🌻04🌻

18 2 0
                                    

"Bagaimana kalau kenyataannya Alvaro menyukaimu?"

Selena urung memasang sabuk pengaman. Pertanyaan Okta memaksa lehernya berputar ke samping. Pak Wawan yang telah stand by di kursi kemudi turut melirik ke arah spion tengah mobil.

"Maksudnya?" tanya Selena benar-benar tidak mengerti maksud pertanyaan Okta.

Okta melepaskan napas kesal.

"Jalan, Pak." Okta malah menyuruh Pak Wawan agar menjalankan mobil dan mengabaikan perbincangan di belakang kursinya.

"Ta." Selena terkesan tidak sabar menunggu. "Aku dan Alvaro memang pasangan dalam drama, tapi bukan di dunia nyata."

"Kalian akan ketemu lagi di proyek musim ke-dua, kan? Kamu tahu apa artinya?"

Selena tidak tahu jawabannya, tapi gadis itu bersikukuh untuk diam.

"Itu artinya peluang kalian untuk jatuh cinta semakin besar, Sel."

"Kamu takut aku cinlok sama Alvaro?" tukas Selena cepat. Sejak awal Okta mencemaskan hal yang sama, bahkan sampai proyek drama yang Selena bintangi telah selesai. Dan rasa cemas itu kembali timbul setelah Pak Banu memberitahu Selena bahwa akan ada musim ke-dua untuk drama yang ia bintangi bersama Alvaro.

Okta diam. Ia tahu Selena sudah mengetahui jawaban dari pertanyaannya sendiri.

"Sebenarnya bukan kamu yang takut aku cinlok dengan Alvaro, tapi Oma. Aku benar, kan?"

Sepasang mata Okta berubah melebar.

"Aku benar, kan?" Demi melihat perubahan ekspresi Okta, Selena kian merasa yakin jika dugaannya tepat.

Okta memilih bungkam ketimbang mengakui kebenaran tentang Oma Rosa.

"Aku tahu selama ini kamu selalu melaporkan semua kegiatanku pada Oma. Aku nggak keberatan kamu melakukan hal itu, tapi jangan pernah meragukan aku, Ta. Kamu paling mengenal aku selain Oma. Aku masih ingat betul prinsip-prinsip yang diajarkan Oma. Aku harus fokus pada karir sebelum mencapai puncak kesuksesan. Dan aku masih berada di jalur yang seharusnya, Ta. Aku tahu batasannya. Aku nggak punya perasaan apapun pada Alvaro. Kamu mengerti?"

"Ya, aku mengerti. Aku juga percaya padamu, Sel. Tapi sikap Alvaro... Kurasa dia menyukaimu, Sel."

"Nggak akan terjadi apa-apa selama aku nggak punya perasaan yang sama pada Alvaro. Apa yang mesti dicemaskan?"

"Sudah kubilang Alvaro itu nyaris sempurna, Sel. Mustahil untuk bisa menolak pesonanya."

"Aku sama sekali nggak tertarik pada Alvaro, Ta. Sudah kubilang aku bersikap baik karena aku aktris profesional. Aku harus memperlakukan orang-orang di sekitarku dengan baik, termasuk Alvaro. Kamu paham, kan?" Selena meninggikan suara, membuat Pak Wawan sekali lagi melirik ke arah spion tengah mobil. Diam-diam Pak Wawan mengikuti percakapan itu sembari mengemudi. "Sudahlah. Jangan membahas masalah ini lagi. Aku capek."

"Oke," lirih Okta meski batinnya masih dipenuhi keraguan. Memangnya ada wanita yang bisa menampik pesona Alvaro, sekalipun itu seorang yang penuh dengan kepura-puraan seperti Selena? Terlebih lagi Selena merupakan wanita yang paling dekat dengan Alvaro saat ini. Tapi sudahlah. Okta enggan untuk memikirkan masalah itu. Toh, ia hanya perlu melaporkan pada Oma Rosa kalau Selena tidak memiliki perasaan apapun pada Alvaro.

Sisa perjalanan mereka hanya diisi dengan kebisuan. Selena memilih untuk menyandarkan kepala dan memejamkan mata, sedangkan Okta tak ingin mengganggu sang aktris. Gadis itu hanya mendengarkan lagu favoritnya melalui headset.

Tidak kurang dari 30 menit, mobil yang dikemudikan Pak Wawan tiba di depan gedung stasiun televisi.

"Kita sudah sampai, Sel," beritahu Okta ketika Pak Wawan telah menghentikan mobil.

Selena membuka mata, lantas menyapukan pandangan keluar jendela. Ia belum terlambat, pikirnya.

Selena bergegas keluar dari mobil, begitu juga dengan Okta. Sementara Pak Wawan bertugas mencarikan lahan parkir untuk mobil milik Selena itu.

"Mbak Selena! Mbak Selena!"

Langkah Selena baru terayun beberapa langkah ketika suara-suara itu seolah berebut memanggil namanya. Serombongan wartawan yang datang entah dari mana, tiba-tiba saja berlarian ke arah Selena.

Mereka lagi, batin Selena dongkol. Ia hampir saja muak dengan para awak media yang selalu mengusik privasinya. Mereka seperti penguntit yang terus mengikuti ke mana pun Selena pergi hanya untuk menanyakan status hubungan Selena dengan Alvaro. Apa tidak ada pertanyaan berbobot selain pertanyaan itu? Padahal pembahasan tentang rating drama terbaru Selena jauh lebih menarik untuk dibahas ketimbang sekadar rumor tak jelas.

"Mbak Selena sudah melihat video pendek seorang pria dari Subang yang mengaku sebagai ayah kandung Mbak Selena?"

"Apa tanggapan Mbak Selena tentang pria itu? Apa dia benar ayah kandung Mbak Selena?"

Selena bengong. Faktanya nama Alvaro sama sekali tidak mereka sebutkan dalam pertanyaan seperti dugaan Selena. Lantas apa yang sedang mereka bicarakan?

"Video apa ya? Aku sama sekali nggak tahu ada video seperti itu," balas Selena dengan berusaha menebarkan senyum tipis.

"Videonya sedang viral, Mbak Selena. Semua orang sedang menunggu klarifikasi dari Mbak Selena."

"Maaf, ya teman-teman. Aku benar-benar nggak tahu video apa itu. Sekarang aku harus pergi. Maaf, ya." Selena melambaikan tangannya ke arah para wartawan, lantas pergi dari hadapan mereka. Berkat Okta juga, Selena berhasil menghindar dari mereka. Gerakan Okta cukup gesit dan Selena merasa terselamatkan. Bukan kali ini saja, tapi Okta sudah sering melakukannya dan ia sangat terampil.

Sebenarnya video tentang apa itu? Selena bahkan belum mendengar apa-apa. Pun tidak ada yang memberitahunya tentang video viral itu.

***

Popularity 🌻#tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang