Moondeline adalah kota pesisir yang terletak di sebuah pulau di ujung negara. Kota kecil yang mempertahankan bangunan-bangunan lama. Kota yang memiliki banyak sejarah terutama pelabuhan dan perdagangannya- dulu.
Sekarang kota itu berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada pelabuhan besar, kapal-kapal dagang, transit jual beli. Pelabuhan-pelabuhan itu kini menjadi tempat wisata. Turis-turis datang untuk menenangkan diri dari hiruk pikuk kota.
Sekecil apa kota ini?
Kalau kalian suka lari maraton, kota ini hanya setengah yang biasa kalian tempuh saat perlombaan standar maraton. Luasnya tidak lebih dari 20 kilometer persegi.
Aku sudah terbang dari Caverdyn, transit dua kali, dan sekarang berakhir di bandara kecil yang hanya menerima pesawat kecil berbaling-baling. Di bandara sebelumnya aku bahkan harus mengantre karena pesawat menuju Osiris datang dua jam sekali dan hanya mampu mengangkut 35 penumpang.
Osiris bukan hanya kota untuk transit ke Moondeline, tapi juga lima kota kecil lainnya yang tidak memiliki bandara. Terbang selama 25 menit hingga sampai di bandara Osiris dan pesawatku adalah satu-satunya yang mendarat saat itu dan tidak akan ada penerbangan lagi dalam 6 jam kedepan. Kalian bisa bayangkan bagaimana sepinya bandara itu.
Keluar dari bandara aku melihat seorang pria berdiri mengenakan pakaian formal, mengangkat papan bertuliskan 'Miss Dante-Caverdyn' di depan dadanya. Seorang wanita yang juga mengenakan pakaian formal berdiri di sampingnya.
Aku berjalan menghampiri dua orang itu.
"Nyonya Celine." Aku mengulurkan tangan pada wanita itu dan dia menjabat tanganku.
"Miss Dante, selamat datang!" Katanya dengan senyum ramah.
"Serin saja." Jawabku pelan.
"Kalau begitu Celine saja. Saya belum menikah." Balas Celine sambil tertawa pelan. "Masukan barang-barang Serin ke mobil." Titahnya pada pria di sampingnya.
Barang bawaanku berupa dua koper besar, satu tas jinjing, tas ransel, dan tas selempang. Dua koper berisi pakaian, tas jinjing berisi barang pribadi, ransel berisi laptop dan peralatan kerja lainnya, sedangkan tas selempang berisi dompet, ponsel, dan barang yang aku gunakan sepanjang perjalanan.
"Mari, Serin!" Celine mengulurkan tangannya dan menuntunku menuju mobil SUV hitam yang terparkir. "Saya kepala departemen human resource di Osiris. Apotek di Moondeline masuk dalam bagian Osiris, beberapa kota di sekitar sini juga. Saya senang menyambutmu di sini. Mari saya antar ke Moondeline!"
Butuh satu jam perjalanan menggunakan mobil untuk sampai ke Moondeline. Sepanjang jalan itu Celine menceritakan tentang Moondeline. Cerita tentang kota seperti apa Moondeline itu, sedikit sejarah dan cerita-cerita menarik tentang Moondeline.
Aku mendengarkannya setengah sadar. Sudah lebih dari lima belas jam aku menghabiskan waktu di jalanan dan yang aku inginkan sekarang hanya tidur. Berbaring meluruskan badan dan kakinya yang sudah kelelahan.
"Kita melewati Moondeline Hou Bridge atau bisa disebut jembatan baru. Jembatan ini dibangun lima puluh tahun lalu. Jangan khawatir, sudah dipugar berkali-kali. Jembatan lama ada di sebelah sana dan satu lagi di ujung laiinya." Kata Celine satu jam kemudian.
Aku memandang ke luar jendela. Kami melewati jembatan yang tidak seberapa besar terbuat dari kerangka baja.
"Jembatan yang jauh di ujung sana terhubung dengan desa paling tenggara Osiris. Masih digunakan dan masih amat sangat kokoh. Sedangkan yang ini-" Katanya sambil menunjuk jembatan lama di sebelah kami. "Yang ini ratusan tahun lebih muda. Kita mulai memasuki Moondeline."
Di ujung jembatan ada sebuah tembok besar bertuliskan 'Selamat datang di Moon te Raina'.
"Moon te Raina?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past Keeper : Naserin Dante
Historical FictionBerhari-hari aku berakhir di Dermaga Lama karena salah naik bus untuk pulang. Berkali-kali aku berakhir di tempat yang aku tidak inginkan. Tempat di mana berdiri patung seorang pahlawan tempat aku tinggal sekarang. Malasan namanya. Seorang perompak...