🌻03🌻

18 2 0
                                    

Wajah cantik Selena kembali ditekuk saat ia berjalan keluar dari ruangan Pak Banu. Padahal pria berhidung mancung itu baru saja memberitahu Selena bahwa drama serinya sukses memikat perhatian pemirsa. Ratingnya paling tinggi dan banyak pemirsa yang memuji akting Selena. Pak Banu juga berencana membuat  musim ke-dua untuk drama itu dan sudah menghubungi penulisnya. Dalam waktu satu bulan dari sekarang, Selena akan memulai syuting untuk musim ke-dua. Namun, bukannya merasa senang setelah mendengar semua hal yang disampaikan Pak Banu, Selena justru menekuk wajah cantiknya.

"Selena!"

Entah apa yang ada dalam benak Selena ketika suara Alvaro memanggil namanya, tapi gadis itu tidak kunjung menghentikan gerakan kedua kakinya. Memaksa Alvaro untuk meraih lengan Selena agar gadis itu menghentikan langkahnya.

Selena kaget bukan kepalang saat menyadari apa yang telah menimpa dirinya. Bukan hanya langkahnya yang terhenti, tapi kedua bahu Selena ikut berputar.

"Sorry." Alvaro langsung menyampaikan permintaan maaf begitu melihat ekspresi terkejut tergambar dengan jelas di wajah cantik sang aktris. Cowok itu juga buru-buru melepaskan lengan Selena. "Aku tadi panggil-panggil kamu, tapi kamu nggak dengar," ujar Alvaro berusaha menjelaskan situasinya.

Selena tergagap, tapi hanya sebentar. Lantas gadis itu mengurai senyum.

"Seharusnya aku yang minta maaf," ucap Selena berusaha untuk bersikap ramah. "Aku tadi melamun, jadi nggak fokus ke sekitar," ungkap Selena jujur.  Senyum kecil masih terkulum di bibirnya.

Selena dan Alvaro sama-sama baru bertemu dengan Pak Banu beberapa menit lalu. Namun, tak banyak perbincangan yang mereka bagi di dalam sana. Karena ada Pak Banu.

"Oh," Alvaro mencoba untuk memaklumi. "tapi kamu sehat, kan? Maksudku kamu baik-baik saja, kan? Aku lihat wajah kamu agak pucat."

"Masa?" Selena menyentuh kedua pipinya sendiri. "Aku merasa baik-baik saja, kok. But, thanks. Mungkin ini efek dari kelelahan. Aku pasti akan membaik setelah istirahat."

"Kamu nggak ada jadwal lagi setelah ini?"

"Ada satu acara reality show di televisi. Kamu sendiri?"

"Aku ada pemotretan produk."

"Oh."

Tepat di saat bersamaan muncul sosok Okta yang sedang berjalan ke arah mereka. Celah ini dimanfaatkan Selena sebaik-baiknya untuk undur diri dari hadapan Alvaro.

"Aku duluan ya, Al."

"Oke, hati-hati, Sel." Alvaro melambaikan tangannya secara samar untuk melepas kepergian Selena, tapi gadis itu tidak sempat melihat ke arah Alvaro. Selena juga tidak sempat menyaksikan secercah ketulusan yang dihadirkan cowok itu di kedua mata teduhnya.

Alvaro masih mengarahkan tatapan sarat kekaguman ke arah Selena sampai gadis itu menghilang di balik tembok.

Sementara itu Okta berjalan tergesa menuju ke arah lift dengan menggandeng tangan Selena.

"Kamu apa-apaan sih, Ta? Aku nggak terlambat, kan?" Selena merasa kesal dengan tingkah kasar Okta padanya. Tadi Selena sempat melihat jam di ruangan Pak Banu dan menurut perhitungannya, ia masih punya waktu beberapa menit sebelum acara di televisi mulai. Tapi, sikap Okta sangat berlebihan. Jarak dari gedung itu dan stasiun televisi juga tidak begitu jauh. Kalaupun dihadang macet, biasanya tidak akan memakan waktu lebih dari 30 menit.

Okta baru melepaskan lengan Selena ketika mereka sudah berada di dalam lift. Kebetulan tidak ada orang lain yang ada di dalam sana. Jadi, Okta bisa memuntahkan kekhawatirannya pada Selena.

"Kamu yakin kamu nggak akan cinlok pada Alvaro?" Okta tidak mau berbelit-belit dan langsung menginterogasi Selena. Sejak pertama kali mengetahui Selena akan membintangi drama dengan Alvaro, Okta sudah mendapat firasat buruk. Dan tampaknya kekhawatiran Okta akan terbukti dalam waktu dekat. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan hati Selena pada Alvaro.

"Nggak," tegas Selena. Pertanyaan Okta langsung dibantahnya tanpa berpikir sedetik pun.

"Tapi barusan?"

"Apa?" Selena menatap wajah Okta seolah ingin menantang. "Kamu pikir apa yang kamu lihat adalah kebenaran yang harus kamu yakini?"

"Memangnya apa yang aku lihat tadi nggak harus aku yakini?" balas Okta. Dan perbincangan mereka berubah menjadi perdebatan dalam waktu singkat.

"Dengar, Ta. Kamu tahu aku ini seorang aktris dan aku profesional. Aku dididik untuk bisa bersikap ramah pada siapa saja, sekalipun kondisi dan suasana hatiku buruk. Orang-orang yang berkecimpung di dunia perfilman adalah orang-orang yang harus kuprioritaskan. Mereka harus kuperlakukan dengan baik karena mereka merupakan bagian dari kesuksesanku. Sekalipun itu hanya seorang penata lampu, aku akan memperlakukan mereka dengan baik. Kamu mengerti?"

Okta melepaskan napas jengah. Pendidikan itu pasti didapat Selena dari Oma Rosa, tebak Okta dalam hati. Memangnya siapa lagi yang bisa mencanangkan prinsip-prinsip tegas dalam pikiran Selena selain Oma Rosa? Bahkan saat Selena dikerubuti sejumlah awak media, gadis itu masih bersedia mengumbar senyum dan menjawab pertanyaan mereka dengan sopan, padahal dalam hati Selena kesal bukan main. Kemampuan akting Selena membuat gadis itu mahir menjadi seorang penipu. Lantas siapa yang mesti disalahkan atas kasus Selena? Oma Rosa-kah?

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang