🌻02🌻

21 2 0
                                    

Rumor yang menyebutkan Selena cinta lokasi dengan lawan mainnya dalam sebuah drama sudah kerap Okta baca dari berbagai sumber di internet maupun media sosial. Pun dengan berita infotainment di televisi. Wajah cantik Selena akan terus ada menghiasi layar kaca ketika ada rumor baru tentangnya. 

Entah siapa yang pertama kali mengembuskan rumor itu, Okta kurang tahu. Yang jelas tanpa perlu ada settingan sekalipun, drama-drama yang Selena bintangi selalu menyita perhatian pemirsa. Selena memang memiliki wajah yang cantik, gayanya elegan dan anggun, serta kemampuan aktingnya cukup mumpuni. Karir Selena menanjak naik secara signifikan selama kurun waktu dua tahun terakhir, maka tak heran jika penghasilan yang ia peroleh jumlahnya cukup fantastis.

Entah mengapa kali ini Okta cukup merasa ketar ketir begitu para wartawan mengembuskan rumor jika Selena berpacaran dengan Alvaro. Meskipun secara samar Selena telah menegaskan bahwa ia tidak pacaran dengan Alvaro, tetap saja Okta merasa gelisah. Kalau sebelum-sebelumnya Okta cukup tenang meski Selena digosipkan pacaran dengan siapapun, tapi kali ini tidak sama. Pasalnya Alvaro itu bisa dikatakan sebagai sosok fiksi yang hidup di dunia nyata. Daya imajinasi Okta menggambarkan Alvaro sesempurna itu.

"Apa Oma menelepon, Ta?"

Pikiran Okta seketika ambyar saat suara Selena tiba-tiba terdengar menegurnya. Pasalnya setelah Selena keluar dari mobil, menaiki lift, lantas masuk ke dalam apartemennya, gadis itu lebih memilih membisu. Perbincangan hanya akan memperlambat langkah Selena. Wajar jika Okta merasa kaget saat Selena menegurnya.

"Oh, nggak, Sel." Okta cukup lancar membalas pertanyaan Selena. Gadis itu menutup pintu apartemen milik Selena, lantas berjalan ke arah sofa sembari membawa tas berisi perlengkapan pribadi sang aktris. "Tadi nggak ada panggilan masuk," ucap Okta sambil merogoh isi saku jaketnya. Setelah berhasil meraih ponsel milik Selena, ia menyodorkan benda itu ke depan pemiliknya.

Seusai menerima ponselnya dari tangan Okta, Selena langsung memeriksa sejumlah notifikasi yang masuk. Dan ucapan Okta memang benar. Tidak ada panggilan dari Oma.

"Apa Oma masih sibuk?" gumam Selena setelah tak mendapati pemberitahuan panggilan masuk dari Oma. Biasanya Oma menelepon Selena tiap beberapa jam sekali ketika  ia berada di luar kota, tapi hari ini Oma sama sekali belum menghubungi Selena.

Okta hanya mengedik ringan. Mana mungkin ia tahu Oma Rosa sibuk atau tidak.

"Aku mau menyimpan ini dulu, Sel," ucap Okta menunjuk ke arah tas yang sedang ditentengnya.

"Hm," balas Selena tanpa mengalihkan tatap dari layar ponselnya.

"Kamu mau dibuatkan minuman?"

"Nggak, Ta."

Okta mengerti. Perhatian Selena masih akan tertuju pada ponselnya sebelum ia berhasil mendapatkan kabar dari Oma Rosa. Gadis itu memilih untuk tidak memedulikan sikap Selena dan bergegas melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

Bagi Selena, Oma Rosa adalah orang tua, sahabat, guru, penggemar, sekaligus panutan. Pasalnya Oma Rosa telah berjasa begitu besar bagi Selena. Wanita yang kini berusia lebih dari 60 tahun itu merawat Selena sejak ia masih bayi. Ketika kedua orang tua Selena tidak ada, Oma Rosa lah yang menjalankan peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi Selena. Ia mendidik dan membesarkan Selena dengan penuh kasih sayang. Wajar saja jika Selena sangat menyayangi Oma Rosa dan menganggap wanita itu adalah segalanya bagi Selena.

"Halo, Oma?"

Akhirnya setelah percobaan kedua, Oma menjawab panggilan Selena. Wanita itu sedang berada di Surabaya sekarang untuk mengurusi bisnis toko rotinya. Tiap dua atau tiga bulan sekali Oma Rosa melakukan kunjungan ke satu-satunya cabang usaha toko rotinya itu.

"Kamu sudah pulang, Sel?" balas Oma dengan suara khasnya.

"Iya, Oma. Barusan. Oma masih ada di toko?"

"Nggak. Oma sedang ada di luar. Ketemu teman lama."

"Oh," gumam Selena paham. Bertemu dengan teman lama pasti sangat mengasyikkan untuk Oma, batinnya. Pantaslah jika Oma mengabaikan Selena untuk beberapa saat. "Kapan Oma balik ke Jakarta?"

"Besok lusa Oma balik. Kenapa? Kamu sudah kangen Oma?" Suara Oma terdengar diselingi tawa kecil.

"Sedikit."

"Sedikit?" Tawa Oma terlepas bebas begitu mendengar pengakuan Selena.

"Rasanya sepi kalau nggak ada Oma di sini," cetus Selena dengan suara manja.

"Kamu seperti anak kecil saja. Oma kan cuma pergi tiga hari. Lagipula di sana kan masih ada Okta."

Selena langsung terdiam dikatakan seperti anak kecil oleh Oma. Gadis itu sadar sepenuhnya jika ia bergantung pada Oma Rosa, satu-satunya orang yang menjadi panutan Selena.

"Kamu masih ingat kan, kalau Oma selalu bilang bahwa nggak selamanya Oma ada di samping kamu, Selena. Suatu saat nanti Oma pasti akan pergi meninggalkan kamu. Makanya sedari sekarang kamu harus mulai belajar  hidup mandiri," tutur Oma Rosa panjang. Dan kata-kata seperti inilah yang selalu dibenci Selena. Seolah-olah Oma akan pergi meninggalkannya dalam waktu dekat ini.

"Cukup, Oma. Aku nggak mau dengar Oma bicara seperti itu. Aku tutup teleponnya," tandas Selena kesal. Gadis itu mengakhiri sambungan telepon, lantas melempar ponselnya ke atas meja.

"Ada apa, Sel?" Okta yang baru kembali ke ruang tamu, kaget melihat Selena membanting ponselnya ke atas meja yang terbuat dari bahan kaca tebal. Ini bukan masalah harga ponsel, tapi tidak biasanya Selena kesal setelah bicara di telepon dengan Oma Rosa.

"Aku mau mandi dulu," ucap Selena sembari menegakkan tubuh dan langsung mengambil langkah menuju ke kamar mandi.

Okta hanya bengong di tempatnya berdiri melihat tingkah polah Selena yang aneh.

*** 

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang