Bagian 15

2.9K 237 0
                                    

Jaemin dan Renjun sedang menunggu bus di halte. Jam menunjukkan pukul 18:08. Terlihat ada beberapa preman yang mondar mandir disana, apalagi suasana kampus yang sudah sepi dan mereka juga menunggu di halte belakang karena halte depan selalu penuh sehingga mereka tidak bisa duduk.

Preman itu perlahan mulai mendekat dan Jaemin-Renjun langsung berlari. Mereka masuk lagi ke kampus yang sudah sepi. Begitu fokusnya berlari, Renjun tidak melihat jalan dan tersandung batu.

AUWW... “ teriak Renjun.

Jaemin menghentikan larinya dan menghampiri Renjun. Melihat kebelakang, preman itu sudah tidak mengikuti mereka.

“ Elu gak papa? Yah kok ada darah sih Njun “ kata Jaemin melihat lutut Renjun mengeluarkan darah, ditambah lagi celananya juga robek di lutut.

“ Iya, gak papa “ jawab Renjun mencoba berdiri.

Renjun mencoba berdiri tetapi ternyata kakinya juga terkilir dan membuatnya tidak bisa berjalan.

“ Jaem, elu duluan aja, gue masih susah “ kata Renjun meringis menahan sakitnya.

“ Gue telepon Jeno aja deh, bodo amatnya dia mau nongkrong dimana “ kata Jaemin lagi.

“ Jangan, gak enak. Kalau gak elu duluan aja. Nanti kalau udah enakan gue nyusul balik. Naik taksi aja Jaem, udah gelap. Takutnya preman tadi masih nungguin disana “ saran Renjun.

“ Gila lu ya, gak mungkinlah gue ninggalin elu. Bentar gue telepon Jeno aja. Lagian Jeno rese banget nongkrong janji sampai jam 3, ini udah jam 6 gak ada kabar “

Jaemin membantu Renjun berdiri dan mereka duduk menepi. Jaemin mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Jeno.

Jeno sedang asyik Mabar bersama dengan teman temannya terganggu karena Jaemin terus menghubunginya. Jeno mereject berkali kali telepon Jaemin, tetapi kemudian dihubungi kembali. Walau kesal akhirnya dia mengangkat telepon itu.

“ Kenapa sih Yank, aku kan sudah izin tadi mau Mabar “ kata Jeno mengangkat teleponnya.

“ Jeno, kamu ya, terus aja reject telepon aku. Sekarang kamu ke gedung P, yang dekat fakultas bahasa Jerman. Kita tadi dikejar preman, ini Renjun jatuh, lututnya berdarah, kakinya terkilir. Cepetan!! “ seru Jaemin dengan nada kesal.

APA...!!

Jeno panik dan langsung meninggalkan teman temannya. Ketika sedang berlari, dia bertemu dengan Mark yang baru selesai bimbingan.

“ Ngapain sih lu Jen, lari kaya dikejar setan “ tegur Mark.

“ Bang, Renjun jatuh, urgent udah ya “ kata Jeno akan segera pergi.

“ Jen, “ tahan Mark cepat. “ Dimana? Gue ikut ya? “ ujar Mark yang juga khawatir.

“ Ya udah ambil mobil dulu deh, di gedung P, dekat fakultas bahasa Jerman “ kata Jeno.

Mark dan Jeno lalu pergi ke parkiran mobil. Karena jarak gedung saat ini ke gedung P cukup jauh sehingga akan lama kalau ditempuh dengan jalan kaki.

Suasana semakin gelap dan dingin, Renjun dan Jaemin masih menunggu kedatangan Jeno. Cahaya lampu menyorot ke arah mereka dan mereka tahu itu siapa.

Mark dan Jeno turun secara bersamaan dari mobil dan menghampiri mereka.

“ Njun, elu gak papa? “ tanya Jeno panik melihat keadaan sahabatnya.

“ Gak papa Jen, cuma terkilir doang. Maaf ya ganggu acara Mabar lu “ kata Renjun mencoba menenangkan sahabatnya.

“ Njun, kamu jatoh? “ tanya Mark sambil setengah berlutut melihat keadaan Renjun.

LOVE TO YOU || MARKREN 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang