🌻13🌻

13 1 0
                                    

Sebenarnya Selena tak pernah menantikan momen seperti ini. Bertemu dengan pria pemilik video viral yang mengaku sebagai ayah kandungnya itu. Namun, ketika pria itu benar-benar datang ke hadapannya, Selena justru penasaran pada apa yang akan pria itu lakukan. Apakah dia akan meminta uang padanya? Ataukah dia akan mengaku sebagai ayah kandung Selena seperti dalam video?

Angin malam berembus tipis ke wajah Selena. Suasana di sekitar tempat itu kian hening. Pak Wawan dan Okta berdiri di belakang tubuh Selena dalam posisi waspada.

"Aku adalah ayah kandungmu, Selly," ucap pria itu persis dalam video. Sebaris kalimat yang mampu membuat gempar seisi jagat maya.

Selena tak bereaksi. Ia sudah pernah mendengar pernyataan itu sebelumnya. Dan ia tidak akan percaya dengan begitu mudahnya.

"Kamu nggak percaya dengan ucapanku?" Pria itu setengah melotot melihat wajah datar Selena. Bahkan gadis itu tidak tampak terkejut mendengar pengakuannya.

"Sama sekali nggak," balas Selena mantap. Tanpa gelengan kepala. Okta dan Pak Wawan juga tidak memercayai ucapan pria itu.

"Tapi aku benar ayah kandung kamu, Selly," kata pria itu tampak bersungguh-sungguh.

"Kedua orang tuaku sudah meninggal. Jadi jangan mengada-ada. Kalau kamu ingin uang, katakan jumlahnya dan jangan berbuat konyol seperti ini. Aku nggak punya waktu untuk hal-hal sepele seperti ini. Jadi berhentilah omong kosong," tandas Selena yang mulai menyesal telah meluangkan waktu untuk mendengarkan omong kosong pria itu. Jika pria itu tidak menghadang langkahnya, sudah pasti saat ini Selena sedang berbaring di atas tempat tidurnya yang empuk dan nyaman.

"Omong kosong?" Pria itu melengkungkan seulas senyum pahit di bibirnya. "Kamu bilang ini omong kosong?"

"Ya, ini omong kosong," sahut Selena cepat.

"Ini kebenaran, Selly. Aku ayah kandungmu... "

"Kalau memang kamu benar ayah kandungku, kenapa baru muncul sekarang? Kenapa bukan dari dulu, hah? Lalu siapa yang ada di dalam makam itu kalau kamu adalah ayah kandungku?" Selena setengah memekik. Suaranya membelah kesunyian malam di sekitar gedung apartemen yang lengang.

Sesungguhnya Selena hanya bermaksud memancing. Ia tidak pernah serius dengan kalimatnya. Dalam hati Selena masih tidak memercayai pengakuan pria itu. Selena hanya ingin mendengar beberapa kalimat darinya sebelum menuntaskan omong kosong itu.

Pria itu menghirup oksigen dalam-dalam. Wajahnya perlahan memucat. Sorot matanya ikut meredup.

"Apa kamu mau mendengarkan ceritaku?"

Selena mendesah pelan. Waktu istirahatnya cukup tersita gara-gara kemunculan pria itu.

"Abaikan saja orang itu, Sel. Apa gunanya mendengar kebohongan?" Okta yang berdiri di belakang tubuh Selena membisikkan sesuatu ke telinga gadis itu. Okta cukup memahami gestur tubuh Selena yang mulai bosan dengan keadaan sekitar.

"Bu Rosa telah mengusir Ayah dari rumah itu saat kamu berumur dua tahun. Dan foto itu adalah kenangan terakhir Ayah bersama kamu," tandas pria itu. Ia melengkapi kisahnya dengan memasang wajah sedih dan kedua mata berkaca-kaca. "Wanita itu telah memisahkan anak dari ayahnya. Dia juga telah memisahkan kamu dari ibu kandungmu."

Rupanya pria itu sudah mempersiapkan sebuah kisah untuk diceritakan jika ia berhasil bertemu dengan Selena. Bahkan Selena sudah banyak membaca berbagai macam skenario drama dan film. Tapi, kisah yang diceritakan pria itu terdengar tidak masuk akal.

"Asal kamu tahu, kedua orang tuaku sudah meninggal dunia dan aku tahu di mana letak makam mereka. Dan seandainya kamu adalah benar ayah kandungku, Oma nggak akan pernah melakukan hal itu. Mengusir ayah kandungku? Mustahil. Oma bukan orang jahat," ucap Selena yang sama sekali tidak terpengaruh oleh kisah yang baru saja dituturkan pria itu.

"Aku tahu kamu nggak akan langsung percaya kalau aku menceritakan kisah itu. Sekalipun itu sebuah kebenaran. Tapi kebenaran selalu punya bukti, Selly. Kamu bisa membuktikannya jika kamu mau," tandas pria itu lebih tegas. Ia cukup berwibawa saat menguraikan kalimat itu.

"Kebenaran apa yang kamu maksud, hah? Bahwa kamu seorang pembohong yang hanya ingin uang dan popularitas?"

"Aku nggak butuh semua itu, Selly. Aku hanya ingin diakui sebagai ayah kandungmu."

"Lalu? Setelah itu?"

"Ayah hanya ingin menghabiskan sisa hidup Ayah denganmu. Itu saja."

"Jangan menyebut dirimu sebagai ayahku!" Selena merasa jijik saat pria itu terus mengulang kata 'ayah' di hadapannya. "Ayo, Ta." Selena melirik ke arah Okta dan bermaksud mengajak asistennya itu untuk pergi menjauh. Toh, Selena sudah muak dengan percakapan itu.

"Tanyakan pada wanita itu tentang kebenarannya kalau kamu ingin tahu siapa yang berbohong! Tanyakan juga di mana ibumu berada! Dan satu lagi, mari kita lakukan tes DNA!"

Suara lantang pria itu masih bisa didengar telinga Selena dengan jelas. Okta dan Pak Wawan juga turut mendengarnya. Namun, langkah-langkah lebar Selena mengisyaratkan jika ia sudah tidak menggubris apa saja yang dikatakan pria itu. Gadis itu terus melangkah masuk ke dalam gedung apartemen tanpa menoleh ke belakang.

Sementara pria itu masih menatap ke arah punggung Selena yang bergerak menjauh hingga hilang dari pandangannya.

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang