6. Opportunity

8.2K 404 31
                                    

JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN YA SAYANG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN
YA SAYANG

🎵 Josh Makazo - Hours

ꕤꕤ

"Apa kau akan pergi? Sekarang sudah waktunya makan siang. Aku ingin mengajak nona Jesslyn untuk makan siang bersama saya,” tawar Jeon di saat Jesslyn hendak masuk ke dalam lift.

Jesslyn memutar bola matanya sekaligus tubuhnya dan membiarkan lift itu tertutup bersama dengan sekretarisnya yang berada di dalam sana. “Aku ada urusan lain, maaf,” tolak Jesslyn halus.

Jujur saja Jesslyn sangat canggung berada di dekat Jeon. Memilih menjaga batasan bukan tanpa sebab, kondisi saat ini dia adalah tamu di perusahaan pria itu. Dan satu hal penting nama pria itu sama persis seperti yang tercantum dalam informasi pendonor sperma yang Jesslyn beli dari Dokter Shin. Jesslyn sedikit menaruh curiga jika pendonor itu sebenarnya adalah pria itu.

“Apa kau tidak mengenalku nona Jesslyn, aku....” Jeon kembali berbicara, dia ingin tau apa wanita itu masih mengingat dirinya atau tidak.

“Kau, Tuan Jeon CEO Deerwod.”

Jesslyn bingung harus mengatakan, kenapa pria itu seolah-olah seperti mengenal dirinya. Apa sebelumnya dia pernah bertemu dengannya. Jesslyn diam memilih untuk menggali ingatannya yang tertumpuk oleh pekerjaan. “Pria ini bukankah yang di rumah sakit?” batin Jesslyn, menaikkan pandangannya ke arah pria Jeon.

“Bagaimana, apa kau mengingatku?”

Jesslyn menangguk. “Kau pria yang menabrakku di rumah sakit!” jawab Jesslyn dengan sedikit menunjukkan ekspresi terkejut.

That’s right, itu aku nona Jesslyn. Aku belum memperkenalkan diriku kepadamu, aku Jeon Arion Deerwod.”

“Aku sudah tau namamu jadi tidak perlu memperkenalkan diri lagi tuan Jeon.” Jesslyn memutar tubuhnya kembali ke arah lift dan juga memencet tombol untuk turun.

Namun saat Jesslyn hendak masuk kembali, Jeon spontan menarik pergelangan tangan wanita itu begitu kuat hingga tubuh Jesslyn tertarik ke arahnya berakhir pada dada bidang milik Jeon.

“Aku mohon kali ini saja kau mau makan siang bersama denganku.” Jeon semakin rapat menyematkan satu tangannya pada pinggang ramping Jesslyn dan satunya lagi memegang pergelangan tangan wanita itu. “Apa perlu aku meminta izin kepada tuan Kim untuk mengajak putrinya makan siang,” cetus Jeon sedikit menampilkan senyum.

Jesslyn mendorong tubuh pria itu menjauh darinya, pria itu dengan seenaknya menyematkan tangannya pada tubuh berharganya. Jesslyn begitu risih tapi di saat bersamaan dia berdebar, gugup, canggung dan takut kepada pria itu. Entah sejak kapan dia merasa takut dengan seseorang, baru kali ini dia merasa takut.

Jesslyn mencoba untuk biasa saja di hadapan Jeon. “Baiklah, aku mau makan siang bersama denganmu sebagai wujud kerja sama perusahaan kita.”

Senyum Jeon mengembang seketika, tidak masalah jika wanita itu menganggap ajakan makan siangnya sebagai wujud kerja sama. Yang terpenting rasa penasaran akan sosok wanita di hadapannya terbayar.

SINGLE MOOM'S?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang