🌻31🌻

21 3 0
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi Selena untuk mempertimbangkan saran Okta agar menyewa detektif swasta. Lagipula syuting drama yang ia jalani juga sudah berakhir. Selena memutuskan untuk mengambil libur dari kegiatannya selama beberapa pekan ke depan.

Oma Rosa juga masih terbaring di rumah sakit. Kondisinya belum berubah. Ia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda membaik. Bisa dikatakan tidak ada perkembangan berarti dari keadaan Oma Rosa sejak ia mengalami insiden terjatuh di kamar mandi.

Meski telah menyewa seorang detektif swasta, Selena tidak lantas berdiam diri begitu saja dan hanya menunggu kabar. Gadis itu sudah menjelajahi seisi rumah milik Oma demi mencari sesuatu yang bisa menguak misteri tentang kedua orang tuanya. Tapi, Selena tidak berhasil menemukan sesuatu yang dicarinya. Kamar Oma dan gudang yang biasa digunakan untuk menyimpan barang-barang lama yang sudah tidak terpakai telah Selena jelajahi. Namun, tidak ada satu barang pun yang bisa menjadi petunjuk bagi Selena. Agaknya Oma Rosa sudah mengenyahkan bukti-bukti dari masa lalu.

Album foto masa kecil Selena juga tidak ada. Ia hanya menemukan beberapa lembar foto lawas dirinya saat balita di dalam gudang. Di foto-foto itu Selena sendirian. Tak ada orang dewasa yang ikut berfoto bersama dengannya.

Selena punya selembar foto seorang pria dan wanita yang konon kata Oma Rosa merupakan kedua orang tuanya. Akan tetapi, si pria dalam foto itu bukanlah pria dari Subang yang mengaku sebagai ayah kandungnya. Selena bahkan menjadi ragu jika si wanita dalam foto itu bukanlah ibu kandungnya. Oma Rosa terlalu banyak membohongi Selena. Wanita itu sudah mengacaukan asal usul Selena.

Dan setelah menunggu selama dua minggu, detektif yang Selena sewa akhirnya menelepon. Detektif itu telah menelusuri jejak ibu kandung Selena di tiga kota; Jakarta, Subang, dan Surabaya. Sebenarnya Surabaya bukanlah kota kelahiran Selena dan Oma. Ide untuk menelusuri jejak ibu kandung Selena di kota pahlawan itu tercetus begitu saja. Pasalnya Oma Rosa kerap bertandang ke sana tiap  dua atau tiga bulan sekali dengan alasan untuk mengunjungi cabang toko rotinya. Dan tidak ada yang tahu apa yang Oma lakukan di kota itu.

"Apa kamu sudah menemukannya?" Selena langsung menegakkan punggung ketika mengetahui sang detektif yang meneleponnya. Ia sudah menunggu sekian lama untuk mendengar kabar dari orang itu. Jantung Selena bahkan nyaris meledak saking penasarannya.

"Maaf... "

Mendengarnya langsung berkata maaf membuat Selena seketika patah hati. Kata maaf selalu identik dengan kabar yang mengecewakan.

"Apa dia nggak bisa ditemukan?" Selena mengubah pertanyaannya. Harapan yang sempat membuncah kini tenggelam perlahan ke dasar bumi.

"Wanita itu memang ada di Surabaya. Tapi dia sudah meninggal sekitar dua bulan lalu."

Selena tercekat. Tangannya gemetar dan ponselnya hampir saja merosot dari genggaman. Bibirnya kelu. Isi kepalanya kosong.

"Selama ini dia dirawat di rumah sakit jiwa. Mungkin sudah 20 tahun dia di sana."

Selena tergagap dan berusaha tersadar dari kekalutan pikirannya.

"Ke-kenapa dia bisa meninggal?"

"Dia menderita sakit."

Oh.

Ponsel Selena akhirnya merosot. Tangannya tak bisa ia kendalikan. Sepasang mata gadis itu memanas. Wajahnya seketika pucat.

Jadi apa yang dikatakan pria itu benar? Bahwa ia adalah ayah kandung Selena dan dia diusir dari rumah. Sementara ibu kandungnya menderita depresi karena ia telah dipisahkan dari suaminya. Tak cukup sampai di situ, Oma Rosa menjejalkan kebohongan ke dalam pikiran Selena dan mengatur hidup gadis itu. Ia menjadikan Selena sebagai aktris seperti yang diimpikannya selama ini. Wanita itu telah menghancurkan hidup keluarga Selena!

Selena masih tertegun di tempat duduknya dengan pikiran penuh dengan kebencian pada Oma Rosa. Ia tidak menyadari jika Okta membuka pintu kamarnya dan menerobos masuk dengan wajah tegang.

"Sel."

Okta terpaksa harus memanggil nama Selena beberapa kali karena gadis itu tidak kunjung memberi respon. Selena tampak aneh bagi Okta. Tak biasanya Selena duduk diam dan memandang kosong ke arah tembok.

"Sel." Okta menepuk lengan Selena pelan dan mengambil tempat duduk tepat di sebelah gadis itu.

Selena tersadar dan hanya menggumam pelan.

"Kamu baik-baik saja?"

"Ya, ya. Aku baik-baik saja," sahut Selena dengan suara tidak lancar.

Meski masih merasa heran dengan perangai Selena, Okta berusaha memaklumi.

"Aku baru saja mendapat kabar dari rumah sakit, Sel," beritahu Okta kemudian.

Selena mengerutkan kening.

"Apa Oma sudah sadar?"

Kepala Okta justru memberi jawaban sebaliknya.

"Oma baru saja meninggal, Sel."

Selena tidak tampak terkejut atau terguncang mendengar kabar yang disampaikan Okta. Meski Selena tidak merasakan kesedihan, tapi sesungguhnya bukan ini yang ia harapkan. Selena ingin Oma kembali membuka matanya. Karena ada begitu banyak pertanyaan yang harus wanita itu jawab dan jelaskan pada Selena.

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang