Bab 2: SEPULUH MILIAR

126 5 1
                                    

"Ehm, Rama, aku ada tawaran buat kamu."

Leti yang serba salah kini sudah masuk ke dalam apartemennya lagi duduk di seberang sofa Rama. Dengan perasaannya yang galau, dia mencoba menjelaskan sesuatu yang tadi sudah dibicarakannya dengan Xaviera.

"Nya teh, kunaon?"

"Teman gue, eh temenku ni Xaviera, kamu panggilnya Era aja. Dia punya tawaran bagus untukmu. Kerjaan lain, duitnya banyak dan lebih cepet buat kamu ngumpulin uang kuliah ketimbang jadi OB."

"Kerjaan naon teh?"

Memang sudah dibilang kalau Rama ini polos makanya dengan wajah yang polos itu dia menatap kepada Xaviera dan Leti bergantian. Tapi tak ada satupun di antara kedua wanita yang duduk di seberangnya itu menjawab padahal sudah beberapa detik berlalu.

"Lo, mmm .... lo yang ceritain deh Ra!"

"Lah itu kan ide lo, Le! Lo dong yang bilang!"

Dua-duanya malah saling lempar perintah. Jelas membuat Rama makin bingung. Tapi, karena rasa percayanya yang besar pada Leti, dia pun menahan diri dan bersabar.

Mungkin, pekerjaan beresiko tinggi? Rama tak tahu.

"Gini Rama, pekerjaan yang mau ditawarkan temenku ini berhubungan ama akting." Leti terpaksa mulai menjelaskan karena desakan Era.

"Akting?" Rama mengulang ucapan Leti sambil berpikir.

"Siga artis kitu teh?"

"Nah iya, gitu, kaya Artis!" seru Leti, sambil menjentikkan jarinya. "Tapi ini ga di depan kamera, Ram!"

"Ooo, di panggung kitu teh?"

"Enggak, bukan! Gak kaya lenong di panggung." Leti menjawab sambil melirik pada Xaviera yang tak sabaran dengan penjelasan Leti yang berputar-putar itu.

"Intinya aja sih, Le!"

"Ya kaaaaan --" Leti punya beban moral sendiri pada ponakannya itu makanya dia agak berat bicara.

"Pokoknya bayarannya gede banget! Kamu bisa dapat uang sepuluh miliar!"

Tapi tidak dengan Era yang sudah menangkap mangsanya dia ingin memperjelas semuanya secepat mungkin makanya dia mengambil alih pembicaraan.

"Huh? Sepuluh Miliar itu upahnyah?"

"Hmmm! Kamu mau gak?"

Di saat Rama Sedang berpikir dan mencoba merenungkan ucapan itu, Era langsung memotong.

"Yah, mau atuh teh nu penting mah halah kerjaannyah, bayarannya duit asli, hayu we lah!" semangat Rama.

"Ya halal dan itu cuma dua tahun kontraknya."

"Nah, alus pisan itu teh."

Senyum Rama pun terlihat ketika dia membayangkan dua tahun lagi bisa pulang kampung dengan uang sebanyak itu.

Dari wajahnya, Rama tentu tak menolak. Hanya Leti yang meringis saja merutuki kepolosan keponakannya itu.

"Ya udah, kalau gitu kita deal!"

"Eh, tapi, kerjaanna naon teh?" tanya Rama yang sudah senang tapi masih belum jelas desk job-nya.

Apa yang harus dilakukannya demi sepuluh miliar itu?

"Jadi suamiku, dengan kontrak yang aku siapkan, nanti kamu baca dan lakuin itu selama dua tahun. Saat kita pisah, duit sepuluh miliar itu buat kamu!"

glek!

Mimik wajah Rama menelan saliva itu jelas terlihat di mata Xaviera dan Leti. Ini membuat Leti jadi tak enak hati

"Ra, lo mendingan cari cowok lain deh! Bokap lo lebih mengerikan dari Hitler. Takutnya si Rama diapa-apain lagi ntar!" Leti menyesal dari lubuk hatinya yang terdalam telah memberikan saran se-absurb itu pada sahabatnya.

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang