Bab 12: TAK MUNGKIN AKU MENYUKAINYA

63 3 3
                                    

Jangan salahkan aku karena aku sudah membayar mahal untuk sandiwara ini. Dan aku tidak akan membiarkan wanita itu mengacaukan semuanya!

Ada selentingan kata-kata begini terlontar di hati Xaviera ketika dia sudah naik ke punggung Rama dan mendengar orang-orang yang membicarakan tentang hubungannya dengan Rama.

Hahaha. Tapi kenapa dengan diriku? Kok aku merasa puas sekali ya sudah bisa menunjukkan pria ini milikku?

Xaviera tahu kalau hubungannya dengan Rama ini hanyalah pura-pura. Dia juga tahu kalau semua ini hanyalah kontrak kerjasama.

Tapi entah kenapa ada sesuatu yang memang membuat dirinya merasa sedikit berbeda.

Langgar sampai ke rumahnya lumayan jauh tapi dia tidak mengeluh menggendongku?

Xaviera tak bicara apapun di punggung Rama. Tapi dia memang merasakan sedikit kehangatan di sini.

"Rama kalau kamu capek turunin aku aja. Yang penting semua warga desa udah ngelihat kalau kamu punya hubungan sama aku."

Xaviera berinisiatif bicara seperti ini karena Euis ibunya Rama memang tidak bersama dengan mereka dan keduanya berjalan lebih dulu. Xaviera bebas berbisik seperti ini.

"Teu nanaon Teh. Lagian sendal jepitnya udah kotor juga. Nanti kaki Teteh juga kotor."

Ya betul sekali. Karena tadi pas waktu salat tarawih memang hujan dan jalanan agak sedikit becek sekarang.

Beruntung Xaviera kehilangan sendal, kalau tidak mungkin dia akan mengomel sekarang karena sendalnya kotor bercampur dengan tanah.

"Iya tapi kan aku berat."

"Ya namanya juga Rama ini kan kuli Teh, udah biasa bawa yang berat-berat dan sering juga bawa yang lebih berat dari Teteh. Kan ngangkut-ngangkut Teh."

"Ehm ... apa kamu nggak bisa cari kerja di tempat yang lain? Mungkin aku bisa bantu kamu untuk dapat kerjaan yang lebih baik?"

"Untuk sekarang sih belum ada Teh. Tapi itu juga udah Alhamdulillah. Lagian kerjaan ini juga enggak selamanya Rama kerjain kan Teh. Nantinya Rama juga bakalan kuliah dan dapat pekerjaan yang lebih baik."

Dia ini udah bawa beban aku tapi masih terus aja mau ngeladenin aku ngomong.

Xaviera tahu kalau membawa beban sambil bicara itu akan menguras energi.

Tapi Rama tidak sama sekali memprotesnya. Kesabaran yang membuat Xaviera lagi-lagi merasa hangat hatinya.

"Kamu bener-bener suka sama yang namanya Endah? Sampai kamu pengen kuliah supaya bisa sederajat sama dia kan? Dia juga kuliah kan?"

Tapi tiba-tiba saja Xaviera membahas masalah ini yang membuat Rama belum bisa bicara.

"Terlalu jauh mungkin Teh. Dia itu nggak selevel sama Rama."

Tapi sepertinya Rama memang tidak mau terlalu banyak bicara

Karena

"Alhamdulillah Teh kita sudah sampai."

Dia malah mengomentari mereka yang memang sudah sampai di pintu rumahnya.

Aneh memang. Tapi kenapa aku merasa ingin sekali berada di punggungnya lebih lama?

Tapi tentu saja saat Xaviera berpikir seperti ini dia sudah turun dan meminta Rama untuk pengantarnya ke kamar mandi, dia ingin cuci kaki dan membersihkan tubuhnya lalu tidur.

Rama tak pernah menentangnya. Hari demi hari dilewatinya semuanya sama dan membuat Xaviera makin merasa respek dengan Rama.

Ya meskipun dia masih tidak akrab dengan Euis dan makin menjadi-jadi peperangan di antara keduanya dan memusingkan Rama, tapi pria itu meski masih muda tetap tahu bagaimana harus bersikap.

Dia bisa menenangkan ibunya dan juga Xaviera. Membuat suasana di rumah kecilnya tidak terlalu panas.

Ya mungkin keduanya memang tidak bisa akur, tapi tidak meledak juga.

"Rama kamu kerjanya di mana sih? Aku boleh ikut nggak?"

"Hmm, Teteh nggak usah kepikiran sama yang dibilang sama Ambu, Teteh di rumah aja nggak apa-apa.Lagian kalau keluar itu panas Teh."

Pagi itu saat Rama baru mau berangkat kerja, Xaviera berceloteh macam ini.

Ya dia tadi memang sempat mendengar setelah sahur ibunya Rama marah-marah karena Xaviera hanya seperti menumpang hidup saja di rumah itu.

Rama sudah menjelaskan kalau dia yang menanggung biaya hidup istrinya. Tapi namanya juga Euis tidak menyukai Xaviera, ucapannya jadi sedikit nyelekit.

"Aku udah di sini seminggu lebih kan? Bosen aja di rumah. Pengen ikut keluar dan ini nggak ada hubungannya sama ibu kamu."

Xaviera berhasil akhirnya tinggal di rumah Rama selama seminggu.

Perjuangannya masih jauh untuk mencapai setahun. Tapi bukankah ini awal yang baik untuk seseorang seperti dirinya bisa bertahan di gubuk Rama?

"Nya, Teh ... hayu mun kitu mah. Tapi itu panas Teh. Nanti kalau Teteh pengen cepet-cepet pulang bilang ya. Namanya juga proyek pasti banyak debu kasihan kulit Teteh."

Xaviera mengerti.

Dia juga sudah mengangguk.

"Aku cuma main-main sebentar aja ke sana kok. Lagian ini masih jam tujuh pagi. Dan nanti aku akan ingetin jalan pulangnya supaya kamu nggak harus nganterin aku."

Kalau Xaviera sudah punya keinginan tentu saja memang sulit untuk diubah.

Karena itulah Rama membiarkan Xaviera ikut dengannya.

"Jadi ini untuk pabrik garmen ya?"

Rama akhirnya mengajak Xaviera ke tempatnya bekerja. Di sana memang bukan tempat untuk bermain.

Hanya tukang-tukang saja yang sedang membangun pabrik.

"Nya, Teh. Tapi jangan masuk ke dalam sana ya. Soalnya di sana tuh banyak tukang. Lagian Rama juga nggak yakin takutnya ada paku atau apa gitu di jalan nanti malah kena kaki Teteh."

Seperhatian itukah dia padaku? Aku yakin dia bukan takut aku terkena paku tapi dia khawatir padaku persoalannya karena dia nggak mau tukang-tukang itu melihat aku dan suka sama aku gitu kan?

Ini semua hanya pikiran Xaviera saja. Dia tidak mengkonfirmasinya pada Rama tapi sejujurnya seminggu tinggal bersama dengan pria itu ada rasa-rasa yang membuat dirinya tak mengerti tapi sangat nyaman dengan Rama.

"Iya aku tahu. Aku nggak akan masuk kok. Kamu selamat kerja ya!"

Xaviera memang berniat untuk kembali ke rumah Rama.

"Mau saya antar Teh?"

"Nggak usah, aku tahu kok jalannya dan kamu nggak usah khawatir, aku aman. Ada orang yang ngikutin aku juga kan aku udah bilang."

Karena Xaviera sudah bicara seperti ini Rama tak mengusiknya. Dia membiarkan Xaviera pergi.

Hihi, tidak mungkin kan aku punya perasaan sama bocah itu? memikirkan ini Xaviera geli sendiri.

Oke aku akui dia baik. Tapi dia bukan tipeku dan aku nggak mungkin suka sama bocah yang umurnya jauh di bawahku dan pasti perasaanku ini karena dia perhatian aja padaku. Hahaha.

Xaviera berusaha menampik apa yang ada di dalam hatinya dan berusaha untuk tidak berpikir sejauh ini.

"Kalau nggak salah jalannya ke sini kan tadi?" Xaviera sedang cari-cari jalan, dia sepertinya nyasar.

"Eh, tunggu, dia itu kan yang namanya Endah?"

Namun tanpa disengaja dibelokkan satunya, dia melihat Endah dengan sepeda motor berjalan lurus menuju ke satu wilayah yang membuat dirinya penasaran.

"Tadi kalau tidak salah aku jalan ke sini. Berarti aku cuman muter-muter di sini aja dari tadi ya?" gerutu Xaviera karena memang dia nyasar.

Karena itulah,

"Tunggu dulu! Itu bukannya jalur mau ke proyek garmen ya?"

Ada rasa curiga yang besar dalam hati Xaviera.

"Apa mungkin--"

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang