Karena mereka sudah tau bahwa pemerintah tidak akan menyelamatkan mereka, murid-murid SMA Tennozu mulai memberontak pada Arisa yang merupakan Ketua OSIS.
"Kami sudah muak dengan caramu mengalihkan perhatian!" Ucap Sudo.
"Aku tidak mengalihkan perhatian! Aku hanya bilang kalau kita jangan bertindak gegabah sampai situasinya pulih kembali. Sebentar lagi kita akan mendapat kabar dari kakekku, Ketua Kuhouin. Kita hanya perlu bersabar!" Ucap Arisa.
"Ayolah! Hadapi kenyataannya! Bagaimanapun keberadaan kita sudah tidak diakui lagi! Mereka akan menghabisi kita bersama dengan virusnya! Semuanya akan mati! Ini sudah berakhir!" Ucap Sudo.
Mendengar itu, seorang siswi menangis saat merasakan keputusasaan.
"Hentikan itu! Belum ada yang tau kepastiannya, kan?!"
"Benar. Jangan berteriak. Itulah kenapa aku minta jangan ada yang bicara sebelum mendapatkan mic-nya." Ucap Arisa.
Nanba pun meminta mic agar dirinya bisa berbicara dengan didengar semua orang.
"Menurutku, masalah terbesar kita adalah ketidaktahuan kita akan situasinya. Harus ada yang bertanggung jawab dan memeriksa tembok yang mengelilingi lingkar 7." Ucap Nanba.
"Benar! Nanba-kun benar!"
"Periksa sana!"
Sementara itu di ruangan lain, Shu dan yang lain hanya melihat apa yang terjadi di gedung olahraga melalui video yang ditunjukkan Funell.
"Kenapa Ketua mau repot-repot meladeni orang-orang seperti itu?" Ucap Tsugumi.
"Benar. Dia melakukan hal yang tidak berguna." Ucap Saori.
"Dia cuma ingin mendengar pendapat semuanya! Bagus, kan?" Ucap Souta yang mendapat balasan gelengan dari Saori.
"Dengan keadaan seperti ini, lebih baik bertindak sendiri-sendiri. Jika terlalu mementingkan orang lain, pada akhirnya hanya akan merepotkan diri sendiri." Ucap Saori yang membuat Souta terkejut mendengar itu, tak menyangka Saori akan memberikan jawaban seperti seorang berhati dingin.
"Shu, kenapa?" Ucap Inori saat melihat Shu yang melamun.
"Tidak, aku hanya berpikir apa yang akan Gai lakukan di saat seperti ini." Ucap Shu.
"Kumohon! Kumohon lakukan sesuatu! Aku ingin bertemu dengan ayah dan ibuku!"
Saori mengerutkan keningnya mendengar itu.
'Dasar manja.' Pikir Saori.
Saori memilih untuk meninggalkan ruangan itu. Ia sudah muak mendengar suara murid-murid lain yang terus merengek seperti anak kecil.
"Saori..." Ucap Inori yang ternyata menyusul Saori.
Saori pun menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Inori sambil tersenyum.
"Kenapa? Apa kau butuh sesuatu?" Ucap Saori.
Inori pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Aku hanya merasa tidak boleh membiarkan Saori sendirian." Ucap Inori yang membuat Saori terkejut mendengar itu.
Saori kemudian tersenyum manis dan mengelus kepala Inori.
"Aku tidak apa-apa, kok. Aku hanya sedikit kesal dengan mereka, itu saja." Ucap Saori.
"Saori membenci mereka?" Ucap Inori.
"Kalau dibilang benci..." Ucap Saori yang menjeda ucapannya sebelum menjawab. "Kurasa tidak. Aku hanya tidak menyukai sikap mereka. Bukannya menuntut agar keinginan mereka terpenuhi, mereka seharusnya peduli dan mendukung satu sama lain. Itu tindakan yang jauh lebih dewasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate (Guilty Crown x OC)
FanfictionBagiku, takdir bertemu denganmu adalah hal terindah yang pernah kualami. Karena itu, aku akan melakukan apapun untukmu. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang akan terjadi ke depannya. Sebesar itulah cintaku padamu.