Bab 23. GERAH SENDIRI

77 2 0
                                    

"Xaviera kamu nggak apa-apa?"

Sambil menggelengkan kepalanya Xaviera mengumpat dirinya sendiri kenapa juga dia bisa keselek.

"Gak apa-apa kok sayang. Cuma keselek aja."

Dan berpura-pura cuek, seakan memang tidak apa-apa Xaviera sudah melanjutkan lagi melahap makanannya. Tentu saja ada satu orang yang tidak merasa nyaman juga melihat sikapnya tadi

Ah jigana aku tidak apa-apa kan ngambil makanan ini? Tapi naha asa salah nya sama teh Era. Rama yang mendapat makanan dari Shinta bukannya memakan makanan itu tapi dia hanya memakan kolaknya saja

"Aa Rama kenapah nggak dimakan?" Jelas saja membuat Sinta bertanya-tanya.

"Ini Teh, maaf Teh bukannya nggak mau dimakan tapi makan kolak aja kenyang. Dan saya gak kuat pedes kalau buka puasa."

Yang diberikan oleh Sinta adalah tahu isi yang memang suka dibeli juga oleh Rama di warung langganannya tak jauh dari lokasi tempatnya rapat sekarang. Sinta yang penasaran kadang-kadang memang suka mencari tahu apa makanan kesukaan Rama makanya dia sengaja membawakan itu hari ini.

Tapi tak salah juga yang dikatakan Rama sehingga dia tidak lagi bisa membujuknya.

Dan mendengar celetukan barusan teman-teman Rama juga langsung meminta makanannya.

Terpaksalah Sinta harus membiarkan Rama berbagi makanan itu.

Dia pikir dia harus menyenangkan aku dengan tidak memakan makanan itu? Aku yakin kalau aku tidak ada di sini dia pasti memakannya kan? Kenapa? Malu karena pernah mengkhianatiku dulu? Cih.

Tapi perlakuan Rama pada Sinta barusan malah membuat gerah hati Xaviera. Karena itulah,

"Yang kayaknya aku nggak bisa lama deh. Aku baru ingat kalau daddy-ku nungguin kita di rumah. Masih ada yang mau dibicarain."

"Uhuk uhuk."

Sekarang giliran Erik yang terbatuk-batuk mendengar permintaan Xaviera.

"Ki-kita mau ketemu daddy-mu?"

"Hmmm. Ada banyak yang mau dibahas masalah pernikahan kita."

"Ehm-- Ta-tapi kita kan lagi--"

"Wah, Erik, kayaknya kamu harus cepat-cepat deh. Kasihan itu mertuamu sudah menunggu. Tak perlulah kau lama-lama di sini."

"I-iya Om Fikri," jawab Eri agak sedikit tak yakin tapi dia mengikuti saran dari om-nya untuk pergi meninggalkan tempat itu, selesai makan takjil mereka berpamitan dengan semua yang ada di sana.

Kok aku ngerasa janggal ya? Nggak yakin sama pacarnya teh Era. Kenapa jadi gelagapan gitu mau ketemu sama calon mertua? Bukannya mereka tuh katanya sudah lama pacarannya dan kedua orang tuanya sudah saling menyetujui?

Rama agak bingung sendiri karena dia masih ingat betul kalau sepanjang obrolan tadi dengan Fikri menunjukkan kalau kedua orang tua mereka sudah saling setuju

Ah, antepan we lah.

Rama tidak mau memikirkan ini dia juga sudah bersiap-siap untuk shalat Magrib dan menunggu Pak Fikri selesai mengantar tamunya lalu mereka shalat berjamaah.

"Rama kamu nggak ikut makan dulu?"

Namun selepas shalat bukannya menuju ke meja makan yang tadi Rama malah memakai tasnya.

"Saya mau balik ke rumah Pak Fikri. Sudah setengah bulan puasa nggak nemenin ambu."

Rama memang sibuk dengan proyeknya dan besok adalah weekend makanya dia sekarang ingin pulang supaya bisa ada dua hari di kampungnya sebelum harus kembali bekerja lagi nanti hari Senin.

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang