Bab 28. HANGOVER

87 3 1
                                    

Ehm ... hangat dan empuk, bisik hati seseorang saat dia mengulet sebentar dan merasakan kelembutan alat tidurnya juga kehangatan kain yang menutupi tubuhnya.

Tu-tunggu, kenapa aku gak pake apa-apa?

Tangannya tak sengaja menyentuh tubuhnya sendiri dan merasakan sentuhan kulit ke kulit, hingga membuat pikirannya kerja lebih keras untuk mengingat kejadian kemarin.

Ra, udah jangan minum terus, samar suara sahabatnya itu terngiang kembali di telinganya. hingar-bingar suara musik di beach club itu pun juga kembali teringat dalam benaknya.

Sepertinya kemarin aku emang minum banyak banget sampe efek hangover-nya masih kerasa. Dia mulai mengingat. Dan sebetulnya ingin sekali dia membuka matanya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dulu baru minum obat untuk menghilangkan efek mabuknya.

Tapi ...

"Rama, hati-hati bawanya. Era mabuk berat."

"Tenang Teh, otot tubuh Rama sekarang sudah lebih kuat dan bisa bawa teh Era. Teteh bukain aja pintu mobilnya yah."

Ini mimpikah? Dia menyusulku ke Bali?

Ada keinginan tak percaya pada dirinya sendiri dan pikirannya ini ketika semua itu seperti kembali diputar dalam benaknya.

"Rama, kamu nggak duduk di depan sini? Biar aku aja yang jagain dia di belakang."

"Gapapa Teh, biar nanti lebih gampang pas bawa keluar dari mobilnya Teh. Lagian baju teh Era bau muntah, tadi pan udah muntah di beach club."

Kenapa bisa aku muntah-muntah? Harusnya aku nggak muntah-muntah sebelum dia bawa aku keluar tadi itu. Ini semua karena dia membopong tubuhku. Harusnya kalau dia membiarkanku berdiri aku tidak akan muntah-muntah.

Xaviera, mengingat jelas ketika dia sudah keluar dari beach club dirinya langsung muntah. Dan itu sebelum naik ke mobil yang disewanya.

Lagi-lagi bayangan ini membuat dirinya meringis campur aduk antara kesal dan malu, semua bertumpuk-tumpuk

"Uweeeeeek."

"Yah, rama si Era muntah lagi. Gimana dong?"

"Teu nanaon Teh, nanti dibersihin sama pihak hotelnya. Nanti Rama urus dan hubungin mereka. Teh Leti istirahat aja, biar Rama yang ngurus teh Era."

Duh, kenapa juga Leti nurut aja sama dia dan ninggalin aku cuman sama dia dia ngebawa aku masuk ke dalam kamar saat aku muntah di pintu kamar?'

Xaviera sebenarnya ingin langsung protes pada sahabatnya dan segera pergi meninggalkan kamarnya yang sekarang.

Tapi ...

"Rama?"

"Teteh udah sadar?"

Harusnya dia ninggalin aku sama Leti. Kenapa juga harus dia yang nemenin aku di kamar ini sampai aku ngomong meracau kemana-mana?

Xaviera mengingat jelas,

"Aku benci kamu. Kamu tahu kenapa Ramadhan? Karena kamu adalah laki-laki kurang ajar yang nggak pernah keluar dari pikiranku selama bertahun-tahun lamanya. Kamu yang buat aku jadi seperti ini. Memikirkanmu setiap hari, gila padamu dan menginginkanmu sampe kadang bikin aku sesek sendiri kaya orang gila!" Sambil menunjuk-nunjuk jarinya ke Rama, Xaviera bisa membayangkan ini yang membuatnya merinding sendiri.

"Siapa kamu? Hanya anak kampung! Kenapa kamu menggangguku, hmmm? Mau apa kamu datang ke mimpiku sekarang? Mana keliatan nyata banget lagi."

Dan kenapa juga waktu itu aku malah cubitin wajahnya kayak gitu sih? kesal sendiri Xaviera saat ingatan itu benar-benar bermunculan dalam benaknya.

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang