Bab 4: PONDOK MERTUA INDAH

89 3 0
                                    

"Ra, lo ga akan ngebunuh emaknya Rama kan?"

"Ya gak lah Le! Gue justru harus tunjukin kalau gue jadi menantu yang baik supaya bokap gue percaya."

Rama mengerti bagaimana permainan yang ingin dibuat oleh Xaviera. Dia pun setuju dan keduanya berangkat ke kampungnya Rama.

Butuh waktu tiga jam lebih untuk keduanya sampai.

"Eeeh, apa? ki-kita ga bisa pake taxi sampai depan rumahmu?"

"Nggak bisa teh, jalannya sempit masuk gang. Jadi mesti pake motor baru bisa, teh. Nanti kita bisa sewa ojek kalau nggak ada ojek ya jalan tapi deket sih teh! Paling cuman tiga ratus meteran."

Kalau bukan karena ingin membuat orang tuanya benar-benar percaya kalau dirinya memang sangat mencintai Rama dan tidak akan lagi mereka menggugat dirinya untuk menikahi pria yang tidak disukainya, Xaviera tidak akan pernah mau turun dan harus berjalan di gang sempit dengan pandangan beberapa orang desa yang juga memperhatikan mereka. Xaviera berusaha tak peduli dan tetap fokus menuju ke sebuah rumah yang membuatnya kini bergidik.

"Jadi kamu tinggal di sini?"

"Muhun, teh. Maaf teh, cuman gubuk. Habis belum ada uang buat ditembok."

Pengap rasanya dada Xaviera harus membayangkan tinggal di rumah yang sebagian masih semi permanen meski sebagiannya sudah ditembok batako tanpa pelur dan cat.

Tapi tak ada pilihan bukan untuknya apalagi Xaviera yakin, dua orang yang mengikutinya adalah suruhan Daddy-nya.

Xaviera tahu kalau orang tuanya tidak akan membiarkan dirinya pergi begitu saja. Apalagi dia adalah anak semata wayangnya.

Ini harus menjadi ajang pembuktian bagi harga dirinya.

"Ya udah cepet ketok pintunya!"

"Siap teh."

"Hey, kamu harus menggandeng tanganku! Pasti ada suruhan daddy-ku yang mengamati diantara tetanggmu yang usil dan ngikutin kita!"

Xaviera dari tadi dengan Rama bicara memang bisik-bisik satu sama lain. Dan memang tetangga Rama yang tidak pernah melihat Rama bersama dengan wanita apalagi secantik xaviera.

Suara-suara sumbang yang menanyakan tentang siapa Xaviera di sepanjang gang, membuat mereka yang makin penasaran karena tak di jawab mengikutinya

"Sini, deketan, jangan keliatan canggung pas gandeng tanganku ya!"

Tangan itu halus, lembut dan harum tubuh Xaviera di sampingnya berhasil membuat degup jantung Rama tak beraturan saat Xaviera menggandengnya. Dan ini adalah pertama kalinya juga Rama menggenggam tangan seorang gadis.

Rama sedari tadi juga tak berani menyentuh wanita yang berstatus istrinya itu. Makanya dia membiarkan Xaviera berjalan di belakangnya tadi.

Tapi bagaimana kalau Xaviera sendiri yang memberikan uluran tangannya seperti ini?

"Ayok masuk."

"I-iya teh." Rama jadi lupa dan tadi hanya mematung saja.

"Assalamualaikum Ambu!"

"Waalaikumsalam! loh, Ndan, kunaon ba- ieu saha?"

Rama yang memiliki nama panjang Ramadhan itu memang di panggil Ndan. Ibunya kaget sangat melihat siapa wanita di samping anaknya.

"Kenapa diam? Kenapa tidak menjelaskan kalau aku adalah istrimu sayang?"

"Haaah--"

"Astaghfirulloh, Ambu.. Ambuu.. tenang heula, Rama bisa ceritain semuanya Ambu, jangan sesek dulu ambu..."

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang