*PROSES REVISI*
❗️FOLLOW & VOTE DULU SEBELUM BACA❗️
Seorang wanita yang tidak ingin hidupnya terikat dalam hubungan pernikahan, akan tetapi menginginkan anak tumbuh dan lahir dari dalam rahimnya. Lalu bagaimanakah hal itu bisa terjadi?
Suatu hari Ki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN YA SAYANG
ꕤꕤ
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jesslyn diam mematung, menatap bingung kamar yang dia tempat kini. "Jeon!" panggilnya lagi.
Tidak ada sahutan sama sekali, Jeon juga tidak terlihat batang hidungnya. Alhasil Jesslyn memilih beranjak dari ranjang, pergi keluar dari kamar itu. Jelas sekali rumah itu tidak berpenghuni, Jesslyn mengamatinya dari atas.
"Sebenarnya rumah siapa ini, sepi sekali" gumam Jesslyn sambil melangkah menuruni tangga.
Tepat saat sudah di titik akhir tangga atensinya tertuju pada bingkai foto berukuran 30R begitu besar menempel pada dinding tapat di hadapannya. Foto pernikahan Jeon dan juga mendiang istrinya Sunny. Jesslyn mendongak menatapnya begitu dalam untuk beberapa saat.
"Apa yang kau lihat?"
Jesslyn menoleh sekilas lalu kembali lagi pada posisi awal. "Dia Sunny istrimu, Jeon?" tanya Jesslyn. Walaupun Jesslyn sudah mengetahuinya.
"Iya, dia mendiang istriku. Bukankah dia sangat cantik?" Jeon melirik Jesslyn, dia sengaja mengatakan itu untuk memancing kecemburuan wanita itu.
Jesslyn memilih berbalik kembali ke kamar dan membiarkan pria itu mematung di tempat. Jeon, sudah membuat mood Jesslyn hancur pagi-pagi.
Senyuman Jeon luntur seketika saat wanita itu memilih pergi meninggalkannya begitu saja. Cemburu, itu sangat tidak mungkin di perlihatkan pada wajah Jesslyn. Jeon ikut menyusul wanita itu pergi.
"Jesslyn, kau mau ke mana dengan koper itu?" tanya Jeon sambil menahan pergelangan tangan Jesslyn.
"Mandi," ucap Jesslyn begitu ketus.
"Apa kau marah kepadaku?" tanya Jeon memastikan.
"Untuk apa aku marah, jika kau masih mau melanjutkan hubungan denganku. Maka kau harus berhati-hati dalam berucap." Jesslyn melangkah pergi menuju kamar mandi. Jeon mengikuti langkahnya juga hingga ke dalam.
Jesslyn menghela nafas, kedua matanya menyorot pada Jeon begitu tajam. "Apa kau masih memikirkan mendiang istrimu?" tanya Jesslyn santai.
"Dia hanya masa lalu dan kau adalah masa depanku. Lagi pula, aku menikah dengannya karena perjodohan," jawab Jeon.
Jeon menelan ludahnya kasar saat Jesslyn dengan terang-terangan mengajaknya mandi bersama. "Kau mandilah dulu setelah itu aku. Aku tidak ingin kau kelelahan karena hari ini kita akan ke rumahmu," tolak Jeon.
"Apa yang akan kau lakukan hingga membuatku lelah. Kita hanya mandi tidak lebih." Jesslyn terdiam sejenak sambil berpikir kembali kata-kata yang Jeon lontarkan. "Jangan bilang, kau mau melakukan sesuatu kepadaku?" tebak Jesslyn.
Jesslyn melangkah mendekati pria itu. Tangannya terangkat, jemarinya mulai merayap pada tubuh kekar Jeon dengan sangat berani. Pria itu hanya memakai kaos putih dan juga celana longgar trening kesukaannya. Tepat pada tengkuk leher pria itu, Jesslyn menekan lehernya hingga jarak di antara keduanya tidak ada lagi.
Jesslyn mendaratkan sebuah ciuman sensual pada bibir Jeon. Jeon hanya terdiam saat Jesslyn mencicipi bibirnya begitu saja. Tangan kiri Jesslyn begitu nakal masuk ke dalam kaosnya pada bagian belakang sambil mengelusnya.
Pergerakan itu spontan membuat Jeon mendorong tubuh Jesslyn menjauh hingga ciuman itu terlepas. "Jesslyn, apa yang kau lakukan?"
"Melakukan apa yang ada dalam pikiranmu."
"Kita bisa melakukannya lain kali, hari ini tidak," tolak Jeon.
Tidak ingin melayani lebih lanjut tindakan Jesslyn, Jeon memilih keluar dari kamar mandi itu. Namun, sebelum Jeon benar-benar keluar Jesslyn kembali bersuara.
"Bukankah kau bermain solo kemarin?" sindir Jesslyn.
"Kau jangan berkhayal Jesslyn, aku Jeon Arion Deerwod tidak akan melakukan hal semacam itu," bantahnya langsung.
"Aku mendengarnya begitu jelas kemarin."
"Eh....." Jesslyn tersentak saat Jeon mencium bibirnya secara tiba-tiba.
"Kau tidak memakai celana dalam, Jesslyn?" tanya Jeon begitu frontal.
Untaian kalimat itu membuat Jesslyn membeku, jantungnya berdebar sekaligus terkejut. Kemarin dia terbangun dan melepas semua dalemannya karena tidak nyaman. Jesslyn menelan ludahnya kasar, bagaimana Jeon tau?
Kedua tangan Jesslyn spontan mendorong tubuh Jeon agar menjauh. Mendadak Dia menjadi takut. Namun sayangnya Jeon justru sudah lebih dahulu menyematkan tangannya pada pinggang Jesslyn.
"Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kau sudah memancingku berkali-kali jadi kau harus menyembuhkanku dengan tubuhmu," ujar Jeon sambil menunjuk sesuatu di bawah sana.
Jesslyn mengikuti tangan Jeon menunjuk di bagian bawahnya. Hal itu sontak membuat Jesslyn terkejut bukan main. Dia melihat dengan jelas benda itu menjembul seperti tidak memiliki pelindung walaupun masih terbalut celana training.
Pria itu mencuri kesempatan saat Jesslyn lengah. Jeon mencium bibir Jesslyn begitu dalam, dia juga menahan leher Jesslyn agar Jesslyn tidak bisa kabur darinya.
Jesslyn terus saja memberontak. Namun, pada akhirnya dia memilih diam. Dia sudah terpancing oleh kenyamanan dan kenikmatan yang Jeon berikan kepadanya. Kedua tangan Jesslyn memeluk tubuh Jeon sambil memberikan usapan pelan pada punggung. Jeon memperlakukannya begitu lembut.
Hingga tanpa sadar keduanya sudah mendekat kembali pada ranjang. Sejenak Jeon melepas ciuman itu, mengelus pelan surai Jesslyn yang berantakan akibat ulahnya.
"Kau tau Jesslyn, rasanya bermain solo itu tidak seenak saat bermain bersama denganmu. Walaupun kita sebelumnya hanya melakukannya sekali, aku khawatir denganmu dan juga anak kita. Apalagi saat itu adalah pengalaman pertamamu, kau kesakitan karena aku."
"Sebaiknya kita lakukan lain kali saja sebab kita akan pergi ke rumah orang tuamu," tambah Jeon.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.