🌻16🌻

13 1 0
                                    

"Apa isinya, Sel?" Okta cukup merasa penasaran dengan isi amplop cokelat yang beberapa menit lalu diterima Selena.

Selena langsung membuka amplop itu sesaat setelah duduk di atas sofa ruang tamu. Sedang Okta ikut mengambil tempat duduk di sebelah Selena dan membiarkan tas jinjing milik sang aktris tergeletak di atas meja kaca. Isi amplop cokelat itu jauh lebih penting ketimbang meletakkan tas jinjing milik Selena di kamar. Okta bisa melakukannya nanti.

Beberapa lembar foto masa kecil miliknya berhasil Selena keluarkan dari dalam amplop cokelat itu. Selena bisa mengenali dengan jelas jika gadis kecil yang berada dalam foto itu dirinya. Akan tetapi Selena tak memiliki foto-foto itu di rumahnya. Dan ada satu lagi barang yang Selena keluarkan dari dalam amplop. Sebuah plastik bening berisi beberapa helai rambut. Dilihat dari ukuran panjangnya helaian rambut itu agaknya milik seorang pria.

Kamu bisa melakukan tes DNA dengan ini. Dan kamu akan tahu kebenarannya.

Secarik kertas Selena temukan paling akhir. Gadis itu tertegun cukup lama saat membaca tulisan tangan yang tergores di atas kertas.

"Dia nggak main-main, Ta," ucap Selena dengan suara goyah. Tangannya sedikit bergetar. Jelas-jelas gadis itu mulai merasakan ketakutan merebak di dalam dadanya.

Okta ikut tercengang saat mengetahui isi secarik kertas yang masih dipegang Selena. Ia sama sekali tidak menduga jika pria itu berani mengirimkan rambut miliknya agar Selena bisa mencocokkan DNA mereka.

"Iya, Sel." Okta pun merasakan hal yang sama. Gadis itu mulai cemas. Apa yang harus ia katakan pada Oma Rosa seandainya wanita itu meneleponnya esok hari? Sementara Okta mesti melaporkan apa saja kegiatan Selena pada Oma Rosa setiap harinya.

"Apa aku harus melakukan tes DNA?" Dengan penuh keragu-raguan Selena memberanikan diri untuk meminta pendapat Okta. Selena bisa saja meminta pendapat Oma, tapi itu tidak mungkin.

"Apa kamu yakin?" Okta malah balik tanya.

Selena menggeleng samar. Ia bisa saja melakukan tes DNA diam-diam. Akan tetapi bagaimana dengan hasilnya? Bagaimana jika hasilnya cocok? Selena sungguh tidak bisa membayangkan hal itu.

"Bagaimana jika kenyataannya pria itu ayah kandungku, Ta?" Sorot mata Selena terlihat sayu. Seolah harapan telah memudar dari kedua bola bening itu. "Kalau memang dia benar ayah kandungku, lantas siapa yang ada di makam itu? Apa mama telah mengandungku sebelum menikah dengan papa?"

Okta membisu. Apa yang diketahuinya tentang Selena? Mungkin seharusnya Selena bertanya pada Oma Rosa, pikir Okta.

"Bagaimana jika mama berselingkuh dengan kerabat dari suaminya?" tanya Selena lagi. Bukankah Oma telah memberitahunya jika pria dalam video merupakan kerabat jauh mereka? Dugaan itu jauh lebih masuk akal dari dugaan apapun. "Aku takut, Ta."

Okta balas memegang tangan Selena yang terulur menyentuh lengannya. Selama ini Selena selalu terlihat kuat dan tegar. Bahkan ketika Selena mesti pindah ke apartemen agar lebih dekat dengan lokasi syuting, Selena tidak selemah ini. Padahal Oma Rosa adalah satu-satunya keluarga Selena. Tapi gadis itu masih tampil tegar dan kuat.

"Kalau kamu takut jangan melakukan apapun. Jangan melakukan tes DNA itu. Anggap saja pria itu nggak pernah ada dan kenyataan masih sama seperti sebelumnya."

"Tapi apa bisa aku menganggap pria itu nggak pernah ada?"

"Kalau begitu percaya saja pada Oma. Percayalah kalau kedua orang tuamu sudah meninggal dunia dan pria itu hanya mencari sensasi belaka. Dengan begitu semuanya akan baik-baik saja, Sel."

Selena tercengang mendengar saran Okta. Benaknya terus bertanya-tanya apa ia bisa melakukan semua itu?

"Sel." Okta memegang erat tangan Selena yang masih tertegun. "Kamu tahu apa akibatnya kalau kamu berlarut-larut memikirkan masalah ini, bukan? Kamu masih punya pekerjaan yang mesti kamu selesaikan. Proyek drama itu. Jangan karena masalah ini berpengaruh pada akting kamu. Kamu sudah bisa melihat sendiri dampaknya tadi, kan? Pikirkan orang-orang di sekitar kamu, Sel. Kamu harus bisa melakukan yang terbaik seperti yang kamu lakukan selama ini. Orang-orang perfilman adalah prioritas kamu, kamu masih ingat bukan?"

Selena masih termangu. Tapi, setelah dicerna baik-baik ucapan Okta ada benarnya. Karena pikirannya penuh dengan beban, akting Selena tak sebagus biasanya. Orang-orang akan mengkritik kemampuan aktingnya jika Selena terus melakukan kesalahan seperti yang ia lakukan tadi di lokasi syuting.

"Iya, Ta. Kamu benar. Aku akan mengingat ucapanmu."

"Itu bagus, Sel."

Kata-kata Okta memberi sedikit pencerahan untuk pikiran Selena. Hati gadis itu mulai tenang. Seperti yang diharapkan Oma, Selena harus terus meningkatkan kemampuan aktingnya dan menggapai puncak popularitas. Jangan sampai ada hal-hal yang membuat Selena goyah dan melupakan impiannya untuk menjadi aktris papan atas negeri ini.

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang