🌻27🌻

17 1 0
                                    

"Kamu baik-baik saja, Sel?"

Setelah Pak Wawan menghentikan mobil, Okta kembali menanyakan keadaan Selena sebelum mereka turun. Ia masih mencemaskan kondisi Selena hingga saat ini. Padahal tadi Okta juga sudah menanyakan hal yang sama, tapi ia kurang yakin dengan jawaban yang diberikan Selena. Dia kan aktris dan pandai berakting, bisa saja Selena berpura-pura baik-baik saja. Okta tahu betul apa yang menimpa Selena.

Okta memang tidak melihat seluruh kejadiannya, tapi ia sempat mendengar dari para kru jika penampilan Selena tidak sebagus biasanya. Okta baru kembali dari Subang dan langsung menuju ke lokasi syuting sore tadi. 

"Aku baik-baik saja, Ta. Nggak usah cemas."

"Kalau begitu aku akan menginap malam ini," putus Okta. Padahal ia paling enggan menginap di apartemen Selena sekalipun mereka pulang larut.

"Oke." Selena sama sekali tidak keberatan dengan keputusan Okta. Ia malah senang Okta bersedia menginap di apartemennya.

Selena pulang lebih cepat malam ini. Mas Rindra memutuskan untuk menyudahi pengambilan gambar agar Selena bisa segera beristirahat.

"Kamu sudah pulang, Sel?"

Langkah Selena seketika tertahan begitu melihat Oma telah berada di ruang tamu apartemennya. Wanita itu sedang duduk di sofa, tapi tidak melakukan apapun. Televisi di depannya juga mati.

Kenapa Oma ada di apartemen Selena di jam segini? Tanpa menghubungi Selena pula. Padahal selama ini Selena kerap pulang larut malam. Jika Selena tak cepat pulang, apa Oma bersedia menunggu sampai cucunya itu pulang?

"Kebetulan sekali Oma ada di sini. Ada yang ingin kubicarakan dengan Oma." Setelah berkata demikian, Selena melangkah menuju ke hadapan Oma. Sedang Okta hanya bisa mematung di dekat pintu dan tak berani berpindah tempat.

"Tumben kamu pulang cepat hari ini... "

"Oma," Selena memutus perkataan Oma karena tidak ingin memperpanjang basa basi. "Apa Oma masih ingat pria dalam video itu?"

Oma Rosa terlihat sedikit bingung dengan pertanyaan Selena.

"Pria yang mengaku sebagai ayah kandungmu itu?" Oma bertanya untuk memastikan dan dibalas dengan sebuah anggukan oleh Selena. "Ya, Oma masih ingat. Kenapa?"

"Aku sudah melakukan tes DNA dan hasilnya cocok. Pria itu memang benar ayah kandungku. Apa Oma bisa menjelaskan hal ini?" Suara Selena terdengar tegas kali ini.

Oma Rosa tampak terkejut, tapi wanita itu masih bersikap tenang.

"Nggak mungkin. Papamu sudah meninggal dan kamu sendiri tahu di mana letak makamnya. Pria itu hanya ingin memerasmu. Dia hanya ingin mencari sensasi karena kamu aktris terkenal."

"Nggak. Dia sama sekali nggak memerasku. Pria itu nggak meminta uang sepeserpun dariku," bantah Selena.

"Dia pasti merencanakan sesuatu yang lain," sahut Oma.

"Merencanakan apa? Pria itu sudah meninggal sekarang. Oma yang melakukan semua itu padanya, kan?"

"Maksud kamu apa? Oma nggak mengerti kenapa kamu berkata seperti itu," balas Oma menanggapi perdebatan yang disulut Selena.

"Oma sudah membunuh pria itu, kan?"

"Selena!" Oma terpaksa berteriak agar Selena segera menutup mulutnya yang sudah berkata lancang. "Oma nggak pernah mengajari kamu berkata kasar seperti itu pada orang tua."

"Kalau begitu jelaskan kenyataan yang sebenarnya padaku, Oma. Siapa ayah kandungku? Lalu siapa yang ada dalam makam itu? Dan di mana ibu kandungku sekarang? Apa Oma bisa menjelaskan semuanya?" Satu demi satu pertanyaan yang mengendap dalam kepala Selena termuntahkan juga akhirnya.

Sepasang mata redup Oma Rosa terbelalak. 

"Apa yang ingin kamu dengar dari Oma? Kedua orang tuamu sudah meninggal dan kamu tahu makam mereka. Apalagi yang mesti Oma jelaskan, hah?"

"Lalu bagaimana dengan tes DNA itu?"

"Itu bisa direkayasa, kan?"

"Rekayasa apa? Nggak semua orang bisa melakukan rekayasa apalagi ini soal tes DNA, Oma. Ini bukan sinetron."

"Dan kamu lebih percaya pada hasil tes DNA itu daripada percaya pada ucapan Oma?"

"Mulut bisa berbohong, Oma. Tapi hasil tes DNA itu jujur."

"Selena. Kamu meragukan Oma?"

Selena menarik napas panjang. Untuk pertama kalinya dalam hidup ia berdebat begitu sengit dengan Oma. Padahal selama ini Selena selalu menuruti apa saja perintah Oma dan tak sekalipun membantah ucapan wanita itu. Namun, semenjak kemunculan pria itu, batin Selena bergolak. Dan keraguan terus menumpuk di dalam kepalanya setelah mengetahui hasil tes DNA itu.

"Ya," jawab Selena setelah bergeming cukup lama. Ia sangat ingin memercayai Oma, tapi bayangan kertas laporan tes DNA itu tak bisa lepas dari pikiran Selena.

"Pria itu pasti sudah memengaruhi pikiranmu."

"Apa Oma nggak ingin jujur padaku?"

"Kejujuran apa yang kamu harapkan dari Oma? Kamu tahu sendiri... "

"Oma, kumohon." Selena terpaksa menghentikan ucapan Oma Rosa. Selena sudah tidak tahan berdebat seperti ini dengan Oma yang teramat sangat ia sayangi. "Katakan yang sejujurnya padaku. Aku berhak mengetahui kebenarannya, Oma."

Oma Rosa diam. Wanita itu justru mengalihkan tatapannya ke sudut lain karena tak ingin didesak terus-terusan oleh cucunya.

"Nggak ada yang harus Oma jelaskan padamu. Karena nggak ada yang Oma sembunyikan dari kamu," tandas Oma yang kemudian berniat untuk angkat kaki dari apartemen Selena.

"Baiklah." Selena berhasil menghentikan langkah Oma. "Kalau Oma nggak mau menjelaskan, nggak pa pa. Tapi jangan harap kita bisa bertemu lagi."

Oma tercengang mendengar penghujung kalimat Selena.

"Apa kamu bilang? Kamu mengancam Oma? Kamu sudah mulai berani pada Oma?"

"Oma yang memaksaku bersikap seperti ini."

Faktanya ucapan Selena tak mengurungkan niat Oma untuk melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan. Wanita tua itu seolah tidak menggubris kata-kata Selena dan terus mengayunkan kedua kakinya menuju ke arah pintu keluar apartemen.

Sedang Selena hanya bisa membiarkan Oma berlalu tanpa berusaha mencegahnya. Begitu juga dengan Okta yang masih mematung di dekat pintu hingga perdebatan itu selesai.

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang