Bab 9: ES BUAH DAN NASI PADANG

66 3 3
                                    

Haduh kebodohan apalagi yang aku buat tadi! ciuman pertamaku --

Xaviera menggerutu sendiri di dalam hatinya saat dia mengingat apa yang dilakukannya pada Rama.

Tentu saat ini dia juga sudah ada di dalam kamar Rama sambil meringis dan memegang bibirnya sendiri.

Tapi aku yakin dia paham kalau ini hanya pura-pura. Aku hanya tidak suka ibunya menindasku!

Xaviera mencebik.

Jangan pernah berpikir kalau dia berhasil membuatku kalah! Setahun dia harus sabar dengan keberadaanku! Hahaha.

Xaviera sebetulnya merasakan getaran-getaran tak enak dalam hatinya.

Ini adalah sesuatu yang pertama juga untuknya. Sebelum ini dia tak pernah memiliki kekasih dan memang sulit untuk menaklukkan hatinya. Sudah pasti dia belum pernah melakukan hal seperti itu pada seorang pria.

Tapi demi keinginannya untuk mengukuhkan keberadaannya di sana, Xaviera nekat.

"Ehm, Teh, hampura nya soal tadi di meja makan."

Rama baru saja masuk ke dalam kamarnya dan saat ini Xaviera sudah duduk di tempat tidurnya ketika mendengar Rama mengutarakan perasaan bersalahnya.

[Nggak masalah kok Rama. Aku juga minta maaf tadi aku melakukan seperti itu di depan ibumu. Aku hanya ingin mengukuhkan di hadapannya tentang hubungan kita. Maaf kalau aku sudah membuat dirinya hampir kena serangan jantung.]

Xaviera tak bicara langsung tapi dia menunjukkan di layar ponselnya apa yang mau disampaikannya itu.

"Teu nanaon Teh. Ambu tadi cuma pura-pura!"

Mendengar ini, Xaviera jelas merasa lega dan tenang.

"Tapi Rama kenapa kamu nggak mau cari kerja lain aja? Yang dibayar lebih masuk akal. Bukan cuman delapan ribu sejam," saran Xaviera dengan suaranya yang pelan

"Rama cuma lulusan SMA Teh. Kalaupun dapat pekerjaan di pabrik itu juga gajinya UMR 2,8 juta. Tapi waktu kerjanya ngekang banget. Dan uang segitu nggak akan ada sisa karena teman-teman di pabrik teh beda sama temen-temen kuli. Mereka itu lebih hedon. Bentar bentar kredit HP baru, terus pacaran, nah nanti itu harus traktir pacarnya, habis uangnya Teh, sarua weh. Mun nguli pan teu kitu."

UMR di daerah Rama memang sebesar itu. Dan alasan yang diberikan olehnya juga masuk akal menurut Xaviera.

Meski dia kasihan juga sih.

"Nih pegang!" Xaviera mengambil uang dari dompetnya dan menyerahkannya pada Rama.

Dua lemmbar uang seratus ribuan.

"Tapi kalau ditanya sama Ambu tetap jawab makanan yang kamu beli besok itu pakai uang dari hasil kerja kamu."

Xaviera yakin jumlah uang yang diberikannya kepada Rama itu sudah lebih dari cukup.

Xaviera juga tidak terlalu bodoh dengan tidak membawa uang cash ke kampung Rama.

Ada uang tunai senilai seratus juta yang dibawa oleh Xaviera, cadangan yang diambil dari brankasnya dan tentu saja ini tidak akan mengganggu uang rekeningnya. Ini dilakukannya untuk jaga-jaga misalkan dia butuh uang mendesak dan tidak akan ketahuan daddy-nya.

Toh kalau untuk kebutuhan makannya saja, Xaviera yakin, dia tidak perlu mengeluarkan uang banyak selama setahun.

"Gak perlu Teh."

Tapi sayangnya Rama menolak dengan tegas.

"Udah nggak apa-apa. Lagian yang aku beli itu banyak."

Tapi sayangnya Rama tetap menolaknya

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang