ibunya Ethan kembali hidup seperti dahulu.

Ethan juga jarang memiliki teman disekolahnya. Makanya saat Chevalyn memeluknya tadi ia merasa bahwa dirinya sedikit berharga. Ethan mulai tertarik dengan Chevalyn tetapi ia masih belum mau membuka cerita tentang dirinya sendiri.

Wajar baru pertama kali.

Ethan sering melampiaskan kesedihannya dengan minuman keras. Tetapi akhir akhir ini ia tidak karena ia tak mempunyai uang.
Ia tak mau jika harus memakai uang yang dikirim oleh bundanya.

Ethan memukul mukulkan kepalanya ke tembok. Tatapannya kosong. Ia selalu ingin mengakhiri hidupnya jika saja ia tidak memiliki tanggungan ibunya.

Ethan selalu menjambak, memukul, bahkan mencekik lehernya sendiri karena sangat kesal kenapa hidupnya terlalu miris.

"Arhhhhhh!!!!" Teriaknya secara tiba tiba. Nafasnya mulai berantakan, ia menggertak giginya.

Bughhh bughhhh plakkk

Ia memukul wajahnya dan menamparnya dengan sangat keras. Air matanya mulai menetes. Pandangannya terpaku kearah jendela kamar yang menampakkan balkon.
Ia pikir ia akan melompat dan mengakhiri deritanya. Tapi sialnya lagi lagi bayangan tentang ibunya menolak Ethan untuk melakukan hal sembrono itu.

"Arhhhh minggir gak lo sialan!!!"

"Gue pengen pergi dari sini bangsat, pergi?!!!!!"

Ethan berteriak tak karuan. Ia tak peduli air matanya semakin kenceng. Wajahnya mulai memerah akibat emosi yang memuncak.
Rambutnya mulai berantakan.

Hiksss

"Gue benci" lirihnya pelan. Ia mulai menangis tenang, tanganya meremas sprei kenceng. Isak tangisnya mulai terdengar. Ia terus menggeleng gelengkan kepalanya menolak pikirannya.

"Kumohon pergilah" suaranya serak, ia terpejam dan masih menangis.

Drt drt drt

Seketika ia mulai berhenti saat mendengar panggilan telepon dari ponselnya. Chevalyn?

Ethan mengangkatnya tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Che

Ethan!!
(Teriak)

Than woi jamet!!

Dompet lo ketinggalan terus gue nemu foto lo kayaknya masih kecil deh ini remaja. Ih sumpah lucu banget jamet astaga

(Ethan masih terdiam, ia sedikit
Terkejut saat Chevalyn bilang ia menemukan
Foto saat ia masih kecil. Itu saat ia sd)

Jawab ah elah met masa lo gak panik
Dompet lo ketinggalan ntar duit lo gue tilep
Nangis lu. Atau gak kartu lo gue
Ambil mampus buat jaminan ahhahaha

Than?

Lo lagi apa?

Pengen gua jitak nih an~

(Ethan mematikan teleponnya)

"Maaf Che" Ethan menatap datar ponselnya lalu membuangnya kekasur. Ia benar benar butuh ketenangan untuk sesaat sebagai pengganti minuman keras.

Profit or Loss || LEE HEESEUNG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang