Bagian 16

2.8K 226 2
                                    

Doyoung memandang wajah Renjun yang tertidur pulas setelah beberapa jam menangis meringis kesakitan. Doyoung sesekali memijat lutut bagian luar luka Renjun untuk mengurangi rasa sakitnya. Doyoung mendekat dan mengganti kain kompresan di kening adiknya, memasukan kembali ke dalam air, memerasnya dan meletakkan kembali di kening adiknya.

Suhu badan Renjun memang agak hangat, mungkin dampak sakit dari luka yang cukup besar di lututnya. Sementara Bunda Winwin sibuk di dapur menyiapkan teh hangat, agar ketika Renjun bangun bisa langsung minum teh itu.

“ Bun, Doyoung belum tidur? “ tanya Yuta yang masih menonton TV, menemani sang istri yang belum tidur.

“ Belum, kamu tahu sendiri, khawatirnya Doyoung kaya apa kalau adiknya kenapa napa “ kata Bunda Winwin sambil membuatkan teh.

“ Renjun masih panas Bun? “

“ Tadi sih waktu di cek udah turun pa, semoga besok udah mendingan “

“ Udahlah, besok gak usah kuliah dulu dia, lagi sakit gitu “

“ Iya, Doyoung juga udah siapin surat sakit kok. Katanya masih aman, karena Renjun jarang absen, jadi gak akan ada pengaruh sama beasiswanya “

Bunda melanjutkan kegiatannya. Doyoung mengelus kepala Renjun yang sedang tertidur pulas.

“ Maafin kakak ya, seandainya kakak anterin kamu, gak mungkin kamu sakit kaya gini “ lirih Doyoung menahan tangisnya.

Ingatannya kembali ke masa lalu ketika dia dan Renjun masih kecil.

Flash Memory

Renjun kecil berusia 4 tahun dan Doyoung berusia 8 tahun. Orang tua mereka bekerja sehingga Doyoung yang harus menjaga Renjun. Doyoung merasa sedikit risih karena adiknya selalu mengikuti kemanapun dia pergi.

Suatu ketika Doyoung diajak teman temannya main ke taman yang cukup jauh. Renjun menangis histeris dan mau ikut dengannya. Akhirnya dengan terpaksa dia membawa adiknya bermain. Karena terlalu fokus bermain, Doyoung melupakan Renjun. Apalagi saat itu tidak ada anak sepermainan Renjun membuatnya main sendiri.

Ketika sedang asyik bermain, Doyoung mendengar teriakan seorang wanita. Karena rasa penasarannya, Doyoung dan teman temannya melihat kearah kerumunan. Doyoung kaget ternyata Renjun tertabrak mobil. Untungnya yang menabrak bertanggungjawab dan membawa Renjun ke rumah sakit. Doyoung juga ikut.

Satu satunya yang diingat adalah nomor papanya. Menggunakan telepon rumah sakit, Doyoung menelpon papanya memberi kabar buruk.

Ketika sampai di rumah sakit, Yuta dan Winwin melihat Doyoung sedang meringkuk di bangku rumah sakit.

Doyoung!! “ panggil Winwin menghampiri anaknya.

BUNDAAA Hiksss !! “ tangis Doyoung pecah dan Winwin langsung memeluk anaknya.

BUNDAA.... ADEK..ADEK KETABRAK hiks hiks  “ cerita Doyoung ditengah isak tangisnya.

“ Iya sayang, kita berdoa ya semoga adek gak kenapa napa “ kata Winwin sambil mengelus kepala Doyoung mencoba menenangkan anaknya.

“ Maafin aku Bun, gagal jaga adek “

“ Enggak sayang, namanya musibah gak ada yang tahu. Udah kita berdoa aja ya semoga adek membaik “

Doyoung memeluk erat sang Bunda, Winwin juga sangat khawatir dengan keadaan anaknya, tetapi dia tidak mau terlihat rapuh karena ada anaknya yang lain yang harus dikuatkannya.

Yuta sedang berbicara dengan dokter dan orang yang menabraknya.

“ Saya minta maaf pak, saya minta maaf. Saya benar benar tidak sengaja “ orang itu bahkan sampai berlutut memohon maaf atas keteledorannya dalam mengemudi.

Yuta meraih bahu orang itu dan membawanya berdiri lalu memeluknya.

“ Kamu langsung membawa anak saya kesini, tidak kabur dan bahkan bertanggung jawab, langsung meminta operasi, ini sudah cukup membantu. Terima kasih kamu bersedia bertanggung jawab “ ucap Yuta mencoba tegar dan melepaskan pelukannya.

“ Beruntung anak bapak langsung dibawa ke rumah sakit, sehingga nyawanya bisa diselamatkan. Kalau telat sedikit, mungkin agak sulit. Operasinya lancar. Nanti kalau sudah membaik, kami akan memindahkannya ke ruang rawat “ kata Dokter kemudian.

Yuta mengucapkan terima kasih kepada dokter dan orang yang menabrak. Lalu dia menghampiri keluarganya memberikan kabar baik.

“ Gimana pa? Apa kata dokter? “ tanya Winwin dengan wajah kalut.

“ Kata dokter, operasinya lancar. Renjun dibawa tepat waktu. Nanti kita tinggal menunggu dia dipindahkan ke ruang perawatan “ kata Yuta senang.

“ Doyoung, kamu dengar. Adek selamat sayang, adek selamat “ kata Winwin senang.

Lalu semuanya berpelukan merasa lega karena Renjun baik baik saja. Sejak saat itu Doyoung lebih memilih main di rumah bersama adiknya. Walau kadang bosan, mereka akan bermain keluar. Tetapi pandangannya tidak akan jauh dari sang Adik. Doyoung tidak sadar bahkan setelah dewasa, dia masih tetap menjaga adiknya seperti bayi kecilnya.

Flash End

“ Maaf, untuk kedua kalinya gagal menjaga kamu “ kata Doyoung sambil menangis menatap Renjun yang masih tidur.

Renjun terbangun mendengar isakan tangis dan melihat kakaknya menangis.

“ Kak, aku gak papa “ kata Renjun mencoba meyakinkan kakaknya.

Doyoung tersentak mendengar suara adiknya. Dia mengenggam tangan sang adik memastikan adiknya baik baik saja.

“ Mana yang sakit, bilang sama kakak “ tanya Doyoung dengan wajah khawatir.

“ Aku baik baik aja, beberapa hari juga mendingan “ yakin Renjun.

“ Minum teh dulu ya, tadi bunda buatin untuk kamu “

Renjun mengangguk dan Doyoung perlahan membantu Renjun duduk dan memberikan teh untuk diminum. Setelah itu Renjun berbaring kembali.

“ Mau bobo sama kakak “ pinta Renjun manja.

Doyoung hanya tersenyum dan paham adiknya pasti sangat manja kalau sakit. Doyoung merebahkan diri di samping Renjun yang langsung menyembunyikan kepalanya di balik ketiak Doyoung.

Ini adalah kebiasaan Renjun yang selalu tidur di bawah ketiak Doyoung atau Yuta ketika Doyoung tidak ada. Doyoung juga mengelus pelan punggung Renjun agar adiknya bisa tidur kembali.

“ Njun, kamu cari pacar gih, biar ada yang jagain kalau kakak lagi sibuk “ saran Doyoung akhirnya mengalah.

Benar kata Mark, dia tidak bisa standby menjaga adiknya 24 jam. Karena sikapnya, Renjun bahkan hanya punya 1 teman, Jeno dan berkembang seiring kuliah. Itu juga karena mereka berteman dengan Jeno.

Renjun bahkan belum pernah berpacaran karena rasa khawatir Doyoung adiknya akan disakiti.

Doyoung sepertinya memang harus belajar menatap adiknya sebagai pria dewasa dan bukan bayi kecilnya lagi.

“ Hm,.. tumben? Kenapa? “ tanya Renjun heran karena kakaknya tiba tiba mengatakan hal aneh.

“ Iya kalau kakak lagi sibuk, kamukan bisa dianter jemput sama pacar kamu “

“ Inget kata Bunda, kakak itu udah kelamaan kuliah. Temennya udah pada lulus, mau sampai kapan sibuk organisasi. Udah fokus aja sama skripsi, undurin diri aja dari pejabat BEM “

“ Kamu bawel banget sih!! “

“ Ntar aku udah lulus, kakak masih kuliah “

“ Ya gak mungkin, tahun ini pasti skripsi. Makanya jangan berisik kalau kakak lagi belajar “

“ Pusing, mau tidur aja “

Renjun menutup matanya dan menuju alam mimpi karena kepala mulai pusing lagi akibat pengaruh lututnya yang luka. Doyoung mengelus pelan kepala adik kesayangnnya itu sambil tersenyum








Tbc

Jangan lupa vote, follow & comment
Happy Reading 👨‍💻👩‍💻

LOVE TO YOU || MARKREN 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang