"Bu-bukan Anda salah orang! Saya tidak kenal Anda!"
Rama yang baru saja mendengar ucapan dari Fikri dia tak lagi bisa menahan pintu itu. Justru malah diam saja melepaskan tangannya dari pintu hingga Fikri sendiri menahannya di saat ibu Rama juga bicara begitu.
"Tidak mungkin aku salah orang kalau sikapmu seperti ini!"
Pria itu tetap memaksa membuka pintunya.
"Aku mencarimu kemana-mana. Aku mendatangi tempat tinggalmu dan rumah mendiang orang tuamu tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Aku tidak tahu siapa kerabatmu yang lainnya dan saat itu teknologi tidak seperti zaman sekarang. Aku sulit menemukanmu. Kenapa kamu pergi begitu saja? Siapa yang menyuruhmu pergi? Kenapa tidak menungguku datang dulu?"
Fikri memang sudah lama sekali mencari istrinya. Dia menjadi duda bukan karena istrinya meninggal. Tapi karena wanita itu kabur meninggalkannya.
"Apa yang terjadi? Aku butuh penjelasannya. Ini sudah hampir 25 tahun berlalu Euis. "
Yang ditanya pun tak bisa menjelaskan apapun dia masih membuang wajahnya.
"Pergilah! Carilah wanita yang sepadan denganmu. Bukan wanita miskin sepertiku!"
"Aku tidak pernah menikah lagi selepas kau pergi meninggalkanku. Sebenarnya masalahnya ada di mana sih? Apa yang membuatmu pergi? Aku sudah katakan kalau aku mencintaimu bahkan aku membawamu ke rumah keluargaku dan aku juga sudah menikahimu. Apalagi yang kurang? Tak ada masalah dengan kita. Seharusnya kamu tidak pergi begitu saja dan meninggalkanku tanpa menjelaskan apa duduk permasalahannya."
Fikri sudah lama sekali ingin bertanya begini pada wanita yang sudah dinikahinya tapi tak pernah memberikan penjelasan apapun.
Rama yang melihat ini tentu saja yakin sekali kalau ibunya memang mengenal orang yang sempat berpikir kalau dia adalah anaknya.
Rama sendiri tak pernah bertemu dengan ayahnya. Apa mungkin orang yang membantunya selama ini adalah ayahnya sendiri?
"Lepaskan aku!"
Ketakutan. Justru ibunya Rama malah semakin menjauh.
"Buya."
Sehingga akhirnya Rama mencoba mengambil inisiatif untuk bicara.
"Maaf Buya. Kayaknya Buya enggak bisa makan di sini malam ini dan kalau Buya setuju biarkan Rama bicara dulu dengan ambu. Nanti insya Allah Rama akan kabarin Buya hari Senin. Rama akan bawa Ambu ke Bandung. "
"Saha nu rek milu ka Bandung, Ndan."
"Ulah kitu atuh Ambu, semua kan bisa dibicarakan baik-baik Ambu."
"Apa dia adalah putraku?"
Tanya yang membuat wanita itu tak mau menjawab juga.
"Usianya tidak jauh dari waktu perpisahan kita. Kalau dihitung dari masa kehamilanmu aku yakin sekali dia adalah putraku!"
Lagi-lagi ibu Rama tak mau menjawab.
"Rama berikan aku beberapa helai rambutmu. Aku akan mencoba mengecek DNA-mu dengan DNA-ku."
"Ulah dibere Ndan!"
Senyum Fikri kembali terurai ketika melihat bagaimana paniknya Euis.
"Kamu masih polos aja sama seperti dulu Euis."
Di sini Rama bingung sendiri sementara ibunya kini wajahnya memerah dan membuang wajahnya dari pria itu.
Seorang pria yang memang sudah lama dirindukannya juga. Wajahnya tidak terlalu banyak berubah. Tetap masih sama meskipun sekarang lebih banyak guratan di wajahnya dari garis-garis halus dan rambutnya sedikit memutih.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN RAMADHAN
RomanceXaviera Lakeswara (24th) terpaksa menjadikan cowok kampung buruk rupa seperti Ramadhan (20th) sebagai suami kontrak demi menggagalkan keinginan perjodohan dari orang tuanya. Sayangnya, kedua orang tua Xaviera masih tak memercayai hubungan mereka ber...