Malam itu, seorang gadis sedang berdiri di depan pintu apartemen, ia mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada yang membuka pintunya.
"Apa dia sudah tidur? Tapi ini masih terlalu awal untuk tidur." Ucap gadis itu yang memiliki rambut berwarna silver dikuncir dua dan mata berwarna merah seperti darah.
Gadis itu kemudian mengedikkan bahunya sambil tersenyum.
"Yah, besok juga akan ketemu." Ucap gadis itu lalu melangkah pergi ke unit apartemen yang berada di sebelah apartemen yang ia tuju.
Dirinya memang tinggal bersebelahan dengan orang yang dia cari.
-///-
Hari berikutnya, gadis itu terlambat bangun dan dengan terburu-buru mempersiapkan dirinya untuk sekolah. Setelahnya, ia berlari pergi ke stasiun kereta. Saat pintu kereta akan tertutup, gadis itu jadi semakin panik dan mempercepat larinya meski nafasnya sudah tak beraturan.
"Tunggu!" Ucap gadis itu yang berteriak, berharap ada seseorang yang menahan pintu kereta untuknya.
Seorang pria dengan rambut coklat pun dengan sigap menahan pintu kereta untuk gadis itu. Gadis itu akhirnya berhasil memasuki kereta sebelum pintu kereta benar-benar tertutup sepenuhnya.
Gadis itu pun menunduk dengan kedua tangan yang bertumpu pada lututnya sembari mengatur nafasnya agar kembali normal.
"Ma...kasih..." Ucap gadis itu tanpa menatap pria yang sudah membantunya.
Pria itu hanya tersenyum menatap kekasihnya yang masih mengatur nafas sehabis berlari.
"Lagi-lagi kau terlambat bangun. Dasar." Ucap pria itu, Ouma Shu.
Gadis itu pun berdiri tegak dan menatap kesal Shu.
"Kau juga tidak membangunkanku! Kau bahkan meninggalkanku dan pergi sendiri! Shu jahat!" Ucap gadis itu, Yamabuki Saori.
Orang yang ingin Saori temui malam itu adalah Shu, mereka sudah tinggal bertetangga selama 5 tahun belakangan sehingga menjadi dekat dan memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih, meski mereka masih menyembunyikannya dari orang-orang karena Shu yang tidak percaya diri.
Saori begitu imut dan manis sehingga banyak orang yang menyukainya, hal itulah yang membuat Shu semakin tidak percaya diri.
"Pagi, Shu, Saori-chan!" Ucap seorang gadis sambil berjalan menghampiri mereka berdua.
Gadis itu memiliki rambut coklat dan mata yang senada dengan warna rambutnya. Dia adalah teman sekelas mereka, Menjou Hare.
"Pagi juga, Hare-chan!" Ucap Saori dengan nada cerianya sedangkan Shu tidak tertarik untuk berbicara dengan Hare.
Shu yang memiliki sifat pengecut tidak berani menatap mata Hare. Hanya Saori satu-satunya gadis yang berani Shu tatap meski dalam percakapan mereka, lebih banyak Saori yang berbicara sedangkan Shu mendengarkan.
Shu kemudian menatap keluar jendela kereta dimana ada banyak tentara disana.
"Hari ini mereka banyak juga, ya?" Ucap Shu.
"Kenapa, ya?" Ucap Saori.
"Apa kalian tidak menonton berita? Kemarin, baru ada serangan teroris atau semacamnya. Di Odaiba...bukan, sekarang disebut Bangsal 24." Ucap Hare.
"Eh?! Benarkah?! Gawat, dong!" Ucap Saori yang panik.
"Tentara sudah berjaga di sekitar, jadi kau tidak perlu khawatir, Saori-chan." Ucap Hare yang membuat Saori menghela nafas lega mendengar itu.
Saat tiba di sekolah, mereka pun masuk ke kelas dan duduk di kursi masing-masing. Shu dan Saori duduk bersebelahan sedangkan Hare duduk di depan Saori.
"Oi, Shu!" Ucap seorang pria yang memiliki rambut hitam dan mata yang senada dengan warna rambutnya, dia menghampiri Shu bersama seorang pria lainnya yang memiliki rambut coklat dan mata yang senada dengan warna rambutnya.
Mereka adalah teman sekelas Saori dan Shu, Tamadate Souta dan Samukawa Yahiro.
"Oh, maaf, aku belum selesai dengan video klip untuk kompetisinya." Ucap Shu.
"Aku bukan mau nanyain itu, kok." Ucap Souta.
"Kalau begitu, apa? Aku akan menyelesaikannya sebelum deadline, jangan khawatir." Ucap Shu.
"Hei, Shu, aku-" Ucap Souta tapi ucapannya langsung dipotong oleh Yahiro.
"Sudahlah, Souta. Dia sudah bilang kalau dia bisa. Baiklah, tolong, ya!" Ucap Yahiro lalu menarik Souta agar ikut pergi bersamanya.
"Kasihan, Souta-kun." Ucap Hare yang bergumam tapi Shu masih bisa mendengarnya.
"Kenapa? Padahal aku sudah bersusah payah menanggapinya." Ucap Shu.
"Tapi nggak berhasil, kan?" Ucap Hare.
"Begitu, ya." Ucap Shu.
"Kau terlalu lambat." Ucap Hare.
"Yah, Shu masih perlu banyak belajar." Ucap Saori.
"Berdiri!"
Mendengar itu, Saori menjadi panik karena game-nya belum selesai dimainkan.
"Tunggu sebentar! Ini hampir selesai!" Ucap Saori yang panik sedangkan guru yang akan mengajar mengerutkan keningnya mendengar itu.
"Lagi-lagi kau begini, Yamabuki-san."
"Maaf, Sensei." Ucap Saori lalu segera menyimpan tab yang ia pakai untuk bermain game.
Saori kemudian menunjukkan cengirannya diiringi dengan tanda peace menggunakan dua jarinya.
"Hehe, jangan marah, Sensei." Ucap Saori yang membuat gurunya hanya bisa menghela nafas mendengar itu.
Saori adalah anak yang jenius sehingga ia diberi banyak keringanan oleh guru. Dan meski dirinya melakukan kesalahan, dirinya akan dengan mudah dimaklumi seperti saat ini.
"Jangan diulangi lagi atau kau akan kuusir keluar kelas."
"Aku malah akan senang loh, Sensei." Ucap Saori yang membuat anak-anak di kelas itu tertawa mendengarnya.
Guru itu pun berusaha keras menahan amarahnya agar tidak meledak dan memilih memulai pelajaran. Shu sendiri hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan kekasihnya, sudah jadi hal yang biasa melihat Saori seperti itu.
Shu sendiri tidak menyangka akan memiliki Saori sebagai kekasihnya. Yang lebih mengejutkan, Saori-lah yang terlebih dulu menyatakan perasaannya pada Shu.
Kini sudah 1 tahun mereka menjalin hubungan dan Shu bisa menjadi dirinya sendiri jika bersama Saori.
Saat jam istirahat, mereka biasanya akan makan siang berdua di klub dimana mereka bergabung sebagai anggota, Klub Riset Film, dengan memakan bekal yang dibuat oleh Shu. Dikarenakan tempatnya yang terbengkalai, mereka bisa leluasa menjadi sepasang kekasih disana tanpa harus khawatir ketahuan oleh anak-anak lain.
"Shu, kau pergi duluan saja, aku akan membeli minuman dulu." Ucap Saori lalu langsung berlari kecil pergi ke vending machine terdekat untuk membeli minuman.
Setelah selesai membeli minuman, Saori segera pergi ke tempat klub mereka berada. Tapi ia tidak menemukan Shu disana, melainkan menemukan jejak darah.
Saori pun berjongkok untuk menyentuh darah itu. Darah itu sudah cukup mengering yang menandakan bahwa darah itu sudah ada cukup lama.
"Ini bukan darah Shu, jadi siapa? Lalu..." Ucap Saori lalu bangkit berdiri dan menatap seisi ruangan dimana ia tidak menemukan keberadaan Shu. "Dimana Shu?"
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate (Guilty Crown x OC)
FanfictionBagiku, takdir bertemu denganmu adalah hal terindah yang pernah kualami. Karena itu, aku akan melakukan apapun untukmu. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang akan terjadi ke depannya. Sebesar itulah cintaku padamu.