🌻21🌻

14 1 0
                                    

Okta pikir Selena akan jatuh terpuruk dan suasana hatinya sesuram langit mendung setelah mengetahui hasil tes DNA itu. Tapi itu sama sekali tidak terjadi. Selena menjalani hari-harinya seperti tidak pernah terjadi apapun. Ia berakting dengan maksimal dan tidak menunjukkan wajah murung di depan semua orang.  Selena seprofesional itu. Dan sikap Selena seketika mematahkan dugaan Okta.

Namun, apa Selena sungguh baik-baik saja?

"Apa sesuatu terjadi pada Selena?"

Suara Oma Rosa di telepon seketika membuat Okta memalingkan wajah. Ia tak ingin Selena yang sedang berakting beberapa meter di depan sana memergokinya berbincang di telepon. Okta mengambil langkah menjauh hingga tak bisa tertangkap ekor mata Selena.

"Nggak ada, Oma."

"Tapi sudah beberapa hari ini dia nggak menelepon Oma... "

"Selena sedang sibuk syuting, Oma. Sekarang juga Selena masih syuting. Pulangnya juga malam terus. Mungkin dia kecapekan dan nggak mau mengganggu Oma dengan menelepon malam-malam." Okta segera menukas ucapan Oma dan berdalih demi melindungi Selena. Entah Oma Rosa akan memercayainya atau tidak.

Padahal Selena tak pernah melewatkan sehari pun untuk tidak menelepon Oma. Wajar jika wanita tua itu mempertanyakan keadaan Selena.

"Kalau begitu Oma minta kamu supaya menjaga Selena baik-baik. Jangan sampai dia telat makan. Kamu juga, Okta. Jaga kesehatan baik-baik. Jangan sampai sakit."

"Iya, Oma."

"Kalau Selena nggak sibuk tolong suruh dia agar menelepon Oma."

"Baik, Oma."

Okta mengembuskan napas panjang setelah Oma menutup telepon. Gadis itu tidak sepenuhnya merasa lega usai perbincangannya dengan Oma. Memang, untuk saat ini ia masih bisa menutupi segalanya dari Oma, tapi bagaimana dengan nanti? Bagaimana dengan besok, lusa, atau Minggu depan? Apa ia bisa memakai dalih yang sama untuk mengelabui Oma Rosa?

Syuting break.

Okta kembali ke lokasi syuting untuk menemui Selena. Barangkali Selena butuh sesuatu, pikirnya.

"Kamu dari mana, Ta?" Selena menegur Okta yang baru tiba di hadapannya.

"Dari sana," ucap Okta seraya menunjuk tempat yang tadi ia gunakan untuk bertelepon. Tapi, sebelum tiba di hadapan Selena, Okta sempat mengambil satu nasi kotak yang telah disediakan oleh para kru. "Kamu mau makan sekarang?" tawar Okta seraya menunjukkan nasi kotak di tangannya.

"Nggak. Aku masih belum lapar." Selena justru meraih botol air mineral, lantas meneguk isinya cukup banyak.

"Kalau roti?" Okta ingat kalau ia menaruh sebuah roti isi di dalam tas kecil yang selalu melekat di tubuhnya.

"Boleh."

Untungnya Selena tidak menolak tawaran itu. Okta merasa sangat bersyukur dan buru-buru mengangsurkan roti isinya ke tangan Selena.

"Oh iya, Sel." Sembari Selena mengunyah roti isi, Okta mengambil kesempatan untuk bicara pada gadis itu. Okta hendak menyampaikan permintaan Oma Rosa lewat telepon tadi. "Tadi Oma menelepon."

Selena masih mengunyah roti isinya. Seolah tak memedulikan ucapan Okta.

"Oma ingin kamu meneleponnya kalau kamu senggang," beritahu Okta sejurus kemudian. Sekalipun Selena tidak merespon, acuh, dan tidak peduli, Okta tetap akan menyampaikan pesan Oma.

"Mbak Selena! Tolong bersiap untuk adegan selanjutnya!"

Teriakan salah seorang kru membuat Okta harus menutup mulutnya. Selang tidak lama seorang make up artist datang menghampiri tempat duduk Selena.

Okta memilih untuk berjalan menjauh dari tempat itu, karena Selena mesti melakukan adegan kembali.

Kenapa Selena bersikap seacuh itu? Apa ia benar-benar tidak terganggu dengan hasil tes DNA itu ataukah Selena terlanjur kecewa berat dan memilih untuk bersikap seolah semua itu tidak pernah terjadi? Tapi mustahil. Mana mungkin semudah itu menganggap semuanya tidak pernah terjadi.

Selena juga tidak berusaha menyelidiki masalah ini. Selena tidak menghubungi pria itu untuk sekadar memastikan kejadian yang sebenarnya di masa lampau. Pun Selena tidak mengonfirmasi kebenaran pada Oma Rosa. Sebenarnya apa yang menghuni isi kepala Selena? Apakah ia sedang menyusun sebuah rencana?

Okta mengacak rambutnya sendiri sembari berjalan menuju ke jalan raya. Perutnya keroncongan sejak tadi dan kebetulan ada sebuah warung mi ayam tidak jauh dari lokasi syuting. Ke sanalah langkah Okta tertuju.

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang