Bab 20. TITIP

71 5 1
                                    

Aku tidak salah melihat pasti itu dia kan?

Tanya yang ada dalam hati Xaviera. Dia yakin sekali pria yang dilihatnya itu adalah orang yang benar-benar dikenal olehnya.

Tadi dia hanya tersenyum padaku sepintas dan sudah mengalihkan pandangannya lagi lalu dia tak berani lagi menatap ke arahku. Seperti fokus pada rapat ini. Tapi aku yakin sekali itu dia. Jadi dia sudah menjadi seorang arsitek?

Sepanjang rapat bukan mendengarkan informasi yang ada di rapat itu Xaviera justru kepikiran pada seseorang yang ada di sana.

Seseorang yang dia kenal meski memang ada sedikit perbedaan.

Setahuku dulu dia badannya kecil. Dia kurus dan penampilannya culun. Tapi sekarang badannya lebih besar. Ototnya lebih terbentuk dan cocok sekali pakai kemeja itu. Aku akui dia terlihat lebih keren. Rambutnya juga dandanannya nggak norak. Pakaiannya juga nggak norak, sangat mengerti style.

Saat pria yang sedang diperhatikan Xaviera sedang berdiri dan dia menjelaskan sesuatu tentang desain yang dia buat, Xaviera justru tidak fokus pada desainnya tapi malah menilai orang itu.

Mereka memang sudah tidak bertemu cukup lama tapi bukan berarti Xaviera bisa melupakan orang itu begitu saja dan dia memiliki daya ingat yang cukup kuat juga.

Cih. Jelas hidupnya sudah berubah. Uang yang kuberikan padanya itu kan nilainya sangat besar sekali. Dia bisa kuliah dan dia juga bisa memperbaiki penampilan dirinya lalu bisa belajar banyak hal. Seharusnya dia berterima kasih padaku.

Xaviera tentu saja memuji dirinya sendiri dan merasa bangga karena dia mengira di balik kesuksesan pria itu ada bantuan dirinya.

Xaviera merasa dia yang memberikan uang. Dan di sini juga dia menghina pria yang diperhatikannya tapi hanya dalam benaknya sendiri.

Kalau bukan karena uangku dia tidak mungkin bisa berubah seperti sekarang. Tapi tetaplah dia seorang penipu. Karena dari awal dia memang menipuku. Mungkin sekarang dia sudah bahagia dengan wanita itu dan sudah bisa menikmati dari menipuku.

Lagi dan lagi Xaviera mengingat jelas tentang kejadian dia memergoki dua orang yang bertemu di depan sebuah proyek bangunan.

Rasanya membuat mual perut Xaviera. Dia sudah lama tidak mau memikirkan hal ini tapi sekarang di rapat itu Xaviera jadi kembali mengingatnya.

Dan sejujurnya setiap kali aku mengingat kejadian ini malah membuatku takut untuk menikah. Gara-gara dia aku terus saja membuat alasan dan belum berani untuk mengatakan setuju dengan permintaan Erik.

Meskipun Xaviera tidak mau mengakuinya pada Leti tapi sebetulnya itulah yang dia rasakan.

Xaviera sering terbayang kejadian itu. Dan itu bisa membuat dirinya kesal, marah, kecewa dan perasaan lainnya yang membuat dirinya tak nyaman.

"Bagaimana menurutmu Xaviera?"

Rapat sudah selesai. Semua sudah dijelaskan oleh pihak Fikri. Makanya Ben yang sudah setuju dan tidak ada masalah dia mencoba menanyakan Xaviera karena mungkin saja wanita itu punya pertanyaan.

"Oh nggak ada kok Om. Kalau memang rencananya seperti itu ya sudah aku setuju saja. Aku yakin Daddy juga pasti setuju."

Rapat berjalan lancar dan tanpa ada masalah.

Mereka pun sudah membubarkan peserta rapat karena memang Xaviera melihat rencana itu sebagai suatu project yang menguntungkan.

Meski sebetulnya bagi dirinya ini bukan suatu hal yang menyenangkan menghadiri rapat dan harus bertemu dengan seseorang yang ingin dilupakan olehnya.

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang