🌻12🌻

11 1 0
                                    

Syuting perdana hari ini berjalan dengan lancar. Tidak ada kendala berarti dan akting Selena sebagus biasanya. Gadis itu tak pernah gagal memerankan karakter yang menjadi bagiannya dalam drama. Dan sekarang ia sedang berada dalam perjalanan kembali ke apartemen.

Okta melirik ke samping. Selena terlihat sedang memejamkan kedua mata dengan kepala bersandar pada jok. Ia pasti kelelahan setelah syuting seharian, batin Okta yang tidak tega membangunkan Selena. Padahal mobil yang dikemudikan Pak Wawan telah berhenti sejak dua detik yang lalu. Mereka telah sampai di depan gedung apartemen sang aktris.

"Sel."

Okta memanggil Selena dengan suara sepelan mungkin demi membuat gadis itu tidak terbangun tiba-tiba. Okta hanya menyentuh lengan Selena yang terbalut sehelai jaket yang tidak terlalu tebal tanpa mengguncangnya.

Usaha Okta tak sia-sia. Selena membuka kedua matanya setelah Okta memanggil nama gadis itu.

"Kita sudah sampai," beritahu Okta agar Selena tak perlu melihat ke luar mobil.

"Oh, iya."

Selena bergegas turun dari mobil begitu juga dengan Okta. Namun, Okta harus mengambil tas jinjing milik Selena yang disimpan di bagian bagasi belakang sebelum masuk ke dalam apartemen.

Udara malam ini tidak terlalu dingin meski jam telah menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana di depan gedung apartemen juga lengang. Tapi, di jalanan masih tampak aktivitas kendaraan yang lalu lalang. Hanya beberapa, sangat jauh jika dibandingkan dari siang hari.

"Selly!"

Suara itu terdengar bak membelah keheningan malam. Tepat di saat Selena memutar tubuh setelah selesai mengawasi pergerakan Okta yang baru saja mengambil tas jinjing miliknya dari bagasi belakang. Secara refleks gadis itu mengarahkan kepalanya ke sumber suara dengan gerakan cepat.

Sudah sangat lama Selena tidak mendengar seseorang memanggil nama aslinya. Selly Amanda. Sekalipun orang-orang di luar sana tahu nama itu, mereka tidak akan pernah memanggilnya dengan panggilan Selly.

Seorang pria yang akhir-akhir ini cukup meresahkan dunia maya, tiba-tiba saja muncul di hadapan Selena. Pria yang membuat sebuah video pengakuan dan akhirnya viral, tanpa diduga datang ke depan Selena. Membuat gadis itu kaget bukan kepalang. Begitu juga dengan Okta yang bahkan nyaris melepaskan genggaman tangannya pada tas jinjing milik Selena.

Sebenarnya pria itu terlihat seperti orang-orang pada umumnya. Nilai lebihnya adalah pakaian yang ia kenakan cukup rapi dan terlihat bersih. Kedua kakinya juga terbungkus sepasang sepatu kulit berwarna hitam. Jika ditilik dari penampilan fisiknya, agaknya pria itu bukan datang dari keluarga sederhana. Ia berasal dari keluarga menengah ke atas.

Okta segera bertindak cepat. Gadis itu maju selangkah dan berdiri di samping Selena, berjaga jika sesuatu terjadi pada majikannya. Sementara Pak Wawan yang melihat kejadian itu segera menghampiri keduanya.

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Selly." Senyum tipis terukir di bibir pria itu. Sikapnya terlihat alami, tapi Selena tidak begitu saja larut melihat apa yang dilakukan pria itu. Bahkan Selena jauh lebih mahir dalam berakting.

"Jadi pada akhirnya kamu berani datang menemuiku?" hardik Selena dengan melancarkan tatapan sinis.  "Sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku? Uang? Mobil? Atau apa?" Selena langsung mencecar si pria dengan menyebutkan penawaran yang mungkin akan ia berikan untuk menyelesaikan perihal video viral itu. Jika hanya dengan memberikan sejumlah uang bisa menghentikan tindakan konyol pria itu, Selena tak akan segan melakukannya. Itu jauh lebih mudah ketimbang harus pergi ke kantor polisi dan mengikuti berbagai prosedur. Akan tetapi, jika dilihat dari penampilan pria itu semestinya ia tidak kekurangan materi. Adakah sesuatu yang lain yang sangat ia inginkan selain uang?

"Aku nggak pernah mengharap apapun... "

"Jangan mendekat!" Ketika pria itu selangkah maju ke depan, justru Okta yang panik dan berteriak. Bagaimanapun juga keselamatan Selena adalah prioritas. Pak Wawan juga telah bersiap untuk pasang badan.

Pria itu langsung menghentikan langkah mendapat respon dari Okta.

"Bisa kita bicara berdua saja?" Pria itu menatap lurus pada Selena dan mengajukan sebuah permintaan.

"Pak," Pak Wawan mengambil tindakan. Pria bertubuh tinggi besar itu melangkah maju. "sebaiknya Bapak pergi saja. Jangan mengganggu Mbak Selena. Dia baru saja selesai syuting dan dia capek. Mohon Bapak bisa mengerti," ucap Pak Wawan dengan gaya sopan. Tak seperti Okta yang keburu panik.

"Aku cuma mau bicara sebentar. Cuma lima menit saja." Pria itu memohon.

"Nggak bisa, Pak." Pak Wawan berusaha menghadang tubuh pria itu agar tidak meringsek maju ke depan Selena.

"Bicara saja di sini!" Selena yang semula diam dan hanya melihat situasi, akhirnya buka suara. Lagipula pria itu terlihat tidak membawa senjata tajam atau semacamnya. Pun ada Pak Wawan yang tubuhnya jauh lebih besar ketimbang pria itu dan ia bisa diandalkan untuk melindungi Selena. Juga masih ada Okta di sampingnya. Jadi, semestinya Selena masih aman dalam situasi ini.

Pria itu menatap ke arah Pak Wawan dengan pandangan ragu. Lalu beralih pada Okta dengan tatapan yang sama. Seolah-olah ia keberatan jika ada orang lain yang mendengar pembicaraan itu.

"Kalau nggak mau, ya sudah. Aku juga nggak punya banyak waktu untuk mendengarkan hal-hal yang nggak penting," ucap Selena sengaja memancing reaksi pria itu. Karena sampai beberapa menit pria itu tak kunjung membuka mulut.

"Tunggu!"

Tadinya Selena tidak serius ingin meninggalkan tempatnya berpijak. Ia hanya ingin melihat respon pria itu.

"Oke. Sekarang katakan apa yang kamu inginkan dariku."

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang