Bab 19. BUKAN TRAUMA

75 6 1
                                    

Xaviera: Okay, take care honey.

"Si Erik berangkat lagi ke luar negeri?"

"Hmmm." Menanggapi orang yang ada di sampingnya Xaviera hanya berdehem saja lalu gadis itu menaruh lagi handphone di dalam tas branded-nya.

"Yuk berangkat sekarang."

Xaviera yang sudah berdiri dan menenteng tasnya bicara dengan wanita di seberang tempat duduknya.

"Lo mau langsung ke kantor Ra?"

"Hmm. Masih banyak yang bisa gue beresin nih, Le. Kerjaan nggak ada habis-habisnya," ucap Xaviera saat sahabatnya sudah berdiri dan mereka berjalan berdua keluar dari cafe tempat mereka tadi makan siang bareng.

"Ngomong-ngomong, lo ngejalin hubungan sama Erik udah empat tahun lebih. Kapan marriednya?"

Tak salah dong kalau sahabat Xaviera bertanya begitu? Bukankah pria itu adalah laki-laki yang memang sudah diharapkan oleh Xaviera untuk menjadi suaminya sejak beberapa tahun yang lalu? Dan bukankah pria itu juga sudah mencintainya dari sejak pertemuan mereka pertama kali? Dan bukankah orang tua mereka juga sudah ingin menjodohkan mereka?

Tapi kenapa pernikahan itu tidak pernah terjadi?

Leti sebagai seorang sahabat dia juga penasaran.

Jawaban Xaviera itu selalu datar-datar aja. Masih banyak kerjaan yang harus dibereskannya, belum lagi kekasihnya sibuk, ada beberapa urusan yang harus mereka beresin dulu sebelum menikah, masih betah pacaran, dan masih banyak lagi alasan lainnya yang diberikan oleh Xaviera seakan-akan dia memang tidak masalah juga dengan semua excuse-nya itu.

"Mungkin dalam beberapa bulan ke depan atau mungkin tahun depan? Aku masih banyak yang harus diurus."

Jawaban yang membuat Leti lagi-lagi tersenyum simpul.

Alasan lagi yang diberikan oleh Xaviera sahabatnya itu.

"Kenapa?"

Di mobil Xaviera, Leti sahabatnya masih senyum-senyum, Xaviera bertanya lagi.

Dia sengaja menyetir sendiri menuju ke arah kantornya dan karena kantor Leti juga berada tak jauh dari kantornya maka tadi dia sengaja menjemput sahabatnya itu supaya mereka makan bareng dengan satu mobilnya saja.

Leti yang tidak punya mobil tentu saja dia lebih senang kalau dijemput. Dan dia juga tidak harus capek-capek menunggu bus.

"Gue heran ama lo. Lo serius sama dia katanya. Tapi kayak nggak pengen memiliki dia gitu loh? Maksud gue kenapa lo nggak cepet-cepet nikah sama dia aja kalau emang lu serius sama dia? Daripada nanti ditikung sama cewek lain kan sakitnya lu sendiri yang ngerasain. Pacaran bertahun-tahun ujungnya gimana?"

Sebuah tanya yang hanya membuat Xaviera senyum-senyum saja.

"Kenapa lo?"

"Nikah itu nggak gampang. Dan kadang cowok yang udah lo percaya belum tentu dia benar-benar emang patuh Untuk dipercaya. Dan gue masih harus mikir panjang buat ke arah sana. Lagian umur gue masih 29 tahun kok. Dan banyak kan orang yang nikah umurnya udah di atas 30 tahun. Santai aja sih."

Jawaban yang membuat Leti hanya geleng-geleng kepala saja.

"Kenapa lagi? pusing pala lo?" tanya Xaviera masih dengan mobilnya yang melaju pelan.

Macet selepas jam makan siang membuat mereka tidak bisa cepat-cepat menuju kantornya dan harus belajar bersabar.

"Ya ... saran gue sih mendingan kalau emang lu suka ama dia dan emang udah klop gitu kenapa juga lo terus-terusan buat bilang sama dia nunggu dulu? Bukannya lebih baik lo cepet jalin hubungan resmi dan nikah sama dia?"

WARISAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang