🌻07🌻

13 2 0
                                    

"Jadi benar kamu yang ada di foto itu, Sel?" Okta mengamati seraut wajah anak perempuan yang terbingkai di dalam sebuah album, lantas membandingkannya dengan foto yang ditunjukkan pria pemilik video viral itu. Anak perempuan yang ada dalam album foto dan dalam video viral memang orang yang sama. "Bagaimana mungkin ..." Okta ganti mengalihkan pandangannya pada Selena yang terduduk lemas di atas tempat tidur dan tidak melanjutkan kalimatnya. Ia masih belum menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi. 

Selena tampak syok. Sepasang matanya menatap nanar ke arah tembok kosong. Selena telah lebih dulu memeriksa kemiripan foto dirinya dengan foto yang dimiliki oleh pria pemilik video viral itu dan hasilnya positif. Pria itu memang memiliki foto masa kecil Selena. Dan kenyataan jika pria itu menggendongnya saat masih berusia dua tahun, tidak bisa dipungkiri. Bukankah itu artinya Selena dan pria itu memiliki sebuah hubungan. Tapi hubungan seperti apa?

"Pria itu punya foto masa kecilku, Ta. Tapi aku sama sekali nggak punya foto orang itu," ujar Selena memulai pembahasan tentang foto masa kecilnya dan pria asing itu.

Okta terdiam sejenak.

"Kenapa kita nggak menanyakan masalah ini pada Oma saja? Oma pasti mengetahui semuanya," saran Okta. Bertanya langsung pada Oma Rosa adalah sebuah jalan pintas untuk mengetahui semua jawaban atas pertanyaan mereka. Oma Rosa pasti juga mengenal pria dalam video itu. 

"Nggak, Ta. Aku nggak mau mengganggu Oma." Selena justru menolak saran Okta. Oma Rosa pasti lelah dan sedang istirahat sekarang. Selena tidak sampai hati untuk mengusik wanita tua itu. "Coba kamu pikir, Ta. Jika pria itu benar ayah kandungku, Oma pasti akan memberitahuku sejak awal, kan? Selain itu aku juga punya foto Papa. Jadi, aku yakin betul kalau pria itu berbohong. Tapi, yang aku pikirkan sekarang justru kemungkinan kalau pria itu dulu pernah bekerja di rumah kami. Mungkin saat itu dia menjadi supir keluarga kami. Atau jangan-jangan... "

"Jangan-jangan apa, Sel?"

"Jangan-jangan dia penculik."

"Penculik?" Okta membulatkan kedua matanya. Meski ia tidak bicara sepelan tadi, Oma tidak akan mendengar suara percakapan mereka. Pasalnya Okta dan Selena telah berpindah ke kamar Selena yang ada di lantai atas. Okta sengaja mengunci pintu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Ya. Menurutku itu adalah kemungkinan yang paling masuk akal, Ta. Tapi, saat itu umurku masih dua tahun, jadi aku nggak bisa mengingat apa-apa."

"Wah, ini bisa dijadikan skenario film, Sel," ucap Okta disertai gelak tawa. Percakapan yang tadinya serius kini berubah menjadi santai dan suasana tegang seketika mencair.

"Yang aku nggak habis pikir, kenapa hanya dengan berbekal foto dan informasi pribadiku, orang itu berani mengaku sebagai ayah kandungku. Ini gila, Ta. Bagaimana kalau dia dipenjara karena menyebarkan berita hoaks? Apa dia nggak berpikir sampai ke arah sana?" Selena mencurahkan omelannya sembari mencomot kripik pisang dari wadah. Untungnya ia membawa kripiknya ke dalam kamar. Jadi ia bisa ngemil sembari ngobrol dengan Okta. Tapi, jika Oma Rosa tahu ia makan di dalam kamar, wanita tua itu pasti akan memarahi Selena. 

"Mungkin dia memang nggak waras, Sel. Kalau ada video baru lagi dari orang itu dan dia masih mengaku sebagai ayah kandung kamu, aku sarankan agar kamu melaporkan orang itu ke kantor polisi, Sel. Nanti biar aku hubungi pengacara terbaik untuk mengurus kasus ini."

Kepala Selena langsung mengangguk.

"Aku setuju, Ta. Nanti kamu urus saja masalah ini."

"Siap, Bos," sahut Okta disertai ledakan tawa.

Kripik pisang milik Selena telah tandas. Okta juga capek harus mengunyah terus sejak tadi. Kedua gadis itu akhirnya merebahkan tubuh di atas tempat tidur milik Selena.

"Sayangnya Papa dan Mama meninggal saat aku masih kecil," ucap Selena dengan suara pelan. Kedua matanya mengarah lurus ke arah langit-langit kamar. Sedang Okta yang berbaring di sebelah Selena turut membuang tatapannya ke arah yang sama.

"Kalau mereka masih ada, kamu nggak perlu menghadapi masalah seperti ini, Sel," sambung Okta menunjukkan simpatinya. Gadis itu membuang napas panjang.

"Kamu benar, Ta."

"Waktu mereka meninggal, kamu masih umur berapa?"

"Dua tahun. Mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Kata Oma, hanya aku yang selamat dalam kecelakaan itu," papar Selena kembali mengulangi ucapan Oma. Beberapa kali dalam hidup Selena, Oma Rosa menceritakan kisah itu padanya.

"Tapi kamu masih beruntung memiliki Oma yang sangat menyayangi kamu, Sel. Aku juga akan selalu ada buat kamu."

"Thanks, Ta. Aku nggak tahu kalau kita bakalan sedekat ini. Saat sekolah dulu kita jarang ngobrol, kan?"

"Ya, karena dulu aku pendiam, Sel. Tapi sekarang nggak lagi," kekeh Okta yang disambut tepukan Selena yang mendarat di pundaknya.

"Kalau sekarang malah bawel pakai banget," cetus Selena.

Kedua gadis itu kompak tertawa.

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang