12

1.2K 49 0
                                    

Happy reading...

"lepasin ayah..." Lirih Valerie berusaha melepaskan tangan ayahnya yang mencekram dagunya.

Jonathan melepaskan cengkeramannya. Kemudian pergi meninggalkan Valerie yang akhirnya menangis melepaskan semua yang ia pendam.

Klik...

Bunda muncul dengan paper bag ditanganya, bunda tentu saja Panik saat melihat Valerie menangis dalam diam sambil meremat selimut.

"Sayang kenapa?" Tanya bunda panik saat Valerie memukul perutnya sendiri, ia menahan tangan Valerie yang semakin brutal memukul perutnya.

"Tenang sayang, bunda disini selalu ada buat kakak." ucap bunda menenangkan Valerie membawa anak itu ke dekapannya.

"Bunda disini ada bayi ya?" Tanya Valerie pelan sambil menunjuk perutnya yang sedikit buncit, awalnya valerie mengira jika ia gendutan karena selalu makan ternyata bukan karena itu.

Bunda mengangguk pelan mau menyangkal pun sudah tidak bisa karena ia takut valerie akan melakukan hal aneh-aneh. Tangis anak itu semakin pilu di dalam dekapan bunda, membuat bunda merasa gagal karena tidak bisa menjaga Valerie dengan baik, ia melanggar janjinya kepada mendiang ibu valerie.

"Siapa ayah dari anak itu sayang?" Tanya bunda pelan dan hati-hati takut menyakiti perasaan valerie, Valerie menggeleng pelan tidak berani memberi tau orang lain tentang siapa ayah dari janin ini.

"Gak bisa bunda..." Cicit Valerie, ia melepaskan pelukannya dan menunduk.

"Marka benerkan?" Tutur bunda, Valerie terkesiap saat mendengar nama itu disebutkan.

"D-ari ma-na bunda tau?" Tanya Valerie gugup.

"Gak ada yang lain Deket sama kamu, selain Marka. Bunda juga tau kalau kalian suka berhubungan seks, bunda tau semuanya."

"B-bunda, maafin kakak." lirih Valerie lalu sesaatnya penglihatannya menghitam, Valerie pingsan. Bunda panik dan langsung memanggil dokter, panik bunda saat ini sudah 2x lipat.

°°°

Valerie masih belum sadar, setelah di periksa oleh dokter Joy tadi Valerie sempat sadar tapi ia mengamuk dan terus memberontak tapi untungnya Joy dengan cepat menyuntikkan obat bius–maaf kalau salah–kepada valerie yang terus memberontak.

"Kak, kakak kok jadi kaya gini sih? Padahal kemarin kakak masih ceria bisa ketawa dan masih bisa marahin aku." monolog dewa menggenggam tangan Valerie, ia terkekeh miris melihat kondisi Tubuh Valerie yang jauh dari kata baik.

"Dek..." Dewa mendongak menatap kakaknya yang ternyata sudah sadar, ia dengan segera memeriksa keadaan kakaknya jika tidak ada yang sakit.

"Kakak gapapa?"

"Gak... Tapi kepala kakak pusing."

"Kakak mau makan?"

"Boleh..." Lirih Valerie, dewa membantu valerie duduk di atas bangkar. Kemudian ia mengambil nasi yang ada di atas nakas.

"Mau makan sendiri? Atau disuapin." tanya dewa kembali duduk dikursi samping Valerie.

"Makan sendiri aja." seru Valerie mengambil piring dari tangan dewa, jujur ia tidak nafsu makan sama sekali tapi jika ia tidak makan janin yang dikandungnya akan kekurangan nutrisi ditambah ia juga sudah tau jika kandungannya lemah.

"Makasih." gumam Valerie dan mulai menyuapkan sendok demi sendok kedalam mulutnya.

Klik...

"Hallo sayang, gimana kabar kamu?" Tanya wanita yang tidak lagi mudah tapi masih tetap cantik, mami Marka.

"Hallo mami, udah lumayan membaik." jawab Valerie dengan senyum yang menghiasi wajah pucatnya yang masih terlihat cantik walaupun tidak sehat.

"Bunda kalian kemana?"

"Bunda lagi pulang ambil pakaian ganti, mami." jawab dewa, valerie sudah kembali melanjutkan makannya hingga suapan terakhir habis. Selama ia makan dewa yang berbincang bersama mami Tavisha, dewa itu orangnya asik tapi hanya saja suka membuat kesal dirinya karena tingkah kelewat polosnya.

"Mas Marka gak kesini, mami?" Tanya Valerie sedikit geli dengan panggilannya pada Marka, itu mami Tavisha yang menyuruh mereka untuk memanggil dengan panggilan mas-adek karena umur Valerie dan Marka terpaut 1 tahun.

"Loh, kakak gak tau kalau–" belum sempat dewa menyelesaikan ucapannya mami Tavisha sudah membekap mulut anak itu lebih dulu, tangannya ia gunakan untuk membekap mulut dewa dan ia tersenyum terpaksa pada Valerie yang kebingungan.

"Kenapa? Kok dewa di bekap gitu?" Tanya Valerie sedikit heran dengan tingkah kedua orang ini.

"Gapapa, dewa tadi mau ngomong kalau Marka lagi latihan basket" jawab mami lalu melepaskan bekapannya dengan menatap dewa memberikan tatapan menyeramkan membuat sang empu meringis.

"Benerkan dewa?" Tanya mami penuh penekanan membuat dewa reflek mengangguk cepat, takut dimarahi mami.

"Kalian gak lagi sembunyikan sesuatu dari aku kan?" Valerie sebenarnya masih kurang puas dengan jawaban mami barusan, ia tidak yakin jika Marka sedang latihan karena pria itu tidak terlihat sejak ayahnya marah padanya, dan juga ayahnya tidak pernah datang untuk menjenguk.

"Gak ada, tenang aja!" Jawab mami dengan senyum sulit diartikan, dan juga menatap dewa dari ujung matanya yang setajam elang.

TBC

Gimana bab kali ini? Seru gak? Maaf kalau kurang memuaskan (。•́︿•̀。)

Kalau menurut kalian aneh dan gak nyambung maaf, lagi banyak pikiran soalnya banyak tugas.

Seperti biasa, jangan lupa vomen and follow men-temen ❤️❤️❤️

Bestfriend? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang