Happy Reading...
Dewa yang masih tertidur dengan pulas sudah dibangunkan paksa oleh Valerie, sang pelaku. Bagaimana tidak masih pagi jam 6 pagi ia sudah disuruh Valerie membuat kue, padahal setelah perjalanan 4 jam kemaren ia masih ingin istirahat tapi kakaknya malah menyuruhnya membuat kue.
Alora, bayi berusia 3 bulan itu sangat menggemaskan Sangat berbeda jauh dengan ibunya yang galak melebihi singa. Penampilan dewa kini sudah penuh dengan tepung dan apron yang digunakannya kini sudah penuh dengan cokelat, wajahnya yang gatal dia garuk dengan tangan yang penuh tepung, dan cokelat yang terpercik ke apron.
"Astaga dewa, kamu kakak suruh bantuin masak bukan perang." ucap valerie dengan nada yang bisa dibilang frustasi, dewa sedang menatapnya polos dengan bola mata bulatnya berkedip beberapa kali.
"Kue hasil design aku bagus kak, liat aku kasih teks diatasnya." bangga dewa tanpa memperdulikan ucapan Valerie Barusan, ia sangat bangga melihat hasil kuenya.
"Sekarang mandi habis itu jagain alora, aku mau lanjutin ini." ucap Valerie pasrah, ia harus mengusir dewa menjauh dari dapurnya daripada nanti dapurnya seperti perang dunia ketiga.
Bocah lelaki itu dengan sumringah menjauh dari dapur menuju kamarnya, setelah kepergian dewa Valerie melanjutkan kegiatan mereka tadi.
Tak membutuhkan waktu lama karena sekarang dewa sudah rapi dengan kemeja dan celana Hitamnya, rambutnya juga sudah ia tata Serapi mungkin dan kacamata yang bertengger di hidung Bangirnya.
"Alora mana?" tanya dewa kepada Valerie yang sedang membersihkan kekacauan yang ia buat tadi, valerie menatapnya sekilas.
"Wih, udah rapi aja mau kemana?" Celetuk Marka datang kedapur dengan keadaan berantakan, dewa menatap Marka dengan malu-malu bahkan wajahnya sudah merah karena malu, padahal ini masih pagi tapi ia sudah rapi. Ralat sudah jam set8 pagi.
"Alora mana?" Tanya dewa tanpa memperdulikan godaan Marka barusan, ia lebih memilih menanyakan keberadaan keponakannya.
"Di ruang tengah, nonton tv." jawab Marka Santai, dewa takjub karena mendengar ucapan Marka tadi.
"Alora udah bisa nonton Tv? Hebat banget.." ujar dewa tidak percaya, Valerie yang melihat kelakuan kedua lelaki itu hanya geleng-geleng kepala.
"Alora di ruang tengah itu main, kagak ada yang namanya dia nonton tv dia aja gak ngerti." ralat Valerie kasihan melihat adiknya dikelabui oleh sang suami.
"Kalau gitu aku pergi, bye.." ucap dewa kemudian pergi keruang tengah menemui alora yang sedang menatap kearahnya dengan tatapan polos.
Bocah lelaki itu duduk didepan alora membuat gadis kecil itu menatapnya polos, dewa juga terpesona dengan mata bulat alora yang persis seperti Valerie, bagaimana ini masa bayi jagain bayi?
"Kamu mau panggil aku apa ya? Tapi yang cocok apa ya? Kalau paman tua kalau om agak aneh kalau uncle nanti kamu gak bisa nyebutnya gimana kalau Wawa?" Monolog dewa menaruh telunjuknya di dagu tanda berpikir keras, sedangkan alora masih memperhatikan apa yang dilakukan oleh orang didepannya ini.
"Aku sekarang tau, Wawa aja biar lora mudah bilangnya, sekarang ikut wawa aja mau gak? Kita keliling kampung aja, pake stroller baru kamu." dewa kembali monolog, kemudian ia mengambil stroller alora yang berada di sudut ruangan, dengan hati-hati ia memindahkan alora ke dalam stroller, anak itu tampak anteng tanpa rewel sedikit pun.
"Mau kemana?" Tanya valerie datang dengan rambut yang masih basah, mungkin baru selesai mandi?
"Mau keliling, sekalian nyari kembang desa." jawab dewa santai, tapi langsung cengengesan saat valerie menatap tajam kearahnya.
"Dewa..." Ucap Valerie penuh penekanan, membuat dewa menciut menghadapi macan ini.
"Aku mau pergi, bye..."
"Susu alora ada? Nanti dia nangis."
"Oh? Kalo itu belum kak..."
Valerie pergi kedapur tidak lupa ia memberikan isyarat kepada dewa untuk menunggunya sebentar, ia memindahkan asi yang sudah ia stok kedalam dot dan kembali ke ruang tamu untuk memberikannya kepada dewa.
"Bye kak.. anaknya aku pinjem." pamit dewa kemudian keluar dari rumah, sepanjang perjalanan ia terus saja dilirik oleh gadis maupun ibu-ibu, apa ada yang aneh pada dirinya? Dewa rasa tidak dan mengabaikan setiap tatapan Semua orang.
"Assalamualaikum, kamu orang baru ya?" Sapa ibu itu, dewa bingung ingin menjawab apa.
"Saya kesini silahturahmi kerumah saudara saya, Tante." jawab dewa dengan senyum canggung, ia belum terbiasa dengan lingkungan kampung ini.
"Saudara kamu yang mana?" Tanya ibu itu lagi, dewa merasa ibu ini terlalu penasaran dengan kehidupan orang, bukannya kurang ajar tapi ia merasa tidak nyaman jika ditanya soal keluarga.
Dengan malas dewa menjawab. "Saya adik Valerie, ibu kenal dengan kak Valerie dan kak mark?"
"Oh." ekspresi wajah ibu itu berubah menjadi tidak suka saat dewa menyebutkan nama kakaknya, apa ada yang salah dengan kakaknya di kampung ini.
"Ada apa ya, buk. Ada yang salah?"
"Tidak, jadi valerie itu anak orang berada tapi sayang sekali hamil diluar nikah." ucap ibu itu dengan senyum paksa, apa ibu ini sedang mengatakan kakaknya murahan? Dewa rasanya sudah naik pitam saat ibu itu mulai melirik kearah Alora yang sedang tertidur.
"Maksud ibu kakak saya murahan?" Tanya dewa, ia berucap dengan berusaha menahan umpatannya kalimatnya juga penuh penekanan.
"Emang nyatanya begitu, buktiknya ia masih 18 tahun tapi sudah mempunyai anak dari hasil hubungan gelap."
"Maaf buk, jika ibu menganggap kakak saya murahan ibu salah, nyatanya ia orang terkuat yang pernah saya kenal, ibu gak tau apa tentang keluarga kami jadi jangan sok tau buk!"
"Ibu, kok ibu bisa di–" seorang gadis datang menghampiri ibu itu, menurut dewa penampilan gadis didepannya ini terlalu berlebihan, lihat saya lipstik nya sangat merah dan pakaian yang sangat terbuka.
"Akang siapa ya?" Tanya gadis itu sok polos, dewa memandangnya jijik dengan ekspresi yang kentara.
"Tanpa mengurangi rasa hormat, saya merasa anak ibu yang murahan." ucap dewa kemudian pergi dari sana tapi langkahnya berhenti saat ibu itu kembali membuka suara.
"Anak muda jaman sekarang emang gak pernah diajarin sopan santun."
"Maaf kalau ucapan saya benar, tapi penampilan anak anda sudah seperti pelacur, dan anda mengatakan jika kakak saya murahan seharusnya ibu lebih dulu berkaca jika anak ibu berpenampilan seperti jalang."
"Saya pamit undur diri, maaf jika semua ucapan saya benar tapi bukan saya yang salah tetapi ibu karena ibu sudah lebih dulu mengatakan kakak saya dan saya tidak terima jika dia dihina!"
Dewa pergi dari sana dengan perasaan kesal, kok bisa ada orang yang mulutnya gak pernah di ajarin. Suasana hati dewa yang awalnya baik kini sudah hancur karena ibu sialan itu!
TBC
Gimana? Sesuai ekspektasi kalian gak bab kali ini? Kalau gak maaf ya😀🙏Typo bertebaran dimana-mana, tandain aja.
Aku juga mau kasih tau, Tinggal Beberapa bab lagi udah end.
Bye-bye guys, aku up pas lagi pelajaran b.inggris.
Jangan lupa vomen dan follow men-temen ❤️❤️❗
See you next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend? [END]
Teen FictionBersahabat lawan jenis. Bukan berarti tidak ada disalah satu dari mereka yang mempunyai rasa. Apa kalian percaya jika persahabatan lawan jenis tidak akan melibatkan perasaan? Itu tidak berlaku pada persahabatan Valerie dan Marka. Mereka bersahabat...