30 : The Reason

160 17 2
                                    

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Sakura dengan fokus mencari tau bukti keterlibatan malpraktik yang dilakukan oleh Orochimaru dan Danzo itu.

"Apa anda ingat bagaimana gejala sebelum anda di diagnosa seperti ini?" Tanya Sakura.

Seorang pasien wanita paruh baya itu terlihat mengingat-ingat.

"Sebelumnya, saya hanya mengalami pusing saja. Kemudian saya berobat ke sini. Saya merasa itu hanya pusing biasa namun dokter meminta saya untuk melakukan rawat inap untuk pemeriksaan lebih lanjut." Ujar pasien tersebut.

"Saya juga begitu. Saya memang sering pusing karena tekanan darah tinggi saya. Maksud saya ke sini untuk membeli obat seperti biasanya. Namun, dokter juga menyuruh saya melakukan rawat inap." Sahut pasien lainnya.

"Tapi, kami cukup terkejut kalau kami sudah menderita penyakit ini, bahkan sudah masuk stadium 3."

"Tapi, saya tidak begitu." Ujar pasien lainnya yang terlihat masih muda itu.

"Saya bukan merasa pusing. Justru gejala yang saya alami yaitu saya merasakan dehidrasi terus. Sampai saat ini saya sendiri belum tau apa yang terjadi pada saya."

"Hm...Aku mengerti."

"Memangnya ada apa, sensei? Kenapa anda menanyakan hal ini pada kami?"

Sakura tersenyum seraya menggeleng. "Tidak ada apa-apa kok. Saya hanya bertanya-tanya mengapa pasien kanker meningkat seperti sekarang." Kata Sakura.

"Hm, benar juga. Aku baru sadar kalau pasien terus bertambah setiap harinya."

"Apa ada sesuatu yang salah ya?"

"Tenang saja. Kalian tidak perlu memikirkan hal berat seperti itu. Kalian harus tetap berpikiran positif agar cepat sembuh." Kata Sakura seraya tersenyum.

"Sakura."

Sakura menoleh ke sumber suara. "Kabuto-senpai, ada apa?" Tanya Sakura.

Kabuto terlihat melihat ke sekeliling, kemudian berbisik kearah Sakura.

"Kita bicara sebentar."

Sakura mengangguk. "Kalau begitu, saya permisi dulu ya. Terimakasih atas informasinya, Nyonya." Kata Sakura seraya tersenyum ramah.

Kabuto pun mengajak Sakura ke tempat yang cukup sepi.

"Aku mendapatkan dokumen terbaru mengenai kasus ini." Ujar Kabuto.

Kabuto pun memberikan dokumen tersebut pada Sakura. Sakura membaca dokumen tersebut dan lumayan terkejut dengan hal itu.

"Mereka membuat obat-obat itu dengan bahan berbahaya seperti?! Apa mereka gila?!"

"Tapi senpai, jika aku mengungkapkan ini, senpai juga akan menerima tanggungannya. Apa tidak masalah?" Tanya Sakura khawatir.

Kabuto tersenyum. "Aku sudah siap untuk itu. Karena memang dari awal, aku sudah salah jalan."

Sakura tersenyum kecil. "Terimakasih. Aku benar-benar berutang padamu, senpai."

.....................

Sasuke berhasil mendapatkan informasi tentang pria bernama Baki yang menjadi pelaku atas kematian paman serta ayahnya.

Sasuke pun pergi menuju Lapas dimana dia ditahan bersama dengan Sakura yang kebetulan sedang kosong hari ini.

"Jika kita berhasil membuat pria ini bicara mengenai apa yang sebenarnya terjadi, kita bisa langsung mengungkapkan ini semua ke media." Kata Sakura yang berfokus pada dokumen yang dia lihat dari handphone-nya.

"Hm, kau benar. Ini langkah terakhir kita." Ujar Sasuke.

Mereka pun tiba, dan mengajukan pertemuan untuk menemui Baki.

"Hm, aku akan tunggu disini." Kata Sakura.

Sasuke hanya mengangguk dan masuk ke dalam ruangan yang sudah ditentukan. Tak lama dia menunggu, tampaklah pria dengan keriput yang banyak di wajahnya.

"Aku tak mengenalmu. Siapa kau?" Tanya Baki tanpa basa-basi.

"Hm, mungkin setelah kuperkenalkan diriku, kau takkan asing lagi padaku." Ujar Sasuke.

"Namaku, Uchiha Sasuke..."

Pria bernama Baki itu benar-benar berubah ekspresi di wajahnya, yang awalnya terlihat biasa saja, menjadi tegang dan pucat.

"U...Uchiha?"

Sasuke mengangguk. "Aku salah satu putra Uchiha Fugaku yang sudah kau bunuh itu. Apa kau ingat dia?"

"..."

"Hm, lupakan saja. Kedatanganku kemari bukan untuk mencari keributan." Ujar Sasuke seraya melipat tangan di dadanya.

"Harusnya kau cukup ingat jelas dengan kejadian yang terjadi sekitar 30 tahunan itu kan?"

"Itu kasus yang sudah lama terjadi. Kau mau apalagi? Aku sudah didalam penjara juga!"

"Aku tau. Tapi, aku juga tau itu bukanlah kasus kecelakaan biasa. Ada yang menyuruhmu, iya kan?"

"..."

"Jika kau memberitahukannya padaku, aku akan memberitahukan bagaimana kondisi saat ini. Terutama keluargamu."

Wajah Baki berubah menjadi wajah yang menahan amarahnya.

"Jangan sentuh keluargaku! Jika kau ingin balas dendam, bunuh saja aku."

Sasuke tersenyum tipis. "Kau harusnya bersyukur kalau aku tak ada pikiran untuk membunuhmu atau semacam itu."

Sasuke sedikit memajukan tubuhnya mendekat kearah Baki.

"Yang perlu kau lakukan, memberitahukan apa yang kau tau tentang kasus itu. Semuanya!"

"Aku sudah mengakuinya saat di tangkap! Akulah yang membunuh mereka berdua!"

Sasuke tersenyum tipis. " 'berdua'? Aku tak tau kalau kau menghilangkan nyawa 2 orang. Dan apa kau yakin itu hanya 2 orang?"

"..."

"Setahuku, berdasarkan berkas kasus yang kubaca mengenai dirimu, kau justru di tangkap karena membunuh Uchiha Fugaku..."

"..."

"Jangan berlama-lama dan akui saja! Siapa dalang sebenarnya?! Aku bukan bermaksud mencelakaimu saat ini, tapi keluargamu sedang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja, apa kau tau itu?!"

Baki terlihat sangat terkejut dengan perkataan Sasuke itu. Wajahnya berubah khawatir dan panik.

"Apa yang terjadi pada keluargaku?!"

"...Istri dan anak pertamamu sakit parah. Kami menemukannya di kediamanmu karena anak keduamu terus menangis kata para tetangga." Jelas Sasuke.

"Kondisinya tidak begitu bagus." Lanjut Sasuke.

"...Mengapa mereka tidak ke rumah sakit jika mereka sakit?! Harusnya mereka punya uang untuk itu!"

"Kata anak keduamu, mereka sudah lama dengan kondisi itu sejak kau masuk penjara. Istrimu lah yang mencari uang untuk menghidupi mereka semua selama kau disini."

Baki terlihat lemas mendengar itu semua. Air mata Baki mengalir tanpa sadar.

"Dia bilang dia akan menjaga kelulargaku..." Gumam Baki dengan nada yang sangat marah.

"Aku sudah katakan dari awal. Aku tidak berniat mencari keributan disini. Yang perlu kau lakukan adalah mengungkapkan semuanya!"

"Apa kau mau di hukum sendirian begini? Tapi dalang sebenarnya tetap bebas berkeliaran?"

"..."

Sasuke menghela nafas panjang. "Baiklah. Aku takkan memaksamu."

Sasuke pun bangkit dari duduknya. Baki masih terdiam, namun kemudian dia langsung mencegah Sasuke pergi.

"Sebentar!"

"Aku akan mengatakannya. Aku akan mengatakan semuanya."

Sasuke tersenyum puas kemudian kembali duduk.

"Tapi ada satu syarat..."

~T.B.C~

Spring of Darkness LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang