19. Refuse

7K 412 56
                                    

JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN YA SAYANG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN
YA SAYANG

ꕤꕤ


"Berapa bulan usia kandunganmu?" tanya Jeon sebab dia begitu penasaran.

"Untuk apa kau ingin tau?" balas Jesslyn begitu ketus.

"Jawab saja Jesslyn, aku tidak akan melakukan apa pun."

"Enam bulan berjalan menuju tujuh bulan," jawab Jesslyn.

Jeon tersenyum lebar mendengarnya. "Kurang lebih tiga bulan lagi anakku akan lahir." Jeon membayangkan tiga bulan lagi dia akan mendapatkan gelar seorang ayah. Secepat itu dia akan menjadi ayah, rasanya seperti mimpi.

Jesslyn berbalik memunggungi Jeon, yang dia pikirkan sekarang sampai kapan dia akan terus berada di sini bersama dengan Jeon. Jesslyn takut tapi tidak menunjukkan itu semua.

Jeon memandangi punggung wanita itu, wanita itu terdiam mungkin saja sudah tidur. Jeon pun ikut bersiap ingin menyusul Jesslyn tidur juga. Dia mematikan lampu utama dan menyisakan lampu kecil tepat di sampingnya sebagai penerang agar tidak begitu gelap.

Jesslyn mencoba untuk tidur tapi dia tidak bisa. Apalagi bayinya yang terus bergerak seakan meminta sesuatu. Memang benar Jesslyn merasa lapar saat ini. Namun, dia menahannya sebab tidak ingin meminta sesuatu kepada Jeon.

Jesslyn sejak tadi bergerak merasa tidak nyaman. Jeon tidak sepenuhnya tidur, jadi dia bisa melihat pergerakan Jesslyn.

Jesslyn tidak bisa menahannya lagi, pada akhirnya dia memilih untuk duduk di pinggiran kasur meraih botol air mineral untuk dia minum agar sedikit menganjal perutnya.

"Ada apa?" tanya Jeon ikut terduduk.

"Aku lapar Jeon." kata-kata yang sedari tadi ingin Jesslyn tahan pada akhirnya terucap spontan tanpa canggung.

Jeon memejamkan sejenak matanya, ternyata dia melupakan sesuatu. Dia belum memberi wanita itu makan, itu berarti dia juga tidak memberi makan anaknya.

Jeon turun dari ranjang pergi ke arah Jesslyn, berjongkok tepat di depan perutnya.

"Maafkan aku karena lupa memberikanmu makan," seru Jeon.

Untuk satu minggu ke depan dia akan fokus meluluhkan hatinya secara perlahan, dia tidak akan melakukan dengan cara pemaksaan jadi dia memutuskan untuk melakukannya begitu lembut dan manis.

"Mau makan apa Jesslyn?" tanya Jeon sekali lagi.

"Aku ingin makan Pizza dengan ekstra keju," jawab Jesslyn.

"Kau yang menginginkannya atau anak kita?"

Peranyaan itu sontak membuat Jesslyn melonggo. Pria itu sudah dengan berani menyebut anak kita. Bahkan Jesslyn belum memberikan ruang bagi pria itu.

SINGLE MOOM'S?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang