Berulang, terus berulang...
Itulah yang disebut keseharian.
Kembali pada langit biru yang kau rindukan. Disaat dirimu terus menerus melihat langit gelap, namun begitu terang, begitu gemerlap.
Dunia dimana awan dan langit biru ada, begitu juga dengan bintang dan bulan.
Sejak awal selalu dia pikirkan.
Mengapa manusia tak bisa saling mengerti? Kenapa orang-orang bisa berselisih karena dunia ini? Mengapa... dunia ini tidak bersatu? Adakah cara untuk membuat mereka bersatu?
Dia hanya mencengkram erat sebuah pita yang mengikat jantungnya. Berusaha menjaganya, hingga permintaannya dikabulkan.
Namun ada suatu pertanyaan yang selalu ada dibenaknya.
Hingga seseorang dapat menyadarkannya dari lamunan.
"Yang Mulia! Kau bolos lagi?!" panggil pria berambut hijau tua itu, berekspresi kesal.
"...mou... cepat sekali kau menemukanku.... Takamasa..."
"Jangan banyak alasan! Haruki sudah selesai dengan pekerjaannya, tinggal kau harus menandatangani dokumen!"
"....tapi dokumennya kebanyakan!! Kau tidak lihat tumpukkan 100cm itu! Kapan aku bisa selesai!"
"Jika kau selesaikan sekarang pasti lebih cepat!" Takamasa menarik Zero menuju ruang kerjanya secara paksa.
Zero hanya mengeluh ketika dirinya ditarik begitu saja. Kedapatan kembali pada tumpukkan dokumen yang harus dia selesaikan.
Dengan malas dia mengangkat pena dari bulu dan menulis dengan lambat.
"Ayo... katanya pingin cepat selesai?" tanya Takamasa, "Kita sudah mendapatkan semua pita itu, jadi kita harus mempercepat ritualnya untuk memakmurkan Negara kita!"
Zero hanya mengeluh dan terpaksa melakukan pekerjaannya. Dia mulai bergumam sendiri, sambil menatap langit.
"...Apakah... yang kulakukan ini benar?"
****
****
"..mulia.... Yang Mulia!"
Seruan itu memanggil kembali sang surai merah dari mimpinya. Dia linglung sejenak, mengucek mata sambil berusaha duduk.
Hingga surai raven itu terlihat jelas dalam pandangannya, sosok yang kini paling dekat dengannya.
"...Iori...?"
Iori menghela nafas, "Akhirnya ketemu... kau bolos bekerja lagi?" protesnya
Deja vu
"...mou... cepat sekali kau menemukanku!" surai merah itu membalasnya dengan kekehan.
"Hah... itu menjadi kebiasaanmu, mengabaikan pekerjaan dan tidur di tempat ini..." ucap sang surai raven, menunjukkan satu pohon yang menjadi tempat sandarannya, begitu juga dengan tebing dan laut didepannya.
"Bukan berarti aku memaklumi, tapi pekerjaan tetap harus diselesaikan!"
Riku menguap sebentar, sebelum bangkit dari tidurnya. Mata sayunya itu melihat kearah langit seperti biasa.
Mata sayu itu entah mengapa sering terlihat dari wajahnya, entah apa yang dia pikirkan. Dan tak ada seorang pun yang tau isi pikirannya. Biasanya sang Pangeran ini mudah ditebak, namun akhir-akhir dia kebanyakan melamun seolah memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete Ruler
Hayran KurguKerajaan Licht dan Kerajaan Schaduw. Licht yang berarti cahaya. Kerajaan dataran rendah ditepi pantai nan indah diselimuti oleh langit biru juga awan putih bersamaan dengan sinar matahari yang menyinari. Schaduw yang berarti bayangan. Kerajaan diat...