18. Uncertainty

7.3K 417 60
                                    

JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN YA SAYANG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN
YA SAYANG

ꕤꕤ

"Jesslyn, jawab aku. Tidak bisa kita harus ke rumah sakit. Aku tidak ingin terjadi sesuatu kepada anakku." Jeon menurunkan kepala Jesslyn meraih bantal untuk menyanggah kepala Jesslyn.

Dengan cepat Jeon memakai bajunya secara asal, asalkan baju itu harus melekat kembali ke tubuh Jeon. Dia tidak memikirkan bahwa kancing bajunya saat ini tampak begitu berantakan tidak tertata.

Jeon tak melupakan satu hal, dia juga harus memakaikan kembali celana dalam Jesslyn yang tergeletak di lantai.

"Jesslyn, tenanglah. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang juga tenanglah! Daddy akan menyelamatkan kalian!"

Raut wajah Jeon terlihat sangat lucu, secara bergantian melihat wajah Jesslyn dan perut Jesslyn secara bergantian. Melihat dengan ekspresi bodohnya itu membuat Jesslyn tak sanggup menahan tawa. Namun dia dengan segera menahannya agar tidak di ketahui oleh Jeon.

Tanpa aba-aba Jeon langsung menggendong Jesslyn membawanya keluar dari kamar. Saat Jesslyn berada di gendongan, kedua mata Jesslyn tak pernah putus melihat ekspresi kekhawatiran Jeon.

“Apa seperti ini rasa jika memiliki seorang suami yang mengkhawatirkan istrinya yang sedang hamil,” batin Jesslyn merasa senang melihat Jeon seperti saat itu.

“Sebegitu khawatirnya kau tuan Jeon, apa anak ini sangat berharga untukmu,” batin Jesslyn kembali.

“Jeon aku tidak ingin ke rumah sakit, tapi aku ingin pulang ke rumah nenekku,” tolak Jesslyn memecahkan keheningan di dalam lift.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jeon.

Jesslyn menjawabnya dengan anggukan. Jeon bernafas lega melihat Jesslyn baik-baik saja. Namun, dia masih tetap harus membawa Jesslyn ke rumah sakit untuk memastikan segalanya.

"Aku baik-baik saja Jeon, aku ingin pulang," jawab Jesslyn.

“Tidak Jesslyn, kita harus ke rumah sakit untuk memastikan semuanya baik-baik saja.”

Sesampainya di rumah sakit Jeon mondar-mandir di luar pintu pemeriksaan, dia begitu tidak tenang menunggu Jesslyn selesai di periksa.

Kenapa Jeon berada di luar? Kenapa tidak di dalam saja?

Jeon sendiri yang memilih untuk menunggu di luar, walaupun dalam hati kecilnya ingin sekali berada di dalam.

Awalnya Jeon tidak ingin tapi menunggu tanpa kepastian membuat Jeon memilih masuk saja dari pada di luar merasa cemas. Pria itu pun akhirnya ikut masuk ke dalam. Dia tidak peduli jika Jesslyn mungkin akan merasa canggung saat ada Jeon di sampingnya.

Jeon tampak kagum melihat anaknya dari layar monitor, tanpa di sangka Jeon tagis haru menghiasi manik Jeon. Jeon masih tidak menyangka jika dirinya sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Pria itu tampak emosional air matanya turun begitu saja.

SINGLE MOOM'S?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang