Part 7

29 6 0
                                    

Pada pagi hari saat Saori membuka matanya, ia begitu terkejut melihat Inori yang tertidur di sampingnya.

"Inori?!" Ucap Saori yang terkejut bahkan langsung bangkit mengambil posisi duduk dari yang awalnya berada pada posisi berbaring.

Inori yang mendengar itu pun membuka matanya dan menatap Saori yang sedang terkejut menatapnya.

"Saori, ada apa?" Ucap Inori sambil mengucek matanya karena baru bangun tidur.

"Kenapa kau ada di kamarku, Inori?" Ucap Saori.

"Habisnya, aku mau tidur bareng Saori. Jadi aku menyelinap masuk saat tengah malam." Ucap Inori yang membuat Saori menghela nafasnya mendengar itu.

"Lain kali jangan menyelinap begitu. Katakan saja padaku kalau kau mau tidur denganku." Ucap Saori.

Inori pun menganggukkan kepalanya mengerti sedangkan Saori memandang wajah Inori.

'Kenapa rasanya Inori jadi suka menempel padaku?' Pikir Saori.

"Oh, kau ternyata sudah bangun. Cepat persiapkan dirimu. Kita akan mulai pelatihan hari ini." Ucap Ayase lalu keluar dari kamar Saori begitu saja.

"Duh, sepertinya dia jadi tidak menyukaiku karena kejadian kemarin." Ucap Saori yang sedikit merasa bersalah.

Setelahnya, Saori pun bersiap untuk memulai pelatihan dengan memakai seragam Pengurus Pemakaman yang disiapkan oleh Inori. Ia lalu bergabung dengan Shu dan Ayase yang sudah menunggunya.

"Lama sekali!" Ucap Ayase.

"Yah, namanya juga perempuan." Ucap Saori sambil tersenyum.

"Kita akan melakukan pelatihan selama seminggu untuk melihat apa kalian layak bergabung dengan Pengurus Pemakaman." Ucap Ayase.

Setelahnya, Ayase membawa mereka berdua menemui Argo.

"Aku murid kelas 2 di SMA Ryusen, Tsukishima Argo. Siapa nama kalian?" Ucap Argo.

"Ouma Shu." Ucap Shu.

"Yamabuki Saori." Ucap Saori.

"Aku tau." Ucap Argo.

"Kalau gitu, ngapain nanya." Ucap Saori yang sedikit kesal.

Argo lalu memberikan sebuah pisau belati pada Shu dan Saori.

"Seranglah aku seperti ingin membunuhku." Ucap Argo.

"Ini asli, kan?" Ucap Shu.

"Ya. Lalu? Gelar Pengurus Pemakaman sangatlah berat." Ucap Argo lalu mengeluarkan pisau belati miliknya sendiri. "Jangan biarkan ini menakutimu!"

Argo lalu menyerang Shu. Shu yang tak siap pun jatuh terduduk dan menjatuhkan pisau belatinya. Melihat Shu yang tak lagi mampu bertarung, Argo beralih melihat Saori tapi ia tak menemukan keberadaan gadis itu.

Argo lalu terdiam saat sebuah pisau belati dilempar ke arahnya. Ia pun segera menghindari, tapi pisau itu masih mampu menggores pipinya.

"Kau boleh juga." Ucap Argo.

Saori sendiri hanya tersenyum menanggapi itu.

Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan Shu dan Saori yang berlari sambil membawa senapan. Shu bernafas dengan terengah-engah sedangkan nafas Saori masih normal.

"Saori, bukannya kau juga lelah?" Ucap Shu.

"Ah, selama ini aku hanya berpura-pura lelah. Karena aku seorang cyborg, mungkin aku bisa berlari dari satu kota ke kota lain." Ucap Saori lalu mempercepat larinya dimana Shu jadi semakin tertinggal darinya.

Shu sendiri terdiam mendengar jawaban yang Saori berikan, sungguh di luar dugaannya.

Setelahnya, Ayase membawa Shu dan Saori menemui Oogumo, salah satu anggota Pengurus Pemakaman yang memiliki badan besar.

"Ini mungkin berat." Ucap Oogumo lalu memberikan senapan besar miliknya pada Shu.

Shu yang tak sanggup menahan beban berat itu akhirnya terjatuh.

"Bagaimana dia menurutmu, Oogumo?" Ucap Ayase.

"Tidak ada harapan." Ucap Oogumo.

Saori pun berinisiatif membantu mengangkat senapan itu, bahkan dia bisa mengangkatnya dengan satu tangan yang membuat Shu terperangah melihat itu.

"Hebat, Saori. Apa ini juga kelebihan jadi cyborg?" Ucap Shu.

"Yah, kurang lebih." Ucap Saori.

Mereka kemudian pergi ke area menembak dimana Inori juga ada disana dan sedang berlatih menembak. Shu pun terperangah saat melihat kemampuan menembak Inori dimana seluruh pelurunya mengenai target.

"Dia memang hebat dalam hal ini. Kalian juga akan mencoba untuk sebagus ini." Ucap Ayase.

"Eh?" Ucap Shu.

"Aku belum pernah menembak, sih." Ucap Saori lalu mengambil satu pistol dan mengisi pelurunya. "Apa begini?"

Setelahnya, Saori pun menembakkan pistolnya beberapa kali dan mengenai target dengan tepat.

"He~, ini mudah." Ucap Saori sambil tersenyum puas sedangkan Shu ikut mencoba, tapi dirinya bahkan tidak bisa memegang pistol dengan baik.

"Kau salah menempatkan jarimu, Shu." Ucap Saori lalu mengatur jari Shu agar memegang pistol dengan benar.

Namun karenanya, dadanya jadi bersentuhan dengan punggung Shu yang membuat Shu merona merah.

"Saori..." Ucap Shu.

"Hm? Fokus ke depan, Shu." Ucap Saori.

'Saori yang serius memang berbeda.' Pikir Shu saat melihat ekspresi serius dari Saori.

Shu pun mencoba menembakkan pistol itu satu kali, namun meleset jauh dari target.

"Coba lagi." Ucap Saori.

Shu pun terus menembak dan tembakannya sedikit demi sedikit menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Bagus." Ucap Saori sambil menepuk pelan kepala Shu dan tersenyum puas.

Setelahnya, Shu dan Saori beristirahat di bar dimana disana juga ada Argo dan Kyo. Kyo adalah anggota termuda di Pengurus Pemakaman.

"Argo-san, Shu-san, Saori-san, silahkan." Ucap Kyo sambil memberikan minuman untuk mereka bertiga.

"Maaf, ya. Oh iya, kudengar kali ini kau akan bersama dengan Gai ya, Kyo?" Ucap Argo.

"Ya! Akhirnya aku bisa bertarung bersamanya! Sayang sekali aku tak bisa melihat pertarungan latihannya, tapi berjuanglah sebisamu ya, Shu-san!" Ucap Kyo yang bersemangat.

"Kenapa hanya aku?" Ucap Shu.

"Habisnya, Saori-san sudah kuat." Ucap Kyo yang jujur, membuat Shu menjadi murung.

'Saori memang hebat. Aku sendiri tak percaya memiliki kekasih sepertinya.' Pikir Shu sambil tersenyum.

"Kalau begitu, sampai jumpa!" Ucap Kyo sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

Kyo lalu pergi dari sana sedangkan Shu menatap kepergian Kyo.

"Dia masih muda sekali. Ternyata jika ada orang yang percaya diri, semuanya akan mengikuti. Walaupun aku melakukan hal yang sama, pasti tidak akan ada yang mau mengikutiku. Pada akhirnya, orang yang egois akan menjadi pemimpin di dunia ini." Ucap Shu.

"Gai bukan orang yang seperti itu." Ucap Argo yang membuat Shu menoleh menatapnya. "Sekarang, kau tak bisa melihat apapun. Walaupun dengan langkahmu yang seperti ini, kau mungkin tidak akan pernah bisa. Tapi bagaimanapun, bukankah perkataanmu itu menghina Gai dan kami semua? Minta maaf."

"Maaf." Ucap Shu.

"Ngomong-ngomong, bisakah kau mengeluarkan Void itu dari siapa pun?" Ucap Argo.

"Hah?" Ucap Shu yang kebingungan karena tiba-tiba ditanya pertanyaan seperti itu.

To be continued

Fate (Guilty Crown x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang