🌻25🌻

15 1 0
                                    

"Aku kan sudah menyuruhmu agar memberi kabar begitu tiba di sana, Ta. Kenapa nggak menelepon atau mengirim pesan? Memangnya kalian sudah sampai di mana? Kamu sudah bertemu dengan pria itu, kan?" Selena terus mencecar Okta begitu asistennya itu menjawab panggilannya. Selena tak memberi Okta kesempatan untuk membalas sebelum ia selesai memuntahkan pertanyaan. Pasalnya Okta sudah sangat keterlaluan. Ia tidak memberi kabar sama sekali bahkan hingga dua hari kemudian. Dan Selena terpaksa menghubungi nomor kontak Okta begitu ia tiba di apartemen.

"Ada yang mesti kamu ketahui, Sel." Suara Okta terdengar datar, tapi jauh dari jawaban yang seharusnya ia lontarkan atas pertanyaan Selena. Bahkan gadis itu tidak meminta maaf atas kelalaiannya tidak mengirim kabar pada Selena. Padahal Selena telah memberinya perintah untuk mengirim kabar begitu Okta tiba di Subang.

"Kamu sudah bertemu dengannya?" tanya Selena. Yang ia maksud adalah pria itu, ayah kandungnya.

Sejenak yang terdengar hanya desah napas Okta.

"Maaf, Sel. Aku nggak bisa bertemu dengannya." Dari nadanya Okta terkesan sangat menyesal karena tidak berhasil melaksanakan perintah Selena.

"Kenapa? Apa kalian nggak bisa menemukan alamatnya? Atau pria itu sudah pindah?" Selena sangat ingin tahu alasannya.

"Pria itu sudah meninggal, Sel."

Selena kaget luar biasa setelah mendengar kabar kematian ayah kandungnya. Padahal beberapa hari yang lalu pria itu terlihat sehat.

"Ada yang memberitahuku kalau dia mengalami kecelakaan. Itu terjadi setelah dia menitipkan amplop padamu, Sel. Sepulang dari apartemen dia mengalami kecelakaan. Tabrak lari," urai Okta menjelaskan garis besar kronologi kecelakaan yang menimpa ayah kandung Selena.

Selena gamang. Apakah ini nyata? Pria yang menyuruhnya untuk melakukan tes DNA itu telah meninggal tanpa sempat mengetahui jika Selena benar-benar sudah melakukan tes.

"Apa kamu sudah mengonfirmasi kebenaran berita itu, Ta? Kamu sendiri tahu kan nggak ada berita itu di internet? Jadi bisa saja itu hanya tipuan," ucap Selena berharap apa yang didengarnya hanya berita palsu.

"Aku sudah bertemu dengan keluarganya, Sel. Aku juga sudah pergi ke makamnya."

Seluruh tubuh Selena lemas. Keinginannya untuk bertemu dengan pria itu kandas tak bersisa. Kesempatan untuk mencari kebenaran atas kisah masa lalu itu sudah hilang. Lantas siapa yang bisa memberitahunya tentang kebenaran itu?

"Apakah yang dikatakannya itu benar, Ta?" Selena sangat yakin jika Okta bisa memahami maksud ucapannya. Mungkin Okta mendapatkan sedikit informasi dari keluarga pria itu.

"Maafkan aku, Sel.... "

"Jadi, apa yang dikatakan pria itu benar?" Okta tidak menjawab pertanyaan Selena secara langsung, akan tetapi gadis itu seolah meninggalkan petunjuk. Dan Selena menyimpulkan jawabannya sendiri.

"Ya." Okta mengambil napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Mereka bilang ayah kandungmu diusir dari rumah Oma saat kamu masih kecil. Mereka juga bilang kalau ibumu masih hidup dan dikurung di suatu tempat."

"Apa?!"

"Setelah ayah kandungmu diusir dari rumah Oma, ibu kandungmu mengalami depresi berat. Dan Oma membawa ibu kandungmu pergi. Nggak ada yang tahu dia di mana, tapi sepertinya ibu kandungmu masih hidup." Okta memberi tambahan informasi lain yang tidak kalah penting, meski itu terdengar sama sekali tidak masuk akal. Selena hanya tahu jika mama dan papanya sudah meninggal dunia, tapi baru saja ia mendengar sesuatu yang sangat konyol dan tidak masuk akal. Ini benar-benar tidak bisa dipercaya!

"Ini nggak mungkin, Ta." Selena menggeleng pelan, berusaha mengingkari pernyataan yang baru saja diungkapkan Okta. "Bagaimana mungkin mama masih hidup? Nggak mungkin Oma berbohong. Itu nggak benar, Ta."

Tak ada jawaban dari ujung telepon. Okta tidak berani memberi jawaban karena ia belum tahu kebenaran yang sesungguhnya. Siapa yang berbohong dan siapa yang berkata benar, Okta tidak bisa memastikan.

"Sebaiknya kamu mencari tahu kebenarannya, Sel." Setelah beberapa lama bungkam, akhirnya Okta memberi saran juga. Ia pikir Selena sendiri yang harus mencari tahu kebenarannya. Karena Selena satu-satunya cucu Oma Rosa.

Selena terdiam. Jika Oma Rosa benar telah berbohong kepadanya selama ini, apa mungkin dia akan mengaku setelah Selena mendesaknya? Apa begitu mudah Oma akan membongkar kebohongannya sendiri setelah ia menyembunyikan kebenaran yang sudah ditutupinya  selama puluhan tahun? Atas dasar motif apa hingga wanita itu tega melakukan semua ini pada Selena dan kedua orang tuanya? Kalau memang benar mama Selena masih hidup, lantas di mana ia sekarang? Apakah ia sungguh dikurung di suatu tempat oleh Oma?

"Apa Oma akan mengakui semuanya kalau aku bertanya padanya?" Suara Selena terdengar goyah. Tersirat sebuah kesedihan dalam nada bicaranya.

"Aku nggak tahu, Sel. Tapi kamu bisa menilai sendiri sikap Oma, apakah dia berkata bohong atau nggak."

Tangan Selena yang sedang menggenggam ponsel, merosot perlahan. Tiba-tiba saja rasa kecewa mendera hatinya begitu dalam. Suara Okta yang terus mengatakan 'halo' tak digubrisnya.

Padahal selama ini Selena menganggap Oma adalah segalanya, tapi kenapa Oma justru melukai kepercayaan yang telah diberikan padanya? Sebenarnya siapa Oma? Apa warna karakternya? Hitamkah? Atau abu-abu?

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang