Kelahiran kembali benar-benar terjadi, Shu menatap tak percaya apa yang dirinya lihat sedangkan Saori sudah memunculkan kedua pedangnya. Mana sendiri berdiri di hadapan Gai dan menguap.
"Selamat pagi, Triton." Ucap Mana.
"Kau sudah bangun, ya, Mana." Ucap Gai.
Mana pun membuka matanya dan tersenyum senang begitu melihat Shu.
"Shu!" Ucap Mana tapi begitu melihat Saori, ia menatap gadis itu dengan penuh kebencian. "Dasar jalang!"
"Jangan menghina Saori! Dia itu kekasihku!" Ucap Shu yang marah karena mendengar penghinaan dari Mana pada Saori.
Mana yang mendengar itu pun menundukkan kepalanya.
"Kau jahat, Shu. Padahal nee-san ini sangat mencintaimu. Ketika tubuhku hancur berkeping-keping juga aku masih mencintaimu. Tapi, kau malah menolakku lagi, Shu!" Ucap Mana sambil menatap tajam Shu.
Saori sendiri memilih langsung menyerang Mana dengan pedangnya, tapi Gai menahannya dengan Void di tubuh Inori yang berupa pedang.
"Jangan menghalangiku, Tsutsugami Gai!" Ucap Saori sambil terus menebaskan pedangnya sedangkan Gai terus menangkisnya.
Sementara itu, Mana mulai melakukan tugasnya, memunculkan kiamat yang lebih buruk dibandingkan saat Lost Christmas 10 tahun yang lalu.
Mana menari balet dengan begitu indah, tapi tarian itu membawa bencana pada umat manusia.
"Ini..." Ucap Shu saat melihat apa yang terjadi di langit.
Saori dan Gai kemudian sama-sama melompat mundur untuk memberi jarak pada satu sama lain.
"Kiamat keempat sudah dimulai. Evolusi dan seleksi hidup di planet ini." Ucap Gai.
"Yahiro!" Ucap Shu yang menyebabkan Void milik Yahiro yang berupa gunting muncul di tangannya.
Begitu kekuatan Shu dan Gai saling bertubrukan, Shu menyadari bahwa Gai lebih kuat darinya sampai dirinya terdorong mundur.
"Buanglah tubuh lemah kita dan capailah kesadaran abadi di dalam kristal. Itulah stage berikutnya. Void hanya berperan sebagai tanda, kelahiran dunia baru yang dibuat dari hati!" Ucap Gai.
"Omong kosong." Ucap Saori lalu kembali menyerang Gai. "Dunia baru? Kalian hanya melakukan pembunuhan massal!"
Pedang Saori dan Gai terus saling beradu dengan cepat hingga Shu kesulitan mengikuti pergerakan mereka.
"Kanon!" Ucap Shu lalu sebuah kacamata muncul dan langsung dirinya pakai.
Dengan kacamata itu, ia berusaha membaca pergerakan Saori dan Gai hingga akhirnya ia menemukan suatu celah.
"Saori!" Ucap Shu sambil menyerang Gai dengan Void Gunting.
Shu pun menusuk tubuh Gai dengan gunting itu lalu memotong rantai kehidupan milik Gai. Saori sendiri tak membuang waktu, ia langsung memenggal kepala Mana saat itu juga.
"Ini sudah berakhir." Ucap Saori sambil menatap sendu kepala Mana yang sudah ia penggal, mengingatkannya kepada Inori.
"Tidak apa-apa, nee-san."
Saori pun tersentak saat dirinya mendengar suara Inori sedangkan Shu menangkap tubuh Gai yang sudah tidak bernyawa.
"Gai..." Ucap Shu sambil menatap sendu pria itu karena biar bagaimanapun, Gai adalah panutannya, orang yang ia hormati.
Tiba-tiba saja sebuah cahaya terang muncul hingga mereka berdua harus menutup mata mereka.
Saat mereka membuka mata, mereka bisa melihat kristal-kristal di sekitar mereka.
"Dimana ini?" Ucap Shu.
"Tempat dimana seleksi bertemu. Dunia setelah kiamat." Ucap Gai.
"Gai..." Ucap Shu.
"Ini adalah surga dari Da'ath. Seluruh tempat ini akan berubah menjadi memori di dalam kristal. Aku telah terpilih menjadi Raja, tapi pada akhirnya..." Ucap Gai.
Tiba-tiba saja tempat mereka berubah menjadi gereja yang dulu pernah Shu datangi saat kecil. Saori sendiri tidak mengetahui apapun terkait gereja itu atau kaitannya dengan Shu.
"Itu..." Ucap Saori saat melihat Gai dan Mana waktu masih kecil.
"Aku selalu takut akan disingkirkan. Itulah kenapa, Eve...aku menginginkan Mana. Waktu itu, ketika kau menusuk kami di Roppongi, aku percaya kalau dengan begitu Mana akan terbebaskan. Tapi Da'ath, kehendak dari seleksi alam takkan membiarkan Mana mati. Meskipun dia mati, dia akan terus dihidupkan lagi. Hanya ada satu cara untuk menolongnya." Ucap Gai.
"Membiarkan kiamat benar-benar terjadi, kan?" Ucap Saori.
"Benar." Ucap Gai lalu memeluk tubuh Mana. "Itulah kenapa aku mempertaruhkannya. Aku akan menjadi iblis dan melaksanakan Apocalypse lalu kalian akan datang untuk menghentikan kami. Peranku sampai disini saja. Sekarang giliranmu, Saori."
Tubuh Gai dan Mana pun berubah menjadi kristal-kristal kecil sedangkan Shu tersentak mendengar apa yang Gai katakan dan langsung menoleh menatap Saori.
"Apa maksud Gai, Saori?" Ucap Shu.
Saori memejamkan matanya untuk beberapa saat sebelum akhirnya menatap Shu. Tempat mereka berada pun kembali seperti semula.
"Shu..." Ucap Saori lalu berjalan mendekati Shu hingga ia berdiri di hadapan pria itu. "Keluarkan Void-ku."
"Apa?" Ucap Shu yang kebingungan dan tidak mengerti.
Saori pun meraih tangan kanan Shu dan menggenggamnya.
"Lakukan, Shu. Keluarkan Void-ku." Ucap Saori dengan ekspresi seriusnya.
Shu sempat ragu untuk beberapa saat tapi akhirnya ia tetap melakukan apa yang Saori katakan. Tangan kirinya menggenggam tangan kanan Saori sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menarik keluar Void gadis itu.
Saori mati-matian menahan sakit saat Void dikeluarkan dari tubuhnya untuk pertama kalinya. Ia merasa syok seolah sesuatu ditarik keluar secara paksa dari sana tapi itu hanya beberapa saat karena setelahnya ia tersenyum melihat Void miliknya, Void berupa bunga yang indah. Bunga itu terbuat dari kristal dan memiliki lima kelopak dengan warna seperti pelangi.
Saori pun mengambil Void itu dan menatapnya lekat.
"Indah, ya. Aku tak menyangka Void-ku akan seindah ini. Ini lebih indah daripada yang di mimpi." Ucap Saori.
"Mimpi?" Ucap Shu yang tak mengerti.
Saori pun menghancurkan bunga di tangannya menjadi berkeping-keping yang membuat Shu terkejut melihat itu.
"Saori, apa yang kau lakukan?!" Ucap Shu yang terkejut dan akan menghentikan Saori dengan meraih bunga itu tapi Saori menahan tangan Shu kemudian mencium kekasihnya itu.
Saat ciuman itu terlepas, Saori menatap Shu dengan tatapan sendu.
"Dengan begini, semuanya akan bahagia. Tanpa adanya Void atau virus, dunia akan menjadi tempat yang indah." Ucap Saori dengan tubuhnya yang perlahan menjadi serpihan-serpihan kecil.
Setelahnya, keajaiban terjadi dengan menghilangnya Void di tubuh setiap orang juga Virus Apocalypse.
"Saori, kenapa kau melakukan ini?" Ucap Shu sambil menatap sendu Saori yang tubuhnya hanya tersisa bagian atas saja.
"Karena aku ingin semua orang bahagia, Shu. Termasuk dirimu." Ucap Saori sambil tersenyum manis.
"Kau..." Ucap Shu yang tak dapat lagi menahan air matanya.
Shu akhirnya menangis dan memeluk Saori erat.
"Jangan pergi...kumohon..." Ucap Shu.
"Maaf..." Ucap Saori lalu melepaskan pelukan Shu dan tersenyum manis pada kekasihnya itu. "Aku mencintaimu."
Tubuh Saori akhirnya menghilang sepenuhnya sedangkan Shu jatuh berlutut dan tak bisa berhenti menangis.
Demi kebahagiaan semua orang, Saori rela mengorbankan dirinya sendiri. Dengan kematiannya, kristal-kristal di seluruh dunia lenyap berganti dengan bunga-bunga yang indah.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate (Guilty Crown x OC)
FanfictionBagiku, takdir bertemu denganmu adalah hal terindah yang pernah kualami. Karena itu, aku akan melakukan apapun untukmu. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang akan terjadi ke depannya. Sebesar itulah cintaku padamu.