Sorry for typo 🙏
Happy reading 🤗
====================Mentari pagi disambut gembira oleh Mikha yang sedang berseri cantik. Alunan musik pelan menemani acara berendamnya. Senyum manisnya tak pernah luntur dari bibirnya. Semoga saja gadis itu tak kerasukan di kamar mandi.
Syukurnya Mikha baik-baik saja sampai turun ke bawah untuk menyantap sarapannya dan berangkat pagi ke kampus. Melihat Mikha yang riang pagi itu membuat Ami sedikit terheran dengan Nona mudanya itu.
"Non Mikha sedang bahagia yah?" tanya Ami pelan.
"Iya, Bi, hatiku sedang berbunga,"
Ami menghembuskan napas lega. Perempuan paruh baya itu tersenyum tipis. Selama tinggal di rumah itu, Ami baru kali ini melihat Mikha yang tersenyum bahagia. Semoga kedepannya Nona mudanya akan selalu diliputi rasa bahagia.
"Saya ikut senang kalau Non Mikha bahagia. Semakin betah tinggal disini kan yah?"
Satu pertanyaan Ami membuat Mikha melamun sejenak. Dirinya memang harus betah agar Papanya tak banyak protes sampai pendidikannya selesai nanti kan? Setidaknya sekarang ada satu alasan kenapa ia harus betah tinggal disini yaitu Java.
Benarkah itu alasan Mikha? Bukannya gadis itu sangat membenci Java bahkan melihat bayangannya sudah membuat kepala Mikha serasa terbakar? Apakah gadis itu mulai menaruh hati pada kakak sepupunya itu atas ciuman pertama mereka semalam?
Membayangkannya kejadian semalam membuat Mikha kembali mengulas senyum indahnya dengan lebar. Mengingat kembali sentuhan bibir Java pada bibirnya dan saling beradu. Rasanya masih terasa, sentuhan itu begitu sayang untuk dilupakan.
Ini bukan pertama kalinya Mikha berciuman. Faktanya, ciuman pertama Mikha justru ia nikmati dengan sahabatnya sendiri, Jaevano Archi Mahendra. Iya gak salah baca kok, memang Mikha dan Vano sudah sejauh itu sampai Helva pusing menghadapi kedua sahabatnya yang gak berani melangkah maju.
Bukan maksud membandingkan, tapi harus Mikha akui ciuman Java begitu candu baginya. Laki-laki itu sangat ahli sampai dirinya hampir kewalahan mengimbangi permainan bibir dan lidah Java. Tak perlu diragukan, Java sangat tampan, sangat dikagumi, pasti sudah banyak pengalaman dalam hal ciuman.
Memikirkan itu justru membuat senyum Mikha menghilang. Dadanya seketika sesak membayangkan Java berciuman dengan perempuan lain. Gadis itu memegang dada bagian kirinya, dimana jantungnya berada. Ah belum apa-apa dirinya sudah galau begini.
Belum sempat otak dan hatinya saling beradu argumen, seruan Gama membuyarkan lamunan Mikha. Kakak sepupunya itu sudah memperhatikan adek sepupunya yang nampak aneh pagi ini. Melamun saat sarapan dengan mimik muka yang awalnya ceria menjadi cemberut.
"Karessta, lu gak kesurupan kan, Dek?"
"Kak Lingga nih suka sembarangan yah kalau ngomong!? Doain gue yang jelek mulu deh!" omel Mikha.
Gama tertawa kecil, merasa lega karena makhluk cantik di depannya ini masih adek sepupunya yang cerewet. Sudah dibilang kan bila menggoda Mikha adalah salah satu hobinya. Itung-itung sebagai bentuk pendekatan diri kembali setelah lama tak bertemu.
"Lagian lu senyum, terus cemberut. Lagi mikirin apaan emang?"
"Gapapa kok, Kak,"
"Beneran? Mas Raja gak ada jahatin kamu lagi kan?"
Mikha menatap Gama dalam. Haruskah ia cerita tentang kejadian semalam pada Gama? Ia takut Gama dan Java akan berantem kembali setelahnya. Lebih baik ia simpan sendiri bersama Java. To kegiatan yang cukup panas itu hanya perlu dia ingat sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Java & Mikha [Park Jisung & Kim Minji]
RomansaHanya tentang Java dan Mikha, dua insan berbeda jenis kelamin yang saling mencintai dan menginginkan satu sama lain, tapi harus terhalang oleh ikatan yang bernama "sepupu" Akankah mereka berjuang dan saling melabuhkan hati? atau menyerah dan memilih...