27

554 27 0
                                    

Happy Reading...

"VALERIE!" pekik seorang gadis berhasil mengalihkan perhatian Valerie yang sedang mendorong stroller alora.

"VALERIE! KAMI DISINI!" saut gadis lainnya yang sedikit lebih pendek dari gadis satunya, Valerie berbalik menatap kedua gadis yang tengah menatapnya dengan mata berbinar dari kejauhan.

"NANA REINA." balas Valerie dengan senyum sumringah, kedua gadis itu mendekatinya dengan sedikit berlari.

Mereka berpelukan erat, Nana dan Reina bahkan sudah menangis bahagia karena setelah sekian mereka mencari Valerie akhirnya mereka menemukan wanita itu, tapi mereka belum tau jika Valerie bukan lagi gadis seperti mereka.

"Tunggu, anak siapa ini? Lucu banget!" Pekikan Nana tertahan saat melihat senyum kecil alora, Valerie ikut tersenyum saat alora tersenyum kecil.

"Itu anakku." jawab Valerie ragu, nana dan Reina nampak tidak percaya dengan ucapannya.

Benar, setelah mereka menatap lekat gadis kecil itu memang benar alora mirip dengan Valerie dan ada campuran seseorang yang seperti tidak asing tapi mereka lupa itu siapa.

"Yakin ini anakmu? Wajahnya sangat mirip dengan wajah dewa, adikmu." celetuk Nana, bahu valerie yang awalnya tegap kini meluruh lesu, setiap orang pasti menilai alora seperti itu.

"Tidak, aku bercanda." lanjut Nana tidak tega melihat wajah lesu Valerie, sedangkan Reina ia masih memperhatikan alora dan berpindah pada Valerie.

"Kau sudah menikah?" Tanya Reina dengan tatapan menyelidik, Valerie langsung mengangguk mengiyakan.

"Nikah dengan siapa?" Lanjut Nana ikut penasaran.

"Masalah itu tidak perlu dibahas." ucap Valerie, ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu entah kenapa.

"Dan ya, omong-omong kau selama ini kemana hampir 2 tahun menghilang dan berhenti sekolah?"

"Aku ke Bandung, sebenarnya ini tidak bisa dibahas dengan orang sembarangan tapi karena kalian sahabatku jadi aku memberi tahu kalian. Aku tinggal di Bandung bersama 'suamiku' dan masalah aku berhenti karena aku ada masalah pribadi."

"Yaudah kami mengerti. Kau masih tinggal bersama Marka?" Tanya Reina hati-hati takut menyinggung Valerie.

"Tentu, aku masih tinggal di apartemen lama ku bersama 'suamiku', apa kalian sudah lulus sekarang?"

"Kami perpisahan besok."

"Oh iya?!"

"Ya, kau tidak ingin ikut besok?"

"Sepertinya tidak."

"Boleh aku menggendong bayi ini?" Tanya Reina yang sedari tadi hanya menatap alora dengan tatapan takjub.

"Tentu saja boleh, lora sayang kamu ikut aunty Reina dulu ya."

Reina menerima alora itu dengan senang hati dan antusias. Nana menatapnya iri membuat Reina merasa menyombongkan diri.

"Kau tidak usah menatapku seperti itu." tegur Reina saat nana tidak kunjung mengalihkan pandangannya.

"Aku juga ingin menggendongnya." rengek Nana memeluk lengan Valerie dan mengayunkannya pelan.

"Iya, tapi nanti biarkan saja Reina terlebih dahulu."

Mereka duduk di kursi taman yang tidak jauh dari tempat tadi. Alora sudah tertidur pulas di dekapan sang mommy, setelah diberi dot yang berisi asi hasil pompa bocah itu langsung terlelap.

°°°

setelah bertemu dengan Reina dan Nana ia langsung pulang karena sudah ditelpon oleh Marka, Valerie segera  pamit pulang pada Nana dan Reina.

Ia sedang bersantai di ruang tengah, setelah memandikan alora dan anak itu sudah tertidur Valerie memilih untuk bersantai setelah itu akan mandi.

"Sedang apa?" Suara itu berhasil mengalihkan atensi valerie dari tv ke orang disampingnya.

"Ah? Tidak, aku hanya sedang ingin menonton."

"Kamu tidak merindukan ku?" Goda Marka mengelus leher mulus Valerie, berniat menggoda.

"Sangat, tapi kita belum bisa melakukan hal 'intim', apalagi saat ini aku mudah kelelahan karena mengurus alora."

Marka mengangkat tubuh mungil Valerie keatas pangkuannya, Valerie? Sudah pasrah karena tubuhnya lemas.

"Kamu ingin membuat junior baru?"

"MARKA!?"

"Aku bercanda."

"Jangan terlalu suka bercanda, bagaimana jika ada orang yang tidak suka diajak bercanda?"

"Hidup mereka hampa jika tidak ada candaan."

"Sok tau!"

"Aku emang tau bukan sok tau!"

"Bodo!"

Mata Valerie tidak sengaja menangkap lebam di pipi dan sudut bibir Marka, ia segera menangkup pipi Marka dan menatap suaminya penuh selidik.

"Ini kenapa?"

"Bukan apa-apa."

"Jawab Mark!"

"Di tonjok, ayah"

"Hah?! Ayah Jonathan?!"

"Iya"

"Kok bisa kaya gini?"

"Ayah kamu ngamuk dirumah mami, minta bantuan aku buat ketemu kamu tapi aku belum berani ngizinin dan ya, dia ngehajar aku dan mami sama bunda gak bisa melerai."

"Ayah udah kelewat batas. Apa belum cukup dia nyiksa dewa?! Dan sekarang dia hajar kamu?!"

"Sabar, sayang."

"Ini gak bisa di biarin gitu aja, Mark..."

"Kamu mau ketemu ayah?"

"Untuk saat ini gak dulu, gak tau untuk kedepannya."

Marka membawa valerie kedalam dekapan hangatnya, guna menenangkan Valerie yang siap menangis.

TBC

Bestfriend? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang