Bab 7: BUKAN MENANTU IDAMAN

80 4 1
                                    

"Dan sekarang apa aku harus keluar dari kamar ini atau aku tetap di dalam kamar ini?"

Xaviera tak tahu jawaban apa yang harus dipilih oleh dirinya sendiri setelah kesadarannya benar-benar pulih.

Kalau keluar Xaviera sangat malu sekali karena bangun kesiangan, apa yang akan dikatakan oleh ibunya Rama? Padahal dia harus mengambil hati wanita itu supaya mempercayainya dan nanti orang suruhan ayahnya bisa melapor dan membuat keluarganya percaya dengan hubungannya dengan Rama.

Mereka tak akan menjodohkannya lagi.

Tapi sekarang dia sudah buat kesalahan. Apakah ibunya Rama tak akan marah?

'Pengennya tetep di kamar, tapi aku sekarang pengen ke kamar mandi lagi!'

Namun ada sesuatu yang membuat Xaviera tidak mungkin tetap berada di dalam sana. keinginannya untuk masuk ke dalam kamar mandi seperempat jam setelah dirinya bangun.

"Alah, udah ga tahan!" Xaviera menyerah.

"Tapi ke mana sepatuku?"

Tapi bagaimana dia bisa masuk ke dalam toilet dengan kaki tanpa sepatu? Xaviera tidak menemukan sepatu di tempat dia menyimpannya kemarin.

"Dan kemana baju kotorku?"

Keingintahuannya ini juga membuat Xaviera akhirnya membuka pintu kamar.

"Selamat pagi Teh."

Bertepatan dengan seseorang yang baru keluar dari kamar mandi dan membawa ember. Xaviera juga bisa melihat wanita yang memunggunginya sedang menghadap kompor.

"Pagi Rama. Maaf ya aku ketiduran."

Tentu saja saat ini Xaviera sudah membuka mukenanya yang dipakai tidur.

"Gak kenapa-napa teh, istirahat aja kalau masih capek."

Klontang.

Suara centong jatuh, membuat Rama tak melanjutkan ucapannya, melihat ke ibunya sebentar dan menatap Xaviera lagi.

"Oh iya Teh, kamar mandinya sudah dibetulin Teh. Saringannya sudah dipasang lagi dan teteh nggak perlu khawatir kalau ada binatang yang keluar dari sana lagi," jelas Rama dan sebelum Xaviera meresponnya karena masih memikirkan centong yang jatuh itu ...

"Oh iya teh ini bisa dipakai."

Rama cepat-cepat mengambil sesuatu dan meletakkannya di dekat kaki Xaviera.

"Kamu beliin aku sendal?"

"Muhun The. Dan sepatunya teteh tadi sudah dicuci. Baju teteh semalem juga paling bentar lagi kering. biar nanti Rama setrika juga sekalian."

klontang!

Lagi-lag sura centong terdengar dari orang yang sedang masak di dapur.

"Istirahat Ambu. Dari tadi pan ambu udah beberes."

"Kalo istirahat saha nu rek nyeseuh, masak, beberes, Ndan?" celetuk ibunya dan Xaviera yakin ada sesuatu yang tak beres.

"Makasih sendalnya Rama," tapi Xaviera pura-pura tak tahu. Dan dia sudah memakai sendal jepit dari Rama. "Lain kali biar aku urus sendiri Rama, kamu ga usah repot-repot urus cucianku," ucap Xaviera lagi.

"Oh iya Teh. Dan kamar mandi--"

"Ndan, Ambu rek mangkat heula ka imahna ceu Sari!"

"Ndan kan udah bilang sama Ambu nggak usah kerja di sana lagi."

"Teu nanaon lah. Lagian karunya ceu Sari mun teu aya nu bantuin. Manehna pan baru aja lahiran."

Dan tanpa memandang Xaviera, wanita itu melewatinya saja menuju pintu luar. Xaviera makin paham, sepertinya ada hawa-hawa peperangan dengannya di rumah sederhana itu.

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang