🌻29🌻

18 0 0
                                    

Kepala Selena serasa ingin meledak begitu kabar buruk itu diterimanya. Oma jatuh di kamar mandi dan sekarang dirawat di rumah sakit. Kenapa insiden itu terjadi di saat ia berseteru dengan Oma? batinnya berkecamuk.

Oma Rosa termasuk dalam kategori wanita tua yang sehat. Ia tidak pernah mengeluh sakit atau menunjukkan gejala memiliki sesuatu penyakit. Tapi kenapa Oma bisa jatuh di kamar mandi? Padahal kamar mandi di rumah itu telah dibuat sedemikian rupa sehingga saat seseorang keluar atau masuk ruangan tidak berisiko bahaya. Insiden ini terkesan sedikit aneh, tapi bukan itu yang terpenting sekarang. Satu-satunya hal yang penting adalah keselamatan Oma.

Usai mendengar kabar kecelakaan itu, Selena langsung menyuruh Pak Wawan untuk mengalihkan tujuan mereka ke rumah sakit. Meskipun Selena dan Oma sedang berseteru, wanita tua itu tetaplah nenek Selena. Terlepas dari apapun yang dilakukan wanita tua itu, hati Selena masih merasa kasihan padanya.

Oma Rosa masih berada di ruang ICU saat Selena datang. Wanita tua itu juga belum sadarkan diri. Dan dokter memberitahu Selena jika Oma Rosa mengalami cedera serius pada bagian belakang kepalanya dan harus menjalani serangkaian tes.

Tubuh Selena lemas. Gadis itu jatuh terduduk di atas kursi besi yang ditempatkan di lorong rumah sakit yang lumayan sepi.

Beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini kembali berkelebat dalam benak Selena. Namun, semuanya masih samar untuknya. Misteri tentang orang tua kandungnya dan insiden yang menimpa Oma, masih belum terpecahkan hingga saat ini.

"Kopi, Sel." Dalam situasi seperti ini Okta tahu apa yang mesti dilakukan. Gadis itu membawakan kopi dalam cangkir kertas untuk Selena. Masih hangat dan asap tipis masih mengepul dari permukaan cangkir berbahan kertas sekali pakai.

Dengan tangan yang nyaris tak bertenaga Selena meraih cangkir kertas itu, tapi ia tidak langsung meminum isinya.

"Oma akan baik-baik saja, Sel." Okta berusaha menyalurkan pemikiran positif pada Selena yang memasang wajah murung. "Dokter akan melakukan yang terbaik untuk Oma."

Kalimat Okta justru ditanggapi sebaliknya oleh Selena. Gadis itu tahu Okta hanya ingin memberinya sedikit penghiburan dan harapan. Akan tetapi, keadaan yang sesungguhnya malah jauh lebih buruk dari itu.

"Bagaimana kalau Oma nggak bangun, Ta?" Pandangan Selena nanar ke depan dan suaranya terdengar lemah.

"Sel... " Okta hendak mengajukan protes, tapi urung.

"Kamu lihat sendiri sampai sekarang Oma belum sadar, Ta. Ini sudah dua jam sejak Oma jatuh. Aku juga merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi," ungkap Selena mencurahkan apa yang dirasakannya.

"Dokter akan melakukan yang terbaik untuk Oma, Sel. Mereka akan berusaha semaksimal untuk menyelamatkan Oma."

"Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Oma dan aku belum sempat mengetahui kebenarannya, Ta? Aku nggak tahu harus bertanya pada siapa lagi kalau bukan pada Oma."

Okta tercenung. Ia bisa memahami perasaan Selena. Mengetahui kebenaran tentang siapa orang tua kandungnya adalah hal yang sangat penting bagi Selena. Dan hanya Oma yang paling tahu kenyataan sesungguhnya.

"Mungkin ada orang lain lagi yang mengetahui kebenarannya, Sel."

"Siapa, Ta?"

Bahu Okta mengedik.

"Aku nggak tahu, Sel. Mungkin kita bisa menelusurinya nanti."

Selena mendesah berat. Beban di pundaknya terasa kian menumpuk. Andai saja Oma mengatakan hal yang sesungguhnya dari awal, Selena tidak perlu merasa segusar ini.

"Minum kopinya, Sel. Nanti keburu dingin."

Semakin malam udara kian dingin, membuat kopi dalam cangkir kertas di tangan Selena berangsur menurun suhunya. Gadis itu menyesap kopinya perlahan setelah diingatkan Okta.

"Biar aku yang mencari tahu bagaimana keadaan Oma. Kamu di sini saja," ucap Okta seraya menepuk pundak Selena.

Selena hanya bisa mengangguk dan membiarkan Okta pergi dari sisinya demi mencari tahu keadaan Oma.

Bagaimana jika hal buruk menimpa Oma? Tiba-tiba saja ketakutan itu merayapi benak Selena. Ia tidak yakin jika itu adalah sebuah firasat. Mungkin hanya ketakutan yang dibuat pikirannya sendiri karena kondisi Oma yang cukup serius.

Okta kembali beberapa menit kemudian. Namun, langkahnya tampak diseret. Wajahnya juga terlihat suram dibawah lampu lorong rumah sakit.

Belum sempat Selena mengajukan pertanyaan, kepala Okta tampak menggeleng.

Selena urung untuk membuka mulut. Gelengan Okta bisa diartikannya dengan cukup jelas. Bahwa kondisi Oma masih sama seperti tadi, saat mereka pertama kali datang ke rumah sakit. Oma belum sadarkan diri.

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang