🌻28🌻

18 0 0
                                    

Mereka benar-benar putus kontak setelah perdebatan malam itu. Bahkan saat Selena berulang tahun, Oma Rosa tidak muncul di apartemen gadis itu. Mengirim kado atau sekadar ucapan selamat ulang tahun melalui pesan instan, juga tidak dilakukan wanita tua itu. Padahal sebelum ini Oma dan Selena selalu berkomunikasi minimal satu kali dalam sehari. Tapi semenjak malam itu semuanya berubah total.

Sejujurnya ada kalanya Selena merasa rindu pada Oma, tapi perasaan marah dan benci yang tiba-tiba datang tak bisa ia bendung. Seandainya Oma tidak pernah berbohong padanya, semestinya ia menunjukkan bukti-bukti kalau apa yang dikatakannya benar. Tapi, hasil tes DNA itu dan sikap Oma yang terkesan menghindar, menimbulkan kecurigaan dalam diri Selena. Keraguan yang tadinya menumpuk kini semakin menggunung dan membuat Selena kian yakin jika selama ini Oma telah berbohong padanya. Akan tetapi, apa yang membuat Oma berbohong pada Selena?

Syuting drama yang Selena bintangi juga hampir selesai. Tinggal beberapa hari lagi dan semuanya kelar.

"Kado buat kamu." Tangan Alvaro terulur ke depan Selena. Sebuah boneka kecil berbentuk beruang dan bertopi sedang menunggu gadis itu untuk meraihnya.

"Apa ini?" Selena cukup kaget menerima hadiah yang terkesan tiba-tiba dari Alvaro. "Aku kan ulang tahunnya kemarin."

"Iya, aku tahu. Tapi kemarin aku nggak sempat beli hadiah buat kamu. Kamu tahu sendiri aku juga sibuk syuting. Maaf, ya," ucap Alvaro dengan menunjukkan rasa bersalah. Cowok tampan itu mengurai senyum tipis.

"Kenapa mesti minta maaf segala? Kamu nggak harus memberiku kado, Al."

"Tapi aku sudah terlanjur membelinya, Sel. Harganya memang nggak seberapa, tapi kamu nggak keberatan untuk menerimanya, kan?"

Selena mendesah pelan. Kemarin ia juga menerima banyak hadiah dari penggemar. Bahkan saat ia tidak berulang tahun pun ada saja yang memberi Selena hadiah.

"Thanks, Al." Selena meraih boneka itu dari tangan Alvaro dengan sukacita.

"Tadinya aku bingung mau membeli kado apa dan pilihanku jatuh pada boneka itu."

"Ini lucu, kok. Sungguh," tukas Selena yang mengetahui jika Alvaro tampak tidak percaya diri dengan benda pemberiannya. Sebenarnya Selena juga tidak mempermasalahkan soal harga boneka itu karena apapun yang diinginkannya sanggup Selena beli dari penghasilannya sendiri.

Alvaro mengulas senyum lega. Namun, kemunculan Okta yang tiba-tiba dengan membawa sebuah tas jinjing, membuat cowok itu sedikit kecewa.

"Yuk pulang, Sel," ajak Okta tanpa memedulikan keberadaan Alvaro. Ia memang sengaja ingin menjauhkan Selena dari Alvaro.

"Maaf ya, Al. Aku harus pulang sekarang. Supirku sudah menunggu."

"Ah, iya. Silakan. Hati-hati di jalan, Sel."

Selena segera berlalu dari hadapan Alvaro sesaat setelah ia berpamitan.

"Hadiah dari Alvaro?" Okta melirik ke arah boneka kecil yang dipegang Selena ketika mereka telah berada jauh dari Alvaro yang masih berdiri di tempatnya semula. Namun, cowok itu sudah bersama dengan salah seorang pemain drama yang lain dan sedang asyik berbincang. Pandangannya juga sudah teralihkan dari sosok tubuh Selena.

"Ya. Kamu mau?" Selena malah menawarkan hadiah dari Alvaro pada Okta dengan sengaja. Karena Selena sangat paham dengan sifat Okta yang terkesan tidak suka jika ia dan Alvaro dekat. Padahal Selena sudah menegaskan jika ia tidak memiliki perasaan apapun pada Alvaro. Akan tetapi Okta tidak pernah memercayainya.

"Buat apa? Lagipula dia memberikan hadiah itu untuk kamu," balas Okta dengan wajah sewot.

"Kamu masih takut kalau aku jatuh cinta padanya?" tanya Selena sengaja ingin menguji Okta.

Ditanya seperti itu, Okta justru diam. Dari kejauhan tampak mobil Selena sedang melaju perlahan menuju ke arah mereka berdua.

"Kamu tahu risikonya dekat dengan seseorang, kan?" Okta buka suara setelah ia dan Selena masuk ke dalam mobil. "Itu bisa memengaruhi karir kamu, Sel."

Pernyataan Okta justru ditanggapi dengan senyum oleh Selena.

"Kamu sama seperti Oma... " Mendadak senyum di bibir Selena memudar begitu ia menyebutkan kata Oma. Seketika ingatannya kembali ke malam itu, di mana Selena dan Oma sempat bersitegang sebelum akhirnya mereka putus kontak.

Okta menoleh ke arah Selena untuk sekadar mengintip perubahan ekspresi wajah gadis itu. Okta bisa memahami apa yang Selena rasakan.

Belum sempat Okta mengeluarkan sepatah kata, tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel Okta.

"Halo?" Suara Okta terdengar agak ragu saat menjawab panggilan itu. Pasalnya ia hanya melihat sebaris angka di layar ponselnya.

" ... "

"Benarkah? Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" Wajah Okta terlihat panik dan gadis itu melirik ke arah Selena.

" ... "

"Baiklah. Kami akan segera ke sana."

Sedetik kemudian Okta menurunkan ponselnya dari dekat telinga. Wajahnya masih terlihat panik seolah-olah baru saja mendengar berita buruk.

"Telepon dari siapa, Ta?" Selena langsung mendesak Okta begitu menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada asistennya.

"Oma, Sel ... " Okta tampak kesusahan untuk menjelaskan apa yang sedang sedang terjadi. Apa yang didengarnya barusan bisa membuat Selena syok.

"Oma kenapa, Ta?" desak Selena yang sudah tidak tahan ingin mendengar kabar yang diterima Okta.

"Oma jatuh di kamar mandi, Sel. Dan dia sekarang dirawat di rumah sakit."

"Apa?!"

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang