*PROSES REVISI*
❗️FOLLOW & VOTE DULU SEBELUM BACA❗️
Seorang wanita yang tidak ingin hidupnya terikat dalam hubungan pernikahan, akan tetapi menginginkan anak tumbuh dan lahir dari dalam rahimnya. Lalu bagaimanakah hal itu bisa terjadi?
Suatu hari Ki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN YA SAYANG
ꕤꕤ
Jeon mendengus kesal, ini memang bukan pertama kalinya tapi saat ini suasana hati Jeon sedang tidak baik jadi cenderung emosional, walaupun dia akan tetap menampilkan profesionalitasnya dalam mengerjakan segalanya. Kadang kala seseorang juga butuh istirahat walaupun dia sudah terbiasa melakukan hal tersebut.
“Jeon kau belum pulang?” sapa seseorang secara tiba-tiba terdengar begitu dekat, Jeon sama sekali tidak tahu jika ada orang yang menyelinap masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi seperti ini, sungguh tidak sopan.
“Sialan, kenapa dia belum pergi juga,” umpat Jeon. Jeon beranjak dari duduknya begitu kasar, dia ingin sekali berteriak di depan pria itu. Namun sebelum Jeon berteriak, dia dikejutkan oleh sosok sahabat berdiri tepat di depannya.
Dengan cepat Jeon mengontrol emosinya, dia menghela nafas beberapa kali mencoba untuk tenang. “Kenapa kau ada di sini Jim?”
Jimlly tersenyum, dia mengamati wajah lelah yang ditampilkan oleh Jeon sangat jelas sekali. “Apa semua pekerjaanmu sudah selesai?” tanyanya santai.
“Ada apa, apa yang kau butuhkan?”
“Ayo kita pergi minum bersama,” tawar Jimlly, bahkan pria itu begitu bersemangat mengambil jas Jeon menggantung pada sudut ruang.
“Aku lelah Jim, kau pergilah sendiri,” tolak Jeon. “Jim, lain kali kau ketuk dulu pintu ruanganku sebelum masuk. Mengertilah batasan kita saat di tempat kerja walaupun kau adalah sahabatku,” cetus Jeon. Dia hanya mengingatkan jika saat ini keduanya berada di tempat kerja bukan di luar.
Jimlly mengangguk mengerti. “Okay, aku akan melakukannya lain waktu tuan Jeon.” Disematkan tangannya kepada Jeon. “Ayo kita pergi dan jangan menolak.”
Sebenarnya Jeon ingin pulang sebentar lagi tapi ternyata keinginannya sudah didahului oleh keinginan sang sahabat yang ingin mengajaknya minum bersama. Apa boleh buat, mau tidak mau Jeon mengikuti tarikan tangan Jimlly dia selalu membuat Jeon luluh. Tidak masalah juga ajakan Jimlly mungkin saja setelah dia minum, dia akan bisa tidur nyenyak setelahnya.
Sesampai di klub Jeon hanya bisa menggeleng, Jimlly memesan cukup banyak minuman. Tujuan keduanya datang kemari memang untuk ini, tapi ini kelewatan ada setidaknya tiga botol wine, satu Whisky dan juga dua botol bir biasa.
“Kau ingin membuatku mabuk berat jika begini Jim,” keluh Jeon atas kelakuan Jimlly.
Jimlly justru tersenyum santai. “Berani bertaruh jika kita akan menghabiskan semua ini?”
“Tidak perlu, kita minum saja setelah itu kita pulang. Aku sudah sangat lelah.”
Keduanya saling bertukar keluhan dengan kekeh di pertengahan pembicaraan, terlihat seru pembicaraan kedua pria itu. Jeon jika sudah bersama dengan Jimlly pasti akan lupa segalanya hingga tanpa sadar Jeon sudah meminum minuman itu cukup banyak daripada Jimlly.