#. 48

170 8 0
                                    

Chevalyn digendong oleh Riki, ia membawanya ke dalam mobil. Akibat tenaga Jay yang terlalu kuat membuat adeknya jatuh pingsan untuk beberapa saat.

Jay paniknya bukan main, ia melajukan mobilnya sekencang mungkin berharapa adeknya segera ditangani. Jay bodoh.

"Va, bangun Va" Riki masih setia memangku kepala Chevalyn dan sedikit menepuknya agar mendapatkan sebuah reaksi.

Dek!!! Bangun dek!! Maafin gue!!" Jay terus berteriak dengan wajahnya yang terus berginta ganti menyetir dan menatap adeknya yang berada dikursi penumpang.

"Va, Cheva! Lo bisa denger gue gak?!!" Riki sedikit mengeraskan suaranya, bibir Chevalyn benar benar sudah pucat.

"Lo apain sih sebenernya?" Tanya Riki sedikit kesal.

"Gak sengaja gue cekek lehernya" 

"Gila lo! Lo boleh marah tapi jangan kelewatan dong!" Mendengar pernyataan dari Jay, Riki emosi. Dirinya kesal, bagaimana dia setega itu mencekek leher adeknya sendiri.

Jay menelan ludah, "iya maafin gue"

"Kalo sampe dia mati lo mau bilang apa sama orang tua lo?" Riki terus memaki Jay yang sedang menyetir itu.

Jay panik juga ikut emosi saat Riki memarahinya. Memang salah dia, tapi paham kondisi dong.

"Liat noh, pucet gitu kayak orang mati" ucap Riki lagi.

"Lo bisa diem gak sih?! Gue panik kalo lo brisik gue makin gak bisa ngontrol diri gue. Lo mau kita jatuh atau nabrak?"

"Salah lo bikin masalah mulu"

Chevalyn dilarikan ke rumah sakit terdekat, dirinya digendong Riki menuju ruangan itu. Setelah berhasil menidurkan Chevalyn, Riki dan Jay keluar sesuai arahan dokter.

Riki dan Jay menunggu diluar, dengan perasaan campur aduk. Rasanya melihat Chevalyn terbaring lemas diruangan itu membuat Riki ingin menonok Jay hingga pingsan.

Jay dari tadi mondar mandir didepan pintu ruang Chevalyn dirawat. Ia selalu memggigit ujung jarinya ketika berada didalam kondisi gelisah.

Riki juga khawatir, tetapi dirinya memilih untuk duduk dan bersandaran dengan tembok sembari menunggu hasil.

Beberapa menit kemudian, dokter keluar. Jay siap menyambut dengan penuh harapan.

"Gimana dok kondisi adek saya?" Tanya Jay sedikit gugup.

Dokter tersenyum, "kondisinya baik baik saja, pasien mengalami syok sehingga dia pingsan cukup lama nanti juga sadar dengan sendirinya"

"Untuk kakaknya, tolong lebih dijaga lagi kondisi adeknya. Jangan sampai ada benturan keras atau perlakuan kasar terhadapnya"

Jay hanya mengangguk mendengarkan penjelasan dokter itu. Riki yang duduk pun ikut mendengarkan.

"Baik dok, saya pastikan adek saya aman"

Dokter menghela nafas lalu tersenyum menatap Jay dengan wajahnya yang mulai lega.

"Dan sepertinya ada kabar gembira untuk pasien dan pihak keluarga. Kami menemukan janin didalam rahim pasien, dan usianya sudah lebih dari 25 hari"

"Jadi mohon untuk lebih memperhatikan hal hal kecil pasiennya. Saya pamit dulu"
Dokter tersenyum sebelum meninggalkan Jay dan Riki disana.

Jay mematung cukup lama, mendengar kabar bahwa adeknya hamil. Dia tentu saja terkejut dan ingin rasanya berteriak sekencang mungkin didepan dokter. Tetapi ia tahan karena kondisi adeknya juga belum pulih.

Kaki Jay lumpuh seketika, dirinya jatuh dengan lutut untuk menahan berat tubuhnya. Melihat itu Riki mengerutkan keningnya lalu menghampiri Jay.

"Lo kenapa? Cheva gimana?" Tanya Riki yang tak mendapat respon dari Jay.

Profit or Loss || LEE HEESEUNG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang