Bab 26. CERITAIN DONG

71 2 0
                                    

"Ra, lu nggak pa-apa?"

Di waktu yang bersamaan di sebuah rumah besar yang terletak di kawasan elit Jakarta seorang wanita memasuki sebuah kamar dan bertanya pada seseorang yang sedang dikhawatirkannya.

"Lo liat gue gimana? Emang gue kenapa-napa? Gue udah nggak apa-apa kok. Kemarin gue cuman demam doang. Tapi sekarang gue udah sehat," seru seorang wanita yang tersenyum tapi memang dia masih ada di tempat tidurnya dengan kaki ditutup selimut dan tangannya memegang sebuah buku. Bisa diketahui kalau dia sedang membaca buku sebelum sahabatnya mengganggu ketenangannya itu.

"Tumben lo datang ke sini. Kangen lo ama gue, Le?"

Lagi-lagi tanya yang membuat orang yang ditanya hanya geleng-geleng kepala sambil mengerucutkan bibirnya.

"Gue khawatir ama lo. Abis lo berapa hari ini nggak ada kabar. Terus kemarin gue ketemu nyokap lo di supermarket katanya kondisi lo lagi terpukul banget gara-gara lo udah putus ama tunangan lo. Kok lo nggak bilang sih sama gue?"

Yah, Xaviera juga sudah yakin sekali kemarin saat ibunya bercerita kalau bertemu dengan sahabatnya itu di salah satu swalayan di Jakarta dia pasti akan mendatanginya. Apalagi dia sudah mengirim pesan tapi tidak dibalas-balas olehnya.

Tapi memang dia tidak menyangka kalau sahabatnya akan datang hari ini.

"Lo nggak gawe, Le?"

Bukan menjawab apa yang ditanyakan oleh sahabatnya, Xaviera malah melontarkan pertanyaan macam ini dan wanita itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Gue udah bilang gue khawatir sama lo soalnya kemarin gue kirim pesan ke elo tapi nggak dibales. Kenapa sih? Beneran lo putus sama Erik?"

"Emang nyokap gue nggak cerita ama lo?"

Dan inilah alasan kenapa dirinya tidak menjelaskan apapun pada sahabatnya karena berpikir kalau ibunya pasti sudah menceritakan sesuatu.

Tapi ternyata sahabatnya menggelengkan kepalanya.

"Gue kepo dan ninggalin kerjaan gue cuman gara-gara pengen tahu masalah lo terus datang ke sini dan gue beneran khawatir tingkat dewa ama lo," balasnya kemudian dengan sangat gemas sekali. Jelaslah ini membuat Xaviera terkekeh.

Satu sisi dia senang karena masih ada orang yang peduli padanya dan satu sisi dia juga sebal karena orang itu hanya sekedar kepo.

"Lo nggak bener-bener sayang sama gue, Le! Kalo lo beneran sayang, lo nggak cuman kepo ama gue tapi lo dateng ke sini minimal lo ngehibur gue!"

Lagi jawaban yang membuat wanita itu mengerucutkan bibirnya.

"Harus gimana cara gue ngehibur lo? Orang gue kirim pesen aja lo nggak bales! Ngapain sih lo ngumpet di kamar lo kayak gini? Cepetan deh, gue udah nggak sabar nih! Ceritain masalah lo cepetan gimana ceritanya lo bisa putus ama orang yang emang lo cintain itu!"

Memang di antara mereka berdua seringnya tidak ada rahasia yang ditutupi.

Tapi kemarin-kemarin Xaviera belum terlalu siap untuk menceritakan ini makanya kini dia menghempaskan napas pelan sambil menyandarkan tubuhnya dibantal dan menutup bukunya.

"Gue bener-bener ketipu ama Erik!"

Sambil bersungut Xaviera menjawab begini.

"Dia selingkuh di belakang lo?"

Gelengan kepala itu terlihat jelas.

"Tapi masa lalunya ngeganjel dan dia nggak pernah cerita soal ini ke gue dan gue belum siap buat nerima masa lalunya yang kayak gitu. Apalagi kemungkinan masa depan gue sama dia bakalan dihantuin dengan masa lalunya."

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang